Inovasi terbaru alat penurun temperatur gesekan ban ciptaan mahasiswa UMM

id Ban,Tyrender,Universitas Muhammadiyah Malang

Inovasi terbaru alat penurun temperatur gesekan ban ciptaan mahasiswa UMM

Ilustrasi ban.

Malang, (Antaranews Sumbar) - Tyrender, sebuah inovasi baru alat penurun temperatur akibat gesekan pada permukaan ban karya mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), mampu memperpanjang usia pakai (service life ban).

"Alat ini untuk menurunkan temperature berlebih yang timbul akibat gesekan ban dengan permukaan jalan. Fungsi finalnya untuk memperpanjang usia pakai," kata penemu Tyrender, Haryo Widya Darmawan di Malang, Jawa Timur, Sabtu.

Haryo mengaku berangkat dari keprihatinannya terhadap para sopir dan pengusaha alat transportasi karena begitu cepatnya ban kendaraan terkikis, ia berusaha melakukan percobaan-percobaan hingga terciptanya tyrender.

Selama ini, katanya, sebagian besar usia ban angkutan barang hanya sekitar dua tahun, bahkan kurang. Padahal, harga masing-masing ban mencapai jutaan rupiah. Oleh karena itu, Haryo mencoba mencari terobosan dan inovasi yang mampu membantu memperlambat pengikisan ban tersebut.

Alat yang diciptakan Haryo tersebut, tidak hanya bisa membantu para pemilik kendaraan, tetapi juga mengantarkan mahasiswa teknik mesin itu melangkah ke Seoul Internastional Invention Fair (SIIF) di Seoul, Korea Selatan pada 6-9 Desember 2018.

Acara ini merupakan kompetisi inovasi internasional yang diselenggarakan Korea Intellectual Property Organization (KIPO) dan Korea Invention Promotion Association (KIPA) bekerja sama dengan Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA).

Lebih lanjut, Haryo mengatakan tyrender merupakan sebuah alat penurun temperature (akibat) gesekan pada permukaan ban. Ada beberapa kondisi yang membuat ban mengalami pengikisan, yakni permukaan jalan, kecepatan kendaraan dan beban yang diterima.

Selain itu, suhu atau temperatur yang meningkat akibat gesekan yang dialami ban, juga menjadi salah satu pemicu cepatnya ban menipis.

Alat yang didesain mahasiswa semester tujuh itu mampu meminimalisasi kondisi tersebut. Tyrender terdiri dari rangkaian tangki air, controller, pompa dan nozzle yang didisain sedemikian rupa, Tyrender secara otomatis akan menyemprotkan air ketika temperatur ban melebihi batas. Dengan demikian, usia pemakaian ban dapat lebih lama.

Alat ini, menurut Haryo, nanti akan dipasang di bawah fender atau spakbor dan tepat di atas ban. Saat temperature ban mencapai suhu tertentu yang berlebih, nozzle akan menyemprotkan air dengan sistem spray hingga menyeluruh.

Setelah suhu kembali ke batas angka normal, katanya, alat ini akan berhenti menyemprotkan air secara otomatis. Contohnya, jika pada awal berjalan ban akan memiliki temperature 30 derajat, lalu saat berjalan naik menjadi 35 derajat dan saat melaju kencang menjadi 40 derajat, alat ini akan secara otomatis mengembalikan suhu ban ke 35 derajat.

"Secara otomatis, spray akan mati jika suhu sudah kembali," paparnya.

Menyinggung kompetisi KIPO dan KIPA di Korea Selatan, Haryo mengatakan menjadi salah satu perwakilan Indonesia pada ajang bergengsi yang diikuti 30 negara di dunia tersebut, membuat dirinya harus menyempurnakan rancangannya sambil menyiapkan berbagai dokumen yang diperlukan.

Meski berkompetisi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang profesi dari seluruh dunia, Haryo tetap yakin dan optimis.

"Ada berbagai macam kategori, di antaranya construction, electric, dan mechanical controller. Saya ikut mechanical controller. Ini peserta kompetisinya tidak hanya pelajar dan mahasiswa, tetapi juga ada yang berasal dari tenaga profesional berbagai perusahaan ternama," ujarnya.

Pada 2017, kompetisi di ajang SIIF, Indonesia berhasil membawa pulang tiga medali emas, lima medali perak, dan enam medali perunggu.

Haryo pun berharap keberangkatannya nanti dapat mempersembahkan hasil yang terbaik untuk universitas dan Indonesia. "Pokoknya saya yakin saja dan memberi yang terbaik," pungkasnya. (*)