Petani berharap upaya Pemkab Solok lakukan hilirisasi tomat terwujud

id Upaya Pemkab Solok, lakukan hilirisasi tomat, cepat terwujud

Petani berharap upaya Pemkab Solok lakukan hilirisasi tomat terwujud

Salah seorang petani tomat di Nagari (Desa) Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat tengah memetik tomat di ladangnya. ANTARA/Rahmatul Laila.

Solok (ANTARA) - Sejumlah petani di sentra produksi tomat Nagari (Desa) Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat mengharapkan upaya pemerintah Kabupaten Solok untuk melakukan hilirisasi tomat segera terwujud.

Salah seorang petani tomat Ad (42) di Alahan Panjang, Jumat mengharapkan, upaya pemerintah daerah tersebut segera terwujud sehingga dapat membantu para petani di saat harga tomat turun.

"Kami berharap harga tomat tetap stabil minimal di harga Rp5 ribu per kilogram. Kalau penjualan tomat sudah di bawah harga Rp5 ribu per kilogram bahkan mencapai Rp1.500. Petani akan mengalami kerugian karena biaya perawatannya cukup mahal," kata dia.

Menurutnya dengan adanya upaya hilirisasi, saat harga tomat mengalami penurunan setidaknya tidak anjlok seperti saat ini hanya Rp1.500 per kilogram. Minimal tetap di harga Rp5 ribu.

Di samping itu, sejumlah petani di nagari itu juga mengeluhkan tanaman tomat mengalami penurunan harga hanya Rp1.500 per kilogram dari Rp8.000/kg tiga bulan yang lalu.

Mereka menyebutkan penurunan harga tomat tersebut sudah berlangsung sejak tiga bulan terakhir mulai dari harga Rp8 ribu, turun menjadi Rp4 ribu, terus mengalami penurunan hingga Rp1500 per kilogram.

"Sejak turun hingga harga Rp1.500/kg tersebut sampai sekarang tidak pernah naik lagi," ujar dia Ad.

Kendati demikian pada beberapa bulan sebelumnya, tepatnya bulan April dan Mei 2024 harga tomat sempat mencapai Rp19 ribu per kilogram. Kalaupun turun, hanya di harga Rp18 ribu.

Menurut dia penyebab turunnya harga tomat tersebut karena banyak petani yang panen tomat sedangkan permintaan menurun.

Selain harga yang murah penjualannya di pasaran juga susah, sehingga banyak petani yang membiarkan tomat membusuk di pinggir ladang.

"Belum lagi biaya perawatannya yang tidak sedikit seperti upah pengolahan lahan serta harga pupuk dan pestisida juga naik, sedangkan semua harga penjualan turun," kata dia.

Sebelumnya, Bupati Solok Epyardi Asda menemui pejabat Kemenperin untuk merespon terkait adanya petani yang diduga membuang tomat hasil panen ke dalam jurang di kawasan Nagari (desa) Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumbar, Selasa (2/7).

Pertemuan tersebut dalam rangka menandatangani Nota Kesepakatan Pemerintah Kabupaten Solok dengan (BSKJI) dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing industri kecil dan menengah.

Bupati Epyardi berharap dengan adanya kerja sama Kementerian Perindustrian melalui BSKJI ini dapat memberikan solusi bagi petani di Kabupaten Solok.