Padang (ANTARA) - Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC) Teluk Bayur, Sumatera Barat (Sumbar), mencatat minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya mendominasi komoditas ekspor dari provinsi itu pada triwulan I tahun 2024.
“Sekitar 75 sampai 80 persen dari total komoditas yang diekspor per bulan merupakan CPO. Kemudian disusul ekspor karet alam, semen, produk nabati lainnya, dan produk hewani seperti ikan hidup,” kata Kepala KPPBC Teluk Bayur Indra Sucahyo di Padang, Kamis.
selain itu, lanjut dia, komoditas ekspor Sumbar juga berasal dari produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang persentasenya sekitar 1-4 persen dari nilai total ekspor komoditas ekspor.
“Komoditas skala UKM yang terpantau diantaranya damar, produk kopi, produk perikanan, minyak ekstrak, dan buah pala, katanya.
Ia mengatakan potensi ekspor komoditas di Sumbar ke luar negeri cukup tinggi, dengan tujuan ekspor paling banyak ke Asia Selatan (Pakistan, India, Bangladesh) lebih dari 50 persen dari volume ekspor.
"Sebenarnya komoditas Sumbar yang diekspor lebih banyak dari itu. Namun sebagian dikirim lewat pelabuhan daerah lain seperti Medan dan Tanjung Priok, Jakarta,” katanya.
Hal tersebut, kata dia, karena pelabuhan udara maupun laut di Sumbar terdapat beberapa keterbatasan, sehingga belum dapat melakukan ekspor secara langsung dari Sumbar ke berbagai negara.
“Seperti penerbangan langsung internasional, hanya ada untuk tujuan penerbangan ke Malaysia dan Arab Saudi,” sebutnya.
Hal ini membuat eksportir Sumbar, terpaksa mengirim komoditas melalui pelabuhan udara maupun laut di daerah lain, sehingga seolah-olah komoditas tersebut berasal dari daerah pengirimannya. Padahal komoditas tersebut berasal dari Sumbar.
"Kami sarankan eksportir asal Sumbar mencantumkan Surat Keterangan Asal (SKA) komoditas yang akan mereka kirim ke luar negeri melalui daerah lain," ucapnya.
Ia menjelaskan pencantuman asal komoditas ekspor yang benar akan membantu peningkatan APBD Sumbar secara tidak langsung.
Untuk memberikan pengetahuan tentang ekspor tersebut, KPPBC Teluk Bayur memiliki Program Klinik Ekspor untuk mendukung ekspor, khususnya UKM, dengan melakukan edukasi, asistensi, dan konsultasi ekspor, kepada masyarakat dan pengusaha eksportir.
Adapun realisasi penerimaan bea dan cukai triwulan I 2024, kata dia, mencapai Rp83,76 miliar. Penerimaan tersebut terdiri dari penerimaan Bea Masuk (BM) mencapai Rp13,26 miliar, penerimaan cukai sebesar Rp321.141.000, dan penerimaan Bea Keluar (BK) mencapai Rp 70,17 miliar.
Sedangkan untuk penerimaan bea dan cukai tahun 2023 mencapai Rp559,04 miliar, terdiri dari penerimaan BM Rp34,47 miliar, penerimaan cukai sebesar Rp445.935.000, dan penerimaan BK mencapai Rp524,12 miliar.
Berita Terkait
Kelas Bahasa Korea Pemprov Sumbar luluskan 100 orang
Minggu, 1 Desember 2024 4:40 Wib
Pemkot Solok sosialisasikan kesehatan reproduksi ke remaja di MTsN
Sabtu, 30 November 2024 18:23 Wib
KPU Sumbar lakukan PSU akibat pemilih mencoblos dua kali
Sabtu, 30 November 2024 15:23 Wib
Pemprov Sumbar dukung penuh kampanye lingkungan
Sabtu, 30 November 2024 8:30 Wib
Tiga nagari di Sumbar raih penghargaan Keterbukaan Informasi Publik
Sabtu, 30 November 2024 8:28 Wib
Pemkab Pasaman Barat siapkan Rp69 miliar penanganan stunting pada 2025
Jumat, 29 November 2024 15:51 Wib
Pemkab Pasaman Barat raih penghargaan kabupaten pemanfaatan data
Jumat, 29 November 2024 15:49 Wib
Pemkab Agam gelar ziarah ke makam pahlawan peringati HUT Korpri
Jumat, 29 November 2024 14:27 Wib