Menteri Desa nilai BUMNag Lumpo Pesisir Selatan contoh Bumdes Maju
Painan (ANTARA) - Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto, menilai Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) Tirta Gunung Talau sebagai salah satu contoh badan usaha milik desa (bumdes) yang maju di Indonesia.
“Saya sedang mendata Bumdes yang maju untuk dijadikan percontohan bagi desa-desa lain di Indonesia. Nanti kesuksesan BUMNag Tirta Gunung Talau ini saya ceritakan ke mana-mana dalam kunjungan saya ke desa-desa,” ujar Yandri saat meresmikan pemakaian air bersih berskala nagari yang dikelola BUMNag Tirta Gunung Talau di Nagari Lumpo, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Minggu.
Bumnag Tirta Gunung Talau merupakan Bumdes bergerak di bidang penyediaan air bersih sesuai dengan potensi yang ada di daerah itu.
Yandri ingin tiap desa di Indonesia mendirikan Bumdes tematik yang disesuaikan dengan potensi tiap desa, misalnya ada desa yang bumdesnya fokus ke cabai, tomat, semangka, lele, sapi, nila, beras.
Ia menyarankan tiap desa membangun usaha yang berbeda agar harga produk menjadi tinggi. Ia menyebut bahwa kalau produknya sama, harganya rendah karena produksinya banyak.
Untuk memajukan Bumdes, kata Yandri, pengelola dapat bekerja sama dengan pihak swasta. Ia sudah melihat Bumdes yang maju yang bekerja sama dengan pihak swasta, misalnya Bumdes Payang Sejahtera di Desa Sungai Payang, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang punya 240 karyawan, dan Bumdes Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang mengekspor kendang jimbe dari kulit sapir ke Cina.
“Bumdes-bumdes maju ini akan saya jadikan bumdes percontohan. Kalau ada bumdes yang ingin mengelola usaha penyediaan air, saya minta mereka belajar ke BUMNag Tirta Gunung Talau. Kalau ada bumdes yang ingin mengolah kulit sapi, saya minta mereka belajar ke bumdes Desa Ngoran. Kalau Bumdes maju, pendapatannya bisa untuk kesejahteraan desa, seperti untuk beasiswa, membantu penanganan kemiskinan ekstrim, dan menangani stunting,” tuturnya.
Yandri meminta semua desa mendirikan Bumdes untuk mencapai, salah satunya, swasembada pangan. Kalau semua desa punya Bumdes yang mengelola pangan dan bumdesnya maju, kata Yandri, swasembada pangan akan tercapai karena desa sudah swasembada pangan.
Wali Nagari Lumpo, Suhardi Sikumbang, menjelaskan bahwa dengan adanya BUMNag Tirta Gunung Talau, masyarakat nagari tersebut dapat menikmati air bersih dengan harga yang jauh lebih murah daripada harga air PDAM.
Ia menyebut bahwa warga rata-rata membayar tagihan air BUMNag Tirta Gunung Talau sebesar Rp8 ribu per bulan. Sebelumnya, warga membayar tagihan PDAM dari Rp120 ribu hingga Rp180 ribu per bulan.
Suhardi menceritakan bahwa pihaknya membuat BUMNag Tirta Gunung Talau karena masyarakat nagari itu mengeluhkan tingginya tagihan air PDAM yang harus mereka bayar tiap bulan. Lantaran masalah itu, ia berinisiatif untuk bekerja sama dengan Pamsimas dan modal 10 persen dana desa nagari tersebut untuk membeli pipa penyalur air dari sumber air di Gunung Talau ke rumah warga.
“Awalnya dibantu Pamsimas dan gotong royong masyarakat nagari untuk memasang pipa dari Gunung Talau ke permukiman warga. Kini BUMNag Tirta Gunung Talau sudah mandiri. Pengurusnya ada tiga orang, yaitu direktur, sekretaris, dan bendahara. Teknisinya ada dua orang dan tukang tagihnya satu orang,” ucapnya.*
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menteri Desa nilai BUMNag Lumpo Pesisir Selatan contoh Bumdes Maju
“Saya sedang mendata Bumdes yang maju untuk dijadikan percontohan bagi desa-desa lain di Indonesia. Nanti kesuksesan BUMNag Tirta Gunung Talau ini saya ceritakan ke mana-mana dalam kunjungan saya ke desa-desa,” ujar Yandri saat meresmikan pemakaian air bersih berskala nagari yang dikelola BUMNag Tirta Gunung Talau di Nagari Lumpo, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Minggu.
Bumnag Tirta Gunung Talau merupakan Bumdes bergerak di bidang penyediaan air bersih sesuai dengan potensi yang ada di daerah itu.
Yandri ingin tiap desa di Indonesia mendirikan Bumdes tematik yang disesuaikan dengan potensi tiap desa, misalnya ada desa yang bumdesnya fokus ke cabai, tomat, semangka, lele, sapi, nila, beras.
Ia menyarankan tiap desa membangun usaha yang berbeda agar harga produk menjadi tinggi. Ia menyebut bahwa kalau produknya sama, harganya rendah karena produksinya banyak.
Untuk memajukan Bumdes, kata Yandri, pengelola dapat bekerja sama dengan pihak swasta. Ia sudah melihat Bumdes yang maju yang bekerja sama dengan pihak swasta, misalnya Bumdes Payang Sejahtera di Desa Sungai Payang, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang punya 240 karyawan, dan Bumdes Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang mengekspor kendang jimbe dari kulit sapir ke Cina.
“Bumdes-bumdes maju ini akan saya jadikan bumdes percontohan. Kalau ada bumdes yang ingin mengelola usaha penyediaan air, saya minta mereka belajar ke BUMNag Tirta Gunung Talau. Kalau ada bumdes yang ingin mengolah kulit sapi, saya minta mereka belajar ke bumdes Desa Ngoran. Kalau Bumdes maju, pendapatannya bisa untuk kesejahteraan desa, seperti untuk beasiswa, membantu penanganan kemiskinan ekstrim, dan menangani stunting,” tuturnya.
Yandri meminta semua desa mendirikan Bumdes untuk mencapai, salah satunya, swasembada pangan. Kalau semua desa punya Bumdes yang mengelola pangan dan bumdesnya maju, kata Yandri, swasembada pangan akan tercapai karena desa sudah swasembada pangan.
Wali Nagari Lumpo, Suhardi Sikumbang, menjelaskan bahwa dengan adanya BUMNag Tirta Gunung Talau, masyarakat nagari tersebut dapat menikmati air bersih dengan harga yang jauh lebih murah daripada harga air PDAM.
Ia menyebut bahwa warga rata-rata membayar tagihan air BUMNag Tirta Gunung Talau sebesar Rp8 ribu per bulan. Sebelumnya, warga membayar tagihan PDAM dari Rp120 ribu hingga Rp180 ribu per bulan.
Suhardi menceritakan bahwa pihaknya membuat BUMNag Tirta Gunung Talau karena masyarakat nagari itu mengeluhkan tingginya tagihan air PDAM yang harus mereka bayar tiap bulan. Lantaran masalah itu, ia berinisiatif untuk bekerja sama dengan Pamsimas dan modal 10 persen dana desa nagari tersebut untuk membeli pipa penyalur air dari sumber air di Gunung Talau ke rumah warga.
“Awalnya dibantu Pamsimas dan gotong royong masyarakat nagari untuk memasang pipa dari Gunung Talau ke permukiman warga. Kini BUMNag Tirta Gunung Talau sudah mandiri. Pengurusnya ada tiga orang, yaitu direktur, sekretaris, dan bendahara. Teknisinya ada dua orang dan tukang tagihnya satu orang,” ucapnya.*
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menteri Desa nilai BUMNag Lumpo Pesisir Selatan contoh Bumdes Maju