Gempa Haiti, Kemlu pastikan tak WNI yang jadi korban
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban bencana gempa bumi di Haiti.
“Dari hasil pemantauan KBRI Havana dan komunikasi dengan komunitas Indonesia, sejauh ini tidak terdapat WNI yang terkena dampak gempa,” ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha melalui pesan singkat, Senin.
Judha menuturkan, saat ini tercatat ada 10 WNI di Haiti yang bekerja sebagai terapis spa di ibu kota Port Au Prince.
Menurut informasi yang ia terima, gempa bumi bermagnitudo 7,2 yang mengguncang Haiti pada Sabtu (14/8) mengakibatkan banyak gedung dan infrastruktur hancur.
Efek gempa yang ringan juga dirasakan di beberapa negara sekitar seperti Jamaika dan Bahama, yang juga merupakan wilayah kerja KBRI Havana.
“KBRI terus memantau kondisi setempat akibat gempa tersebut,” ujar Judha.
Pada Minggu (15/8), rumah-rumah sakit di Haiti dibanjiri oleh ribuan warga yang terluka setelah gempa dahsyat itu menewaskan sedikitnya 1.297 orang.
Haiti barat daya menanggung beban terberat, terutama di wilayah di dalam dan sekitar Kota Les Cayes. Badan Perlindungan Sipil Haiti mengatakan jumlah korban bencana telah meningkat menjadi 1.297 dan rumah sakit yang masih berfungsi berjuang untuk mengatasinya dengan sekitar 5.700 orang terluka.
Di kota barat laut Jeremie, daerah lain yang terkena dampak parah, dokter merawat pasien yang terluka di tandu rumah sakit di bawah pohon dan di kasur di sisi jalan, karena pusat kesehatan kehabisan ruang.
Tantangan yang dihadapi Haiti telah diperburuk oleh pandemi virus corona, penurunan ekonomi yang diperparah oleh kekerasan geng yang sengit, dan krisis politik yang melanda negara bermasalah itu setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada 7 Juli.
Gereja, hotel, rumah sakit, dan sekolah rusak parah atau hancur, sementara dinding penjara terkoyak oleh guncangan gempa hebat di Haiti. Sekitar 13.694 rumah hancur, kata badan perlindungan sipil, dan jumlah korban bisa bertambah, demikian laporan Reuters.
“Dari hasil pemantauan KBRI Havana dan komunikasi dengan komunitas Indonesia, sejauh ini tidak terdapat WNI yang terkena dampak gempa,” ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha melalui pesan singkat, Senin.
Judha menuturkan, saat ini tercatat ada 10 WNI di Haiti yang bekerja sebagai terapis spa di ibu kota Port Au Prince.
Menurut informasi yang ia terima, gempa bumi bermagnitudo 7,2 yang mengguncang Haiti pada Sabtu (14/8) mengakibatkan banyak gedung dan infrastruktur hancur.
Efek gempa yang ringan juga dirasakan di beberapa negara sekitar seperti Jamaika dan Bahama, yang juga merupakan wilayah kerja KBRI Havana.
“KBRI terus memantau kondisi setempat akibat gempa tersebut,” ujar Judha.
Pada Minggu (15/8), rumah-rumah sakit di Haiti dibanjiri oleh ribuan warga yang terluka setelah gempa dahsyat itu menewaskan sedikitnya 1.297 orang.
Haiti barat daya menanggung beban terberat, terutama di wilayah di dalam dan sekitar Kota Les Cayes. Badan Perlindungan Sipil Haiti mengatakan jumlah korban bencana telah meningkat menjadi 1.297 dan rumah sakit yang masih berfungsi berjuang untuk mengatasinya dengan sekitar 5.700 orang terluka.
Di kota barat laut Jeremie, daerah lain yang terkena dampak parah, dokter merawat pasien yang terluka di tandu rumah sakit di bawah pohon dan di kasur di sisi jalan, karena pusat kesehatan kehabisan ruang.
Tantangan yang dihadapi Haiti telah diperburuk oleh pandemi virus corona, penurunan ekonomi yang diperparah oleh kekerasan geng yang sengit, dan krisis politik yang melanda negara bermasalah itu setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada 7 Juli.
Gereja, hotel, rumah sakit, dan sekolah rusak parah atau hancur, sementara dinding penjara terkoyak oleh guncangan gempa hebat di Haiti. Sekitar 13.694 rumah hancur, kata badan perlindungan sipil, dan jumlah korban bisa bertambah, demikian laporan Reuters.