Painan (ANTARA) - Masyarakat Nagari Lumpo, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, berharap kepada Dinas Pengelolaan Sumbar Daya Air (PSDA) Sumatera Barat (Sumbar) untuk menormalisasi sungai Batang Lumpo. Mereka menyampaikan harapan itu karena nagari mereka sering kebanjiran jika hujan deras akibat dangkalnya Batang Lumpo, yang mengakibatkan sungai tersebut meluap dan memasuki rumah warga hingga setinggi pinggang orang dewasa.
Permintaan masyarakat tersebut disampaikan oleh Wali Nagari Lumpo, Suhardi Sikumbang, kepada Antara, Jumat (21/2). Ia mengatakan bahwa pihaknya sudah menyurati Dinas PSDA Sumbar untuk menyampaikan permintaan normalisasi Batang Lumpo, tetapi hingga kini sungai tersebut belum dinormalisasi.
"Batang Lumpo perlu dinormalisasi, antara lain diperdalam dan diluruskan agar aliran air lancar. Selama ini Batang Lumpo dangkal: ketinggian airnya 30 cm. Dampak dangkalnya Batang Lumpo adalah terjadinya banjir tiap kali hujan deras," ujar Suhardi.
Karena Dinas PSDA Sumbar tidak kunjung menormalisasi Barang Lumpo, pihaknya berinisiatif untuk melakukan normalisasi untuk mengurangi dampak banjir. Untuk melakukan normalisasi itu, kata Suhardi, masyarakat dan perantau Nagari Lumpo, dibantu oleh Badan Usaha Milik Nagari Tirta Gunung Talau, mengumpulkan dana secara swadaya untuk menyewa dan mengangkutnya ekskavator, membiayai upah operator ekskavator, dan membeli bahan bakar minyak ekskavator.
"Karena dana kami terbatas, kami hanya sanggup mengeluarkan dana untuk membiayai satu ekskavator melakukan menormalisasi. Dalam satu hari kami mengeluarkan biaya Rp3.870.000 untuk sewa ekskavator, BBM ekskavator, dan gaji operator ekskavator. Jumlahkan saja biayanya dari Minggu (16/2) sampai Sabtu (22/2). Biaya lainnya ialah biaya untuk mobilisasi ekskavator dari Nagari Salido pulang pergi sebanyak Rp3,2 juta," tuturnya.
Suhardi menjelaskan bahwa normalisasi yang mereka lakukan ialah mengeruk sedimen yang mengakibatkan pendangkalan sungai dan meluruskan kontur Batang Lumpo. Ia menyebut bahwa selama seminggu bekerja, pihaknya hanya mampu melakukan normalisasi sepanjang 30 meter. Karena itu, ia tetap mengharapkan Dinas PSDA Sumbar turun tangan untuk melakukan normalisasi tersebut.
“Setelah kami keruk sedimennya, kini air Batang Lumpo di Nagari Lumpo sudah mencapai 1 meter. Meski begitu, sungai itu masih perlu diperdalam. Rencana normalisasi di Batang Lumpo ini sepanjang 2 km, yang melintasi Nagari Lumpo, Nagari Ampuan Lumpo, Nagari Balai Senayan, dan Nagari Taratak,” ujar Suhardi.
Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Lumpo, Datuak Gamuak Syafri Herpindo, mengatakan bahwa sungai Batang Lumpo memang mengalami pendangkalan akibat tumpukan sedimen, yang terjadi karena erosi di hulu. Ia mengakui bahwa sungai tersebut yang melewati beberapa nagari memang perlu dinormalisasi karena sudah dangkal sehingga sering meluap jika hujan turun. Meskipun begitu, ia mengatakan bahwa tidak semua nagari yang dilewati Batang Lumpo yang parah kondisi kedangkalan sungainya.
“Memang di beberapa nagari, Batang Lumpo perlu mendesak untuk dinormalisasi, salah satunya di Nagari Lumpo,” ucapnya.
Syafri Herpindo menyebut bahwa Batang Lumpo memiliki panjang sekitar 10 km. Ia mengatakan bahwa dari sebelas nagari di dalam KAN Lumpo, hanya Nagari Ampang Tareh Lumpo dan Nagari Gunuang Bungkuak Lumpo yang tidak dilalui Batang Lumpo.*