Padang (ANTARA) - Rektor Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat (Sumbar) Efa Yonnedi mengingatkan dosen dan mahasiswa di perguruan tinggi itu agar bijak dalam menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam menunjang proses belajar mengajar (PBM) maupun riset.
"Mahasiswa dan dosen harus bijak dalam menggunakan kecerdasan buatan agar kita lebih produktif," kata Rektor Unand Efa Yonnedi dalam sambutan Wisuda I Universitas Andalas Tahun 2025 Program Diploma III, Sarjana, Profesi, Spesialis, Magister, dan Doktor di Padang, Sabtu.
Menurut eks Konsultan Bank Dunia tersebut, perguruan tinggi negeri tertua di luar Pulau Jawa itu juga telah mengintegrasikan kecerdasan buatan ke setiap program studi. Sejalan dengan itu, mahasiswa juga diajarkan untuk lebih cakap dalam memanfaatkan kecerdasan buatan tersebut.
Salah satu manfaat kecerdasan buatan ialah mempercepat pembuatan naskah akademik. Meskipun demikian, AI tidak memiliki pemahaman tentang konteks riset atau tugas akademik yang dibuat dosen maupun mahasiswa. Artinya, para pengguna teknologi tetap harus memerhatikan hal-hal fundamental agar tidak salah kaprah dalam memanfaatkannya.
"Yang perlu diingat, kita tidak boleh sepenuhnya menyerahkan apa yang kita buat kepada kecerdasan buatan, karena AI tidak memiliki rasa atau pemahaman konteksnya," ujar dia.
Kemajuan kecerdasan buatan berupa robotika, dan otomatisasi telah mengubah berbagai sektor industri serta menggantikan beberapa peran tradisional manusia. Meskipun demikian, Rektor menegaskan AI tidak bisa menggantikan peran manusia secara menyeluruh, karena hanya sebatas tools atau media mempermudah pekerjaan.
"Wisudawan perlu menyesuaikan diri dengan perubahan ini dan mengembangkan keterampilan yang tidak dapat digantikan oleh mesin," pesan dia.
Menurut rekomendasi World Economic Forum, generasi muda perlu menguasai 16 kompetensi utama. Meskipun tidak semua kompetensi dapat dikuasai, setidaknya enam kompetensi utama yang disebut sebagai 6C perlu dikuasai.
Pertama, communication, yakni kemampuan berkomunikasi secara efektif. Kedua, collaboration yang merujuk kemampuan bekerja sama dalam tim. Berikutnya, critical thinking atau kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Keempat creativity, yakni bisa berkreasi dan berinovasi.
"Selain itu, mahasiswa atau lulusan juga harus mempunyai computational logic atau kemampuan memahami dan menerapkan logika komputasional serta compassion atau kemampuan memahami dan berempati terhadap orang lain," kata dia.