BI ungkap potensi besar ekspor CPO asal Sumbar ke India pada 2025
Padang (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) mengungkap potensi besar ekspor crude palm oil atau minyak sawit mentah asal Ranah Minang ke India pada awal 2025.
"Khusus CPO ada peluang besar karena pada Februari 2025 India akan merayakan Hari Raya Diwali," kata Kepala BI Perwakilan Provinsi Sumbar Mohamad Abdul Majid Ikram di Padang, Rabu.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, Majid melihat hal tersebut sebagai peluang ekspor minyak sawit mentah asal Indonesia khususnya dari Provinsi Sumbar ke India.
"Ini potensi besar karena orang India mengonsumsi CPO itu sangat besar," kata Majid.
Menurut dia, adanya peningkatan ekspor minyak sawit mentah di periode Agustus 2024 akan terus berlangsung hingga November 2025. Oleh karena itu, BI mendorong para pengusaha minyak kelapa sawit bersama pemerintah daerah melihat dan memaksimalkan peluang besar itu.
Kendati demikian, ketegangan tensi politik khususnya di wilayah Timur Tengah bisa berimbas atau mengganggu proses ekspor minyak kelapa sawit ke India, Pakistan dan negara lainnya. Pemerintah dan pemangku kepentingan terkait harus ekstra hati-hati dan mencari alternatif-alternatif lain agar proses ekspor tidak terganggu akibat ketengan konflik yang sedang terjadi.
Secara umum BI setempat optimistis jika ekspor minyak kelapa sawit dapat dimaksimalkan, maka pertumbuhan ekonomi di Ranah Minang hingga lima persen dapat tercapai.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sugeng Arianto mengatakan nilai ekspor yang berasal dari Sumbar pada Agustus 2024 sebesar Rp3,6 triliun atau meningkat 64,40 persen jika dibandingkan Juli 2024.
Dari total tersebut ekspor ke India memberikan peranan sebesar 32,10 persen selama periode Januari–Agustus 2024. Golongan lemak dan minyak nabati/hewani menjadi penyumbang terbesar dari kelompok lainnya yakni Rp3 triliun lebih. Kelompok selanjutnya yaitu golongan bahan-bahan nabati sebesar Rp134 miliar, dan golongan berbagai produk kimia senilai Rp123 miliar.
Selain India dan Pakistan, ekspor berbagai bahan dari Ranah Minang juga dikirim ke Bangladesh, Vietnam, Malaysia, Jepang, Rusia, China, Myanmar, dan Amerika Serikat.
"Khusus CPO ada peluang besar karena pada Februari 2025 India akan merayakan Hari Raya Diwali," kata Kepala BI Perwakilan Provinsi Sumbar Mohamad Abdul Majid Ikram di Padang, Rabu.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, Majid melihat hal tersebut sebagai peluang ekspor minyak sawit mentah asal Indonesia khususnya dari Provinsi Sumbar ke India.
"Ini potensi besar karena orang India mengonsumsi CPO itu sangat besar," kata Majid.
Menurut dia, adanya peningkatan ekspor minyak sawit mentah di periode Agustus 2024 akan terus berlangsung hingga November 2025. Oleh karena itu, BI mendorong para pengusaha minyak kelapa sawit bersama pemerintah daerah melihat dan memaksimalkan peluang besar itu.
Kendati demikian, ketegangan tensi politik khususnya di wilayah Timur Tengah bisa berimbas atau mengganggu proses ekspor minyak kelapa sawit ke India, Pakistan dan negara lainnya. Pemerintah dan pemangku kepentingan terkait harus ekstra hati-hati dan mencari alternatif-alternatif lain agar proses ekspor tidak terganggu akibat ketengan konflik yang sedang terjadi.
Secara umum BI setempat optimistis jika ekspor minyak kelapa sawit dapat dimaksimalkan, maka pertumbuhan ekonomi di Ranah Minang hingga lima persen dapat tercapai.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sugeng Arianto mengatakan nilai ekspor yang berasal dari Sumbar pada Agustus 2024 sebesar Rp3,6 triliun atau meningkat 64,40 persen jika dibandingkan Juli 2024.
Dari total tersebut ekspor ke India memberikan peranan sebesar 32,10 persen selama periode Januari–Agustus 2024. Golongan lemak dan minyak nabati/hewani menjadi penyumbang terbesar dari kelompok lainnya yakni Rp3 triliun lebih. Kelompok selanjutnya yaitu golongan bahan-bahan nabati sebesar Rp134 miliar, dan golongan berbagai produk kimia senilai Rp123 miliar.
Selain India dan Pakistan, ekspor berbagai bahan dari Ranah Minang juga dikirim ke Bangladesh, Vietnam, Malaysia, Jepang, Rusia, China, Myanmar, dan Amerika Serikat.