Menyantap jajanan khas Sunda untuk menu berbuka puasa di Bukittinggi

id berita bukittinggi, berita sumbar, cilok

Menyantap jajanan khas Sunda untuk menu berbuka puasa di Bukittinggi

Sajian "cilok" siap santap. (ANTARA/HO/cookpad.com-ref)

Menurutnya, memang tidak mudah menaklukkan lidah "Urang Awak", saat awal meniti usaha, Agam Permadi sempat dicemooh pelanggan namun ia tidak mudah berputus asa.
Bukittinggi (ANTARA) - Beragam menu berbuka puasa hadir saat Ramadan ini, bagi warga Kota Bukittinggi Sumatera Barat yang ingin mencoba menu berbeda, jajanan khas Sunda Jawa Barat dapat menjadi pilihan lain kali ini.

Di Kota Wisata ini, salah satu pelaku UMKM yang menawarkan menu buka puasa dengan cita rasa Jawa Barat adalah Agam Permadi.

Pria berusia 38 tahun ini menamai usahanya dengan “Sujame” singkatan dari Susu Jahe Merah dengan dapur produksi beralamat di Jalan N.J Dt Mangkuto Ameh No.126 Kelurahan Pulai Anak Air, Kecamatan MKS.

Beragam menu yang ditawarkan Agam Permadi lewat lapaknya itu, diantaranya, Cilok, Karedok, dan Susu Jahe Merah untuk menu khas Sunda serta Mie Surabaya, Soto Surabaya, dan Ayam Gecak.

Ia juga melayani pesanan khusus bagi pelanggan yang ingin menu bercita rasa Bali seperti Nasi Jinggo dan Nasi Tumpeng, Nasi Campur Bali, hingga Ayam Betutu.

“Rata-rata pelanggan memesan secara pre order, untuk yang Khas Sunda biasanya selalu ready setiap saat, Nasi tumpeng dan menu-menu khas Bali itu kebanyakan pesanan khusus seperti momen ulang tahun, pesta dan jamuan pejabat,” kata Agam Permadi di Bukittinggi, Minggu.

Untuk bulan puasa tahun ini ia merencanakan spesifik ronde jahe dan susu jahe sebagai pilihan utama.

Menurutnya, memang tidak mudah menaklukkan lidah "Urang Awak", saat awal meniti usaha, Agam Permadi sempat dicemooh pelanggan namun ia tidak mudah berputus asa.

“Awal 2016 saya merantau ke sini, tahun pertama buka, saya jual makaroni berbagai varian, saat itu saya diprotes pembeli, mereka komplain karena katanya citarasa Sunda belum cocok di lidah orang Minang, karena bahannya susah didapat, harga yang saya patok juga dinilai kemahalan," kata Permadi.

Karena belum menemukan peluang yang pas, Agam Permadi memutuskan untuk pulang kampung ke Bandung, dia lalu membuka Angkringan Khas Sunda, usahanya berjalan beberapa bulan, Pandemi COVID-19 pun melanda.

“Saya sempat balik ke Bandung untuk buka usaha Angkringan, karena terkendala COVID, saya putuskan balik lagi ke sini,” kata Agam Permadi.

Merantau ke Bukittinggi untuk kedua kalinya, Agam Permadi merubah menu jualannya, ia berinisiatif membuat minuman herbal untuk meningkatkan daya imun, persis seperti apa yang viral di media sosial kala itu.

“Awal pandemi banyak yang nyari jahe merah, penjualan saya sempat meningkat. Karena sekarang ini pandemi mulai reda, variannya pun dibikin ala kekinian. Susu jahe merah kini tersedia rasa coklat, milo, vanila, tiramisu, greentea dan sejenisnya. Targetnya tidak hanya kelompok tua tapi juga milenial,” beber Agam.

Agar tidak kehabisan bahan baku, Agam Permadi berlangganan rempah-rempah di Pasar Bawah, karena Jahe merah tidak biasa dipakai untuk memasak oleh masyarakat Bukittinggi dan sekitarnya, ia pun merasa tidak kesulitan mendapatkan bahan baku.

“Jahe merah jarang dipakai di Bukittinggi, pernah saya coba jahe putih tapi kurang mengena rasanya, saya sudah stok 10 kilogram untuk Ramadhan, jika orderan ramai, kadang 10 kilogram jahe merah hanya cukup untuk 10 hari,” ujar pria beranak satu itu.

Agam Permadi mengaku mewarisi keterampilan memasak dari ibunya yang memiliki usaha katering, keluarga Agam Permadi rata-rata memang pekerja kuliner, lingkungan itulah yang membuatnya belajar memasak secara otodidak.

“Untuk jangka panjang, saya ingin membuka kafe lagi, menunya khusus makanan Sunda, saya ingin mengenalkan masakan berkonsep kampung halaman saya di Sumbar ini,” kata dia mengakhiri.