Simposium PPI se-Dunia bertema Songsong Indonesia Emas 2045 digelar di Moskow

id PPI

Simposium PPI se-Dunia bertema Songsong Indonesia Emas 2045 digelar di Moskow

Foto bersama peserta Simposium Internasional ke-10 Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) se-Dunia di Moskow, dari 23 hingga 27 Juli 2018. (Antara)

London, (Antaranews Sumbar) - Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PERMIRA) di Rusia sedang menggelar Simposium Internasional ke-10 Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) se-Dunia bertema "Songsong Indonesia Emas 2045" yang digelar di Moskow, sejak 23 hingga 27 Juli mendatang.

Sekretaris Pertama Fungsi Pensosbud KBRI Moskow Enjay Diana kepada Antara London, Kamis, mengatakan simposium bertemakan "Kontribusi Pemuda dalam Strategi Pembangunan Nasional Menuju Indonesia Emas 2045" dibuka Dubes Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi, Senin (23/7).

Dubes mengatakan ia menyambut baik dan mendukung penyelenggaraan Simposium yang diadakan seminggu setelah berakhirnya perhelatan Piala Dunia Rusia 2018 itu, dan berharap kegiatan tersebut dapat menghasilkan pemikiran segar dan baru dalam menuju Indonesia Emas tahun 2045.

Simposium ke-10 ini dihadiri lebih dari 150 orang atau yang terbesar sepanjang penyelenggaraan Simposium. Para peserta yang hadir adalah perwakilan 29 PPI dari 29 negara di Amerika, Eropa, Asia dan Oseania, Timur Tengah dan Afrika, perwakilan dari 4 Badan Eksekutif Nasional (BEM) perguruan tinggi di Indonesia, dan sejumlah tamu undangan, termasuk pembicara.

Sebagai pembicara kunci Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, dan Wakil Ketua MPR RI Mahyudin.

Dalam paparannya mengenai "Peran Pemuda dalam Mewujudkan Indonesia sebagai Negara Dominan", Kapolri Tito Karnavian mengatakan dalam sejarah bangsa Indonesia, pemuda selalu terdepan dalam pembangunan dan perubahan untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih baik.

Menurut Kapolri, PPI memiliki pengetahuan dan wawasan internasional, termasuk networking dan budaya dapat membangun komunikasi dengan pemuda di dalam negeri untuk memberikan sumbangsih dan menjadi agen perubahan.

"Untuk itu perlunya membuat networking diaspora Indonesia yang berdampak internasional, khususnya di bidang ekonomi," ujarnya.

Sementara, Wakil Ketua MPR RI Mahyudin mengatakan berdasarkan hasil proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010-2035, Indonesia berada dalam periode bonus demografi. Pendidikan sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Jika kualitas dan mutu pendidikan generasi muda dapat ditingkatkan, produktivitas dan keterampilan tenaga kerja akan meningkat pula sehingga dapat memiliki daya saing secara global.

Simposium juga menghadirkan berbagai kalangan sebagai pembicara, baik pemerintah, akademisi, maupun pelaku bisnis. Isu-isu yang dibahas dalam diskusi panel mengenai akselerasi pembangunan daerah, pendidikan, kesehatan masyarakat, ekonomi kreatif dan pariwisata.

Di antara pembicara adalah Deputi V Kantor Staf Presiden RI Jaleswari Pramodhawardani, Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Multikultural Esthy Reko Astuti, Staf Ahli Menteri Perindustrian Imam Haryono, Ketua Asosiasi Dosen Indonesia Dino Patti Djalal, CEO Selasar Miftah Sabri, Ketua Himpungan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J. Rachbini dan lainnya.

Para pembicara mengemukakan tahun 2030 Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terkuat ke-5 dunia berdasarkan proyeksi lembaga finansial global, yaitu Standard Chartered Bank dan Pricewaterhouse Coopers (PwC), dan ke-7 menurut McKinsey Global Institute. Pricewaterhous Coopers (PwC) bahkan memprediksikan tahun 2050 Indonesia akan menjadi negara ekonomi terkuat ke-4 dunia, setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat.

Para pembicara menekankan bahwa hal tersebut dapat dicapai dengan berbagai persyaratan, seperti pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, peran aktif generasi muda,

stabilitas ekonomi, politik dan keamanan.

Pada Simposium ke-10 ini dilakukan pemilihan koordinator PPI Dunia periode 2018-2019. Tongkat kepengurusan beralih dari Pandu Utama Manggala kepada Fadjar Mulia dari PPI Thailand.

Ketua PERMIRA Jeff Kalengkongan berharap semua mahasiswa di seluruh dunia dapat lebih aktif, bersatu dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa Indonesia. (*)