Padang (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) RI menghadirkan teknologi smart green house untuk memodifikasi iklim mikro dengan menerapkan teknologi berupa sensor di dalam bangunan dan otomatisasi fertigasi.
"Konsep ini dikembangkan dengan berbagai opsi metode penanaman yang bisa digunakan seperti drip irrigation, dutch bucket, dan hidroponik sistem NFT," kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto melalui keterangan tertulis yang diterima di Padang, Sumatera Barat, Selasa.
Untuk mendukung penyelenggaraan Penas Tani XVI, Kementan menghadirkan gelar teknologi smart green house di lahan percontohan seluas 384 meter persegi.
Melalui konsep smart green house maka para petani bisa menanam komoditas yang tidak sesuai dengan kondisi iklim setempat melalui modifikasi iklim mikro dalam bangunan. Sebagai contoh tanaman dataran tinggi seperti tomat ceri.
Beberapa komoditas yang dikembangkan di area smart green house di antaranya sayuran dan melon. Satu buah melon memiliki bobot hingga 1,5 kilogram. Lahan seluas 800 meter persegi yang ditanami melon diperkirakan bisa menghasilkan sekitar empat ton melon.
"Bahkan, kondisi cuaca ekstrem tidak lagi menjadi kendala bagi tanaman. Selain itu, smart green house juga membantu petani memproduksi sayuran dan buah tanpa perlu menggunakan pestisida," kata dia.
Ia menjelaskan untuk menerapkan smart green house Kementan menggelontorkan biaya sekitar Rp7miliar. Cara tersebut diyakini bisa menjadi salah satu teknologi masa depan agar pangan lokal Indonesia lebih mandiri.
"Dengan smart green house kita bisa menanam setiap saat, dan tidak tergantung pada musim," ujarnya.
Kegiatan Penas Tani XVI berlangsung 10 hingga 15 Juni 2023 yang dipusatkan di Lapangan Udara (Lanud) Sutan Sjahrir, Kota Padang, Sumatera Barat.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kementan hadirkan smart green house untuk modifikasi iklim mikro