Padang (ANTARA) - Ketua Umum (Ketum) Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI) Hedy Rahadian memaparkan sejumlah tantangan yang dihadapi terkait upaya pembangunan infrastruktur jalan maupun jembatan di tanah air.
"Pertama, kita sedang menghadapi construction 5.0," kata Ketum HPJI Hedy Rahadian dalam stadium generale dan peluncuran pelatihan dan uji kompetensi mencetak profesional highway and bridge enginners untuk keberhasilan pembangunan jaringan jalan berkelanjutan di Sumatera Barat dan Indonesia yang diselenggarakan Universitas Andalas, Padang, Rabu.
Hedy mengatakan kemajuan teknologi dan informasi khususnya industri 5.0 harus diiringi oleh pengembangan kapasitas sumber daya manusia. Dengan kata lain, setiap individu harus bisa memanfaatkan dan berinteraksi dengan kecerdasan buatan.
Menurut dia, perubahan teknologi yang berkaitan dengan kecerdasan buatan secara tidak langsung akan berdampak pada kondisi ketenagakerjaan, termasuk di bidang infrastruktur atau konstruksi. Bahkan, situasi tersebut juga dapat berimbas ke sisi sosial dan lingkungan.
"Jadi, mau tidak mau itu adalah tantangan yang akan kita hadapi di dunia konstruksi," kata Ketum HPJI.
Meskipun demikian, Hedy mengatakan tenaga kerja di bidang konstruksi tidak akan bersaing dengan kecerdasan buatan namun lebih kepada sumber daya manusia yang menggunakan kecerdasan buatan. HPJI mengajak pekerja di bidang tersebut bisa beradaptasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memudahkan pekerjaan.
"Jadi poinnya adalah kita jangan terlambat menggunakan kecerdasan buatan. Jika tidak, kita akan kalah jauh," ujar dia mengingatkan.
Dalam paparannya, Hedy mengatakan para insinyur saat ini juga dihadapkan dengan persoalan profesionalisme. Sebab, kerap kali pekerja di bidang konstruksi tidak mampu mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi ketika mengerjakan sebuah proyek.
Untuk mengatasi persoalan profesionalisme, HPJI menyarankan agar setiap pekerja di sektor konstruksi menguatkan prinsip-prinsip teknis dengan lebih disiplin. Sebab, para insinyur ditantang untuk bisa memaksimalkan alat yang ada demi mendapatkan kualitas bangunan yang baik.
"Kuncinya adalah integritas dan profesi kita. Jadi, seberapa pintar pun Anda, kalau tidak diikuti profesionalisme maka hasilnya akan berantakan," ujar dia mengingatkan.