Jakarta (ANTARA) - Keluarga besar mendiang Titiek Puspa dengan kompak mengenakan pakaian serba putih pada prosesi pemakaman sang penyanyi senior di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta, Jumat, yang ternyata merupakan amanat dari Titiek.
“Jadi eyang itu sejak lima tahun yang lalu berpesan, dia punya pesan khusus, ‘nanti kalau aku mati, kalian datang, saudara aku harus pakai baju putih, ya’” ujar anak Titiek Puspa, Petty Tunjungsari di lokasi pemakaman.
Petty mengungkap, sang ibu, yang juga sering disapa banyak orang sebagai “eyang” itu sempat mengatakan bahwa ia tidak suka pakaian hitam, warna yang sering digunakan masyarakat dalam menghadiri prosesi pemakaman maupun momen duka lainnya.
Anak sulung penyanyi lintas generasi yang dikenal dengan kepribadiannya yang ceria tersebut tidak banyak bertanya di balik alasan pemilihan warna putih, namun ia mengatakan apapun yang diminta oleh sang ibu adalah sebuah amanat yang harus dijalankan.
“Seniman pasti punya gaya dan nilai sendiri, yang tidak dapat diperdebatkan,” kata Petty.
“Kalau saya, kami orang Jawa, apa yang ibu saya katakan istilahnya ‘sendiko ratu ibu’, jadi apa yang dikatakan ibu saya itu lebih dari sekadar instruksi, yakni amanat, amanat yang kalau dilanggar, bahaya, ini atas permintaan eyang sendiri,” tambahnya.
Titiek Puspa dimakamkan di blok pahlawan, AA1 Blad 48 TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, siang ini.
Sang legenda meninggal dunia di usia 87 tahun setelah menjalani operasi akibat pendarahan otak di sisi kiri kepalanya. Ia mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan, pada Kamis (10/4) pukul 16.25 WIB.
Titiek Puspa dikenal sebagai artis yang berkontribusi signifikan bagi perkembangan industri hiburan Tanah Air.
Selama hidupnya selain menyanyi dan menciptakan lagu, seniman bernama asli Sudarwati itu terlibat dalam penggarapan operet "Bawang Merah Bawang Putih", "Ketupat Lebaran", "Kartini Manusiawi", dan "Ronce-ronce" yang ditayangkan di TVRI.
Dia juga berakting, tampil dalam film seperti "Karminem", "Inem Pelayan Sexy", dan "Apanya Dong".