Benar atau tidaknya Kasus Inses, Bukittinggi sedang tidak baik-baik saja!

id berita bukittinggi,erman safar,berita sumbar,Kasus Inses bukittinggi Oleh Alfatah

Benar atau tidaknya Kasus Inses, Bukittinggi sedang tidak baik-baik saja!

Alfatah (ANTARA/Doc. Pribadi)

Bukittinggi (ANTARA) - Apresiasi kepada seluruh pihak yang responsif dalam menyikapi segala keadaan terkini di Kota Bukittinggi mulai dari Wali Kota, Tokoh Adat dan Agama, Politikus, Mahasiswa beserta warga masyarakat di dua dunia (nyata dan medsos).

Hal ini membuktikan perhatian besar dan perasaan "Cinta Kampuang" pada Bukittinggi Koto Rang Agam sekalipun bersuku asli Kurai, sekalipun mungkin ada segelintir yang memanfaatkan momen bergejolak sebagai alat kepentingan pribadi atau kelompok, mungkin.

Terkini, tentu saja yang menjadi topik panas alias Hot Topic alias Viral, dugaan Kasus Inses atau hubungan terlarang sedarah yang diduga dilakukan oleh seorang ibu dan anak laki-lakinya.

Pengungkapannya oleh Wali Kota Bukittinggi membuat heboh, selanjutnya terjadi bantahan dan pelaporan berita itu diduga hoax hingga berujung dilaporkannya pemimpin daerah termuda sepanjang sejarah Bukittinggi itu ke Polisi malah semakin menghebohkan Kota Jam Gadang.

Tidak cukup dari Menara Jam Gadang saja, berita dan kabar ini didengar dilihat disaksikan seluruh Indonesia bahkan dunia berkat andil peran wartawan yang terus memberitakan.

"Saya ditelepon oleh Dunsanak (Saudara) yang kini merantau di Eropa, dia nyinyir bertanya ada apa dengan Kampuang Bukittinggi, benarkah kasus itu terjadi, dan kenapa pula Wali Kota kini jadi Terlapor," kata seorang warga, Rozal (49).

Harus sama-sama diakui dan berjujur diri, Bukittinggi memang dalam keadaan tidak baik-baik saja saat ini, ungkapan Bukittinggi Tidak Baik-Baik Saja ini pernah pertama kali diungkap oleh Almarhum Deny Satriadi, beliau Aktivis Senior Bukittinggi Agam, ungkapan itu dicetuskannya saat polemik Ketua DPRD yang lama (Herman Sofyan) diganti ke yang baru (Beny Yusrial) yang sama-sama satu partai.

Hal senada kemudian juga pernah diamini oleh mantan Kasatreskrim Polres Bukittinggi, AKP Adriansyah Rollindo di periode Mei 2022 saat meminta perhatian lebih dari pemerintah daerah dan masyarakat terkait kasus asusila yang kerap terjadi di wilayah hukum Polres Bukittinggi.

"Setidaknya, ada 10 kasus pencabulan dan asusila yang kami tangani sejak awal tahun ini, kondisi ini memiriskan, kita minta betul perhatian pemerintah daerah dan seluruh kalangan," katanya saat itu.

Kekhawatiran Kasatreksrim yang kini menjadi Kabag Ops Polres Solok itu kemudian terbukti, kasus asusila seakan tidak pernah berhenti terjadi di Kota Bukittinggi dan Agam sebelah timur.

Dari catatan yang dirangkum, setidaknya beberapa kasus menandakan daerah itu tidak baik-baik saja khususnya dalam permasalahan tindak asusila kerap terjadi dan berhasil diungkap, belum lagi yang mungkin tidak terpublikasikan.

Akhir Juni 2022, seorang pria berusia 67 tahun ditangkap karena kasus pencabulan anak usia bawah umur (13). Di bulan yang sama, polisi juga menangkap ER (67) yang berlaku tidak senonoh mencabuli di atas sepeda motor pada korban anak berusia sembilan tahun.

Agustus 2022, seorang Wakil Kepala Sekolah SMK ditangkap karena mencabuli anak laki-laki di ruangan sekolah.

Masih di bulan yang sama, seorang petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) ditangkap karena kedapatan mencabuli enam orang bocah perempuan usia bawah umur, pelaku berusia 52 tahun

November 2022, Polisi menangkap dua laki-laki yang menjadi mucikari kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) menjual perempuan berusia 18 di sebuah hotel.

Masuk ke awal 2023, Satpol PP Bukittinggi dengan Tim SK4 mulai aktif melakukan pengungkapan kasus pelanggaran ketenteraman dan ketertiban umum (Trantibum).

Di Januari, petugas mengungkap setidaknya ada sembilan perempuan terjaring razia dan tiga pasangan yang menginap tanpa ikatan resmi.

Masih di bulan yang sama, polisi turut menangkap seorang pengunjung Kebun Binatang Taman Marga Satwa Bukittinggi Kinantan (TMSBK) yang melakukan pelecehan kepada wisatawan asal Riau.

Kemudian satu orang laki-laki yang ditangkap di kios pangkat rambut yang melecehkan seorang anak laki-laki bermodus telpon genggam.

Lanjut ke Februari, polisi menangkap pelaku begal payudara yang begitu lama meresahkan warga, disusul Satpol PP meringkus pasangan mesum dalam sebuah mobil di daerah Belakang Balok.

Pengungkapan kasus asusila ini semakin membuat warga tercengang dengan adanya penangkapan seorang pria paruh baya inisial M (51) yang tega mencabuli anak kandungnya sendiri yang masih berusia sembilan tahun.

Pada Maret, tim gabungan mengamankan empat pelaku mesum dan dua pelaku LGBT, mereka ditangkap di lokasi berbeda pada Minggu (26/03).

Parahnya, aktivitas pelanggaran di Ramadan itu bertambah dengan ditangkapnya tiga orang pelaku LGBT pada satu rumah kos dan seorang PSK.

Tidak berhenti di sana, petugas keamanan kembali menggaruk tiga orang pelaku LGBT saat malam lebaran, pelaku bahkan mengelola akun "Gay Bukittinggi" yang ternyata banyak diikuti oleh warga medsos.

Yang lebih mencengangkan, pelaku LGBT ini dideteksi positif HIV dan mengaku sudah berhubungan dengan 1.200 pelanggan.

Di periode Juni ini, polisi menangkap seorang bocah laki-laki usia bawah umur yang sudah berperan sebagai mucikari Kasus Perdagangan Orang, mengejutkan lagi, yang menjadi pelanggannya adalah laki-laki yang meminta dicarikan laki-laki lain alias juga pelaku LGBT.

Terakhir, kembali ke awal, dugaan kasus Inses yang diungkap Wali Kota yang kemudian dibantah pihak keluarga hingga berujung pelaporan pengaduan ke kepolisian.

Saat ini, keabsahan dari kasus ini sudah dalam proses penanganan pihak Satreskrim Polres Bukittinggi, belum ada keterangan resmi membenarkan atau men-tidak kan terjadinya kejadian itu walau pihak keluarga telah secara resmi membantahnya.

Tapi, sungguh, dari rentetan kejadian penangkapan dan pengungkapan kasus baik dari Satpol PP atau Polresta di atas, sudah memberikan peringatan kepada kita semua untuk waspada, menanamkan rasa cemas dan takut kepada buah hati anak kemenakan tentang keadaan terkini di Bukittinggi.

Kita semua memiliki peran penting untuk mengantisipasi dan mencegah bahkan memberikan efek jera kepada pelaku.

Kami melihat bagaimana momentum bangkitnya tokoh adat dan pemuka masyarakat sebagai cerminan kepedulian beliau kepada nama baik Kota Bukittinggi dan Minangkabau di mata dunia.

Alangkah berbahagia dan terjaganya warga kota ini andai Pemerintah Kota dengan Satpol-PP dan Tim SK4 nya, berjalan bersama Tokoh Adat dengan Parik Paga nya, dibantu TNI POLRI untuk sama-sama mengawal menjaga hingga tidak ada lagi judul berita atau pemahaman bahwa "Bukittinggi Tidak Baik-Baik Saja" di kemudian hari.