Membangun kerlip cahaya Madinah di Kota Solok

id solok, cahaya madinah, bmt

Membangun kerlip cahaya Madinah di Kota Solok

Seorang warga berdiri di depan masjid Al Manar Solok yang merupakan masjid yang mengelola BMT cukup baik.(Antara Sumbar/Tri Asmaini)

Solok, (Antaranews Sumbar) - Kota Solok, dengan luas 57,64 kilometer persegi yang wilayahnya tidak begitu luas dibanding kabupaten dan kota lainnya di Sumatera Barat memiliki lahan terbatas.

Terletak pada ketinggian 514 meter, dengan topografi daratan dan berbukit kota ini berada di ketinggian 390 meter diatas permukaan laut (mdpl) membuat iklimnya sejuk dan tidak terlalu panas.

Kota yang berslogan Solok Kota Beras Serambi Madinah terus berupaya mengarahkan masyarakatnya menuju rakyat yang makmur dan hamba Allah diberkahi.

Menjadikan Kota Madinah Al Munawwarah atau Kota yang bercahaya sebagai contoh tauladan yang merupakan peradaban kedua umat Islam di Arab Saudi, Kota Solok berusaha menjadikan tiap sendi-sendi kehidupan sesuai dengan syariat Islam.

Berbagai sarana dan prasarana untuk mendukung program keagamaan terus dibangun untuk memberikan kenyamanan bagi masyarakat dalam beribadah. Sekitar 10 masjid pertahun direnovasi dari mulai tempat berwudhu, bangunan utama, hingga menara untuk adzan agar semakin menarik masyarakat memakmurkan rumah ibadah.

Pembangunan dan renovasi masjid melalui dana APBD dan hibah agar lebih cepat selesai. Dana hibah diusulkan oleh pengurus masjid berdasarkan keadaan dan kebutuhan, nantinya tim survei dari pemerintah daerah akan melihat layak atau tidaknya masjid tersebut untuk direnovasi. Kemudian jika disetujui, pemerintah akan merekomendasikan pada tim anggaran melalui Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Masjid bisa mendapatkan dana hibah untuk memperbaiki atau memperindah masjid berkisar Rp100 juta hingga Rp300 juta.

Sejak 2018, Pemerintah juga memberi tiang-tiang yang berisi tulisan nama-nama Allah atau “asmaul husna” di sepanjang jalan-jalan utama Kota Solok sebagai pengingat bahwa kota tersebut ingin mengajak masyarakatnya selalu mengingat Allah disepanjang perjalanan dan setiap waktu.

Kelurahan Tanjung Paku juga membuat tiang-tiang untuk mengingat asmaul husna dalam rangka mendukung visi pemerintah yang ingin menerapkan “adat basandi syarak syarak basandi kitabullah” atau adat bersendi syarak, syarak bersendi Al Quran.

Ada pula wacana Wali Kota Solok Zul Elfian untuk membuat menara Serambi Madinah untuk dapat melihat Kota Solok dari ketinggian di pusat Kota tersebut.

Selain itu, perencanaan untuk membangun rumah tahfidz juga mulai dilaksanakan. Lokasi pendirian telah ditentukan. Impian Wali Kota memiliki taman dan museum Tahfidz tidak membutuhkan waktu yang lama jika dana telah dianggarkan.

Rumah dan museum tahfidz perdana di Kota Solok, Sumatera Barat bahkan Indonesia akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga kota. Di dalamnya selain adanya berbagai buku, penggambaran sejarah islam, penggambaran belajar Al Quran, juga diisi dengan mesin permainan yang peserta dituntut untuk melanjutkan ayat Al Quran.

Adanya pembangunan payung-payung di teras Masjidil Haram juga ingin diwujudkan di halaman Masjid Agung Kota Solok Al Muhsinin sebagai upaya memperkuat identitas Kota tersebut.

Selain itu di bidang pembinaan terdapat program malam bina iman taqwa (mabit) bagi remaja dalam rangka membentuk karakter generasi yang lebih cerdas dan religi baik jasmani maupun rohani sesuai ajaran islam.

Mabit diikuti mulai dari siswa SMP dan SMA yang mendapat giliran setiap minggunya. Dalam kegiatan Mabit siswa tidak hanya belajar agama, santapan rohani dan mengaji, tapi juga diajarkan untuk bisa membawakan acara atau menjadi protokol, mandiri.

Salah satu program rohani yang terus dilanjutkan Kota beras itu yaitu dokter rohani. Program ini dilaksanakan dengan cara penyuluh agama sebagai dokter rohani mendatangi masyarakat kurang mampu yang dari segi pengetahuan agama seperti membaca Al Quran dan mengerjakan shalat.

Masyarakat nantinya dibina oleh penyuluh tersebut hingga dapat membenahi hidupnya ke arah yang lebih baik sesuai tuntunan agama. “Karena ada pepatah yang menyebutkan kemiskinan mendekatkan pada kekufuran.

Penyuluh agama bisa berasal dari pengurus masjid, imam, ketua RT atau RW atau perangkat kelurahan sehingga bisa dengan mudah berkoordinasi dengan pengurus kelurahan dan mengetahui masyarakat daerahnya yang membutuhkan bimbingan. Memang tidak mudah pada awalnya, sulit merubah kebiasaan yang sudah lama terbentuk.

Tapi, kegigihan dan kesabaran penyuluh sudah banyak membantu menyadarkan dan membawa masyarakat dari yang buta agama menjadi rajin ke masjid untuk shalat berjamaah, dapat membaca Al Quran dan lainnya.

Ketika penyuluh agama sudah mengetahui target atau masyarakat yang akan dibantu, nantinya dokter rohani akan mendeteksi seberapa parah masalah penyakit rohani warga tersebut. Semakin tinggi penyakit rohani yang dimiliki warga semakin lama pula dokter rohani di rumah tersebut.

Apalagi jika yang bermasalah rohaninya satu keluarga, dari mulai ayah, ibu dan anak. Akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengubah kebiasaan seluruh keluarga tersebut hingga minimal menjalankan perintah agama dasar.

Untuk mendekati masyarakat juga tidak mudah pada awalnya, adanya keengganan dan merasa dituntut berubah. Tapi seiring waktu, ketika mereka mulai merasakan hidayah dan tujuan baik para penyuluh mereka dengan mudah ikut mengikuti dan perlahan memperbaiki kehidupan mereka dari berbagai aspek termasuk meningkatkan ekonomi dengan melibatkan Allah sebagai satu-satunya penolong.

Saat ini, kota yang juga mulai mengembangkan potensi minyak atsiri tersebut sudah memiliki penyuluh agama yang cukup berjumlah 128 orang, yang setiap kelurahan sekitar 10 orang penyuluh tergantung luas wilayah.

Kota Solok yang terkenal akan berasnya juga menganjurkan masyarakat untuk puasa Senin dan Kamis, Shalat Berjamaah dan tentunya magrib mengaji. Di masjid Agung kota setempat sampai diberikan hadiah untuk laki-laki yang mengikuti shalat Subuh berjamaah terbanyak.

Pada 1 hingga 4 Oktober 2018, Pemerintah menggelar festival Serambi Madinah sebagai jalan menguatkan syiar Islam dan menjalin ukhuwah islamiyah. Selain itu sebagai kegiatan pemanasan sebelum Kota Solok menjadi tuan rumah MTQ tingkat provinsi 2019. Sebanyak 17 kota dan kabupaten dari Provinsi Jambi, Riau dan Sumatera Barat ikut memeriahkan festival tersebut dengan sekitar 500 utusan.

Festival bernuansa islami tersebut melombakan empat cabang, yaitu Tahfizh hadis, Pemilihan Dai Cilik (Pildacil), Bintang Qasidah dan Qasidah Rebbana. Festival ini merupakan kegiatan yang pertama kali diangkat Kota Solok demi melekatkan nuansa islami dengan masyarakat. Baik dalam akhlak maupun keseharian masyarakat, sehingga nantinya Kota Solok Serambi Madinah sesuai dengan slogannya.

BMT solusi ekonomi masyarakat

Pemerintah Kota (Pemkot) Solok melalui sejumlah masjid juga menyediakan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) atau sejenis koperasi simpan pinjam bagi para jamaah masjid yang ingin meminjam sejumlah uang bagi pengembangan usaha dan kebutuhan lainnya, tanpa dikenakan bunga saat pengembalian peminjaman.

Kabag Kesra Kota Solok, Heppy Dharmawan, mengatakan, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah sejenis koperasi simpan pinjam bagi para jamaah yang membutuhkan sejumlah dana, waktu peminjaman uang diberlakukan saat masuk jam shalat dan begitu juga dengan saat pengembaliannya.

"BMT ini telah belangsung sejak 2003 yang digagas oleh Wali Kota Solok, Zul Elfian, dan masjid yang dahulu memperlakukan BMT itu adalah masjid Almanar Sawah Sianik, dan Masjid Nurul Iman Tanah Garam, Al Furqon Koto Panjang, Masjid Darussalam dan lainnya," ujarnya.

Ia juga menjelaskan, proses peminjaman uang ini juga tergantung kebijakan masing- masing masjid, ada yang memberlakukan peminjaman ini bagi jamaah yang selalu rutin melakukan shalat berjamaah atau sendiri di masjid tersebut, dengan harapan nantinya jamaah tersebut bisa langsung bisa menyicil sedikit demi sedikit uang yang dipinjamnya.

" Proses peminjaman ini tidak memberatkan para peminjamnya, masing- masing masjid memperlakukan kebijakan yang berbeda ada yang meminjamkan bagi jamaah nya yang rajin menunaikan shalat jamaah atau sendiri dimasjid tersebut dan ada pula masjid yang meminjamkan bagi jamaah masjidnya atau warga lainya, asalkan peminjaman pada saat jam shalat," terangnya.

Jumlah nominal peminjaman BMT ini beragam ada yang dari Rp200 ribu, Rp500 ribu, hingga maksimal Rp5 juta.

Tujuan utama pemerintah mengadakan program BMT ini adalah untuk menjauhkan warga Kota Solok, dari sistem peminjaman uang melalui rentenir.

"Karena mengingat peminjaman uang melalui rentenir menurut agama kan hukumnya haram, karena sistem peminjaman yang memperlakukan sistem bunga yang tidak sesuai dengan syariat islam, misalnya meminjam uang Rp200 ribu, maka disaat pengembaliannya rentenir tersebut akan memintanya dengan jumlah Rp300 ribu, dan bahkan lebih," katanya.

Beruntunglah bagi jamaah yang meminjam uang melalui BMT ini, tidak dikenakan bunga pinjaman sedikitpun. Hanya dengan syarat ada surat perjanjian diatas materai jika lebih dari Rp1 juta dan ada ahli waris atau saksi dari keluarga.

"Jika dia meminjam uang dengan jumlah Rp500 ribu, cukup saat mengembalikan uang yang dipinjam nya tersebut dengan jumlah Rp500 ribu, pengembalian uang juga bisa dicicil sesuai dengan akad pinjamnya, dengan nominal yang telah ditentukan saat pengembalian uang setiap harinya atau perminggunya," ucapnya.

Jika ada para peminjam dana BMT ini yang lalai dalam proses pengembalian pinjaman BMT ini, biasanya pengurus masjid akan mengumumkan melalui toa disaat setelah sholat berjamaah dengan imbauan agar peminjam memenuhi kewajibannya.

Jika melalui imbauan ini tidak diindahkan maka akan dipasang wajah para peminjam melalui selembar kertas di majalah dinding masjid, jika melalui ini masih belum jera maka akan di iklankan biodata beserta foto peminjam melalui media baik itu media cetak, online dan lainnya.

Hingga saat ini diperkirakan ada sekitar 27 masjid yang menyediakan BMT ini dari 56 masjid yang ada di Kota Solok. Dari 27 masjid tersebut yang aktif melakukan kegiatan BMT sekitar 15 masjid.

"Awal- awal diberlakukan BMT ini dananya dari masjid itu sendiri yang diperoleh dari para donatur masjid, karena melihat bertambahnya jumlah para peminjam BMT ini dan masjid tidak begitu sanggup meminjamkan dalam jumlah yang banyak, sejumlah masjid mengajukan program ini ke pemerintah, dan melihat BMT ini sangat membantu masyarakat dan membantu perekonomian peminjamannya, hingga akhinya Pemda memberikan Rp10 juta permasjid," ujarnya.

Program BMT di Masjid Al Manar

Masjid Al Manar di Sawah Sianik, Kelurahan Nan Balimo merupakan salah satu masjid yang pertama memakai sistem Baitul Maat Wal Tamwil (BMT) yang dimulai di Kota Solok sekitar 2003.

Pengurus masjid Al Manar, Tono mengatakan bahwa anggota BMT di masjid tersebut sekitar 100 orang. Peserta BMT harus tinggal di daerah sawah Sianik atau sekitar Masjid Al Manar.

Untuk meminjam uang hanya dapat dilakukan ketika selesai waktu shalat. Dengan pinjaman di bawah Rp1 juta tidak memakai materai, diatas Rp1 juta hingga maksimal Rp5 juta memakai materai. Waktu meminjam maksimal 20 minggu atau 5 bulan.

“Alhamdulillah banyak yang meminjam dan lancar mengembalikan, walau ada juga yang kadang terlambat dan diberi denda,” katanya.

Menurut Tono yang tinggal di depan masjid Al Manar, Ada donatur yang meminjamkan uang untuk jamaah masjid. Seperti masyarakat yang cukup berada, anggota DPRD di daerah tersebut, atau orang rantau yang mempunyai usaha cukup besar.

Masyarakat dapat meminjam secara bertahap. Dimulai dari nominal terkecil, Rp200 hingga Rp500 ribu, dan jika dapat mengembalikan tepat waktu Ia akan mendapat kesempatan meminjam lebih besar dari sebelumnya. Dan biasanya yang mendapat pinjaman cukup besar harus rajin shalat berjamaah ke masjid.

Setiap peminjaman sekitar Rp500 ribu ada biaya administrasi Rp12.500, dan jika terlambat mengembalikan akan didenda Rp1.000 perhari.

Salah seorang warga Yanti (46) yang sudah sukup sering meminjam dana dari BMT Masjid Al Manar, menyebutkan menggunakan uang tersebut untuk keperluan usaha dan biaya anak sekolah.

“Saya sudah pernah sekitar 10 kali meminjam, alhamdulillah lancar mengembalikan. Sejak 2004, saat program BMT di masjid Al Manar ada, saya sudah pernah meminjam, dan Alhamdulillah selalu mengembalikan sebelum 20 minggu,” katanya.

Ia mendapatkan informasi peminjaman saat pengurus bersosialisasi sesudah shalat berjamaah. Sesudah itu informasi berkembang pesat ke masyarakat lain di sekitar masjid dan daerah Sawah Sianik.

“Untuk meminjam harus rajin ke masjid, kalau tidak mengembalikan nanti namanya akan dibacakan sesudah waktu shalat, kan malu,” kata Yanti yang juga berdagang makanan di sekitar masjid.

Pada masa yang akan datang, pemerintah juga mengharapkan pengurus masjid mempunyai jamaah tetap seperti masjid Jogokarian di Yogyakarta sehingga memakmurkan kegiatan masjid.

Tapi, belum ada formula yang tetap sehingga tidak menimbulkan kerancuan, seperti apakah jamaah masjid hanya boleh shalat disitu? Atau bisa bisa shalat di masjid lain. Semoga Kota Solok menemukan berbagai solusi untuk permasalahan umat dengan landasan nilai-nilai Islam sehingga menjauhkan daerah dari hal-hal yang tidak diinginkan.