Terobosan guru lampaui keterbatasan fasilitas sekolah dalam mengantarkan prestasi siswa

id SMP SDI Silungkang Kota Sawahlunto,Sawahlunto,Sumbar

Terobosan guru lampaui keterbatasan fasilitas sekolah dalam mengantarkan prestasi siswa

Guru Bahasa Indonesia SMP SDI Silungkang Sawahlunto Mahat Marirani usai berbagi tips mengajar di Yayasan Ar-Risalah Padang, beberapa waktu lalu. (Antarasumbar/HO-dokumen pribadi)

Sawahlunto (ANTARA) - Keterbatasan fasilitas pendidikan tidak menyurutkan semangat guru Bahasa Indonesia di SMP SDI Silungkang Kota Sawahlunto, Mahat Marirani untuk terus berinovasi dalam mengajar. Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran, ia menciptakan metode yang lebih kontekstual dan inspiratif bagi siswa.

Pendekatan kreatifnya menarik perhatian kalangan akademisi dan praktisi pendidikan. Atas keberhasilannya dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada, baru-baru ini Mahat diundang sebagai narasumber di SMP Perguruan Islam Ar Risalah Padang, salah satu sekolah unggulan di Sumatera Barat, untuk berbagi praktik baik kepada para guru.

Sebagai pendidik di sekolah dengan keterbatasan sarana, dia memanfaatkan lingkungan terbuka sebagai ruang belajar alternatif. Ia melatih siswa lomba storytelling dan solo song di lapangan sekolah agar mereka lebih percaya diri berbicara di hadapan publik.

“Latihan di ruang terbuka membantu siswa menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi. Mereka belajar mengatur intonasi dan ekspresi secara lebih alami,” kata Mahat Marirani, di Sawahlunto, Senin.

Dalam pembelajaran sastra, ia kerap membawa siswa ke pekarangan atau taman sekolah untuk membaca puisi dengan lebih ekspresif. Pendekatan ini memungkinkan siswa meresapi makna puisi dengan suasana yang mendukung, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan mendalam.

“Tidak adanya laboratorium bahasa bukan berarti keterampilan berbicara tidak dapat diasah. Halaman sekolah bisa menjadi laboratorium alami yang lebih dinamis,” katanya.

Metode inovatif yang diterapkan Mahat mengundang perhatian komunitas pendidikan. Hal ini mengantarkannya sebagai pembicara di SMP Perguruan Islam Ar Risalah Padang untuk berbagi pengalaman dengan para tenaga pendidik.

“Keterbatasan bukan hambatan, melainkan peluang untuk lebih kreatif. Jika tidak ada alat peraga, kita bisa membuatnya sendiri dari bahan yang tersedia. Jika ruang kelas kurang memadai, kita bisa belajar di luar,” ujarnya bercerita.

Pendekatan ini sejalan dengan konsep pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning), yang menekankan interaksi siswa dengan dunia nyata sebagai bagian dari proses belajar. Mahat menunjukkan bahwa teknologi bukan satu-satunya solusi dalam pendidikan, tetapi kreativitas guru berperan penting dalam menghidupkan pembelajaran.

Inovasi Mahat Marirani mencerminkan semangat para pendidik yang tetap berupaya menghadirkan pembelajaran berkualitas di tengah keterbatasan. Di Indonesia, di mana pemerataan fasilitas pendidikan masih menjadi tantangan, metode seperti ini menjadi contoh bahwa solusi kreatif tidak selalu membutuhkan anggaran besar, tetapi membutuhkan pola pikir inovatif.

“Kita bisa menjadikan alam sebagai guru terbaik. Dengan belajar dari lingkungan sekitar, siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengalami langsung bagaimana teori itu diterapkan dalam kehidupan nyata,” kata dia.

Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi lebih banyak guru di Indonesia, khususnya di daerah yang menghadapi keterbatasan infrastruktur pendidikan. Dengan kreativitas dan dedikasi, setiap guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan relevan bagi siswa.