200 Ton Ikan Danau Maninjau Mati Akibat Suhu

id 200 Ton Ikan Danau Maninjau Mati Akibat Suhu

200 Ton Ikan Danau Maninjau Mati Akibat Suhu

Ilustrasi

Lubukbasung, (Antara) - Sekitar 200 ton ikan keramba jaring apung milik petani di Danau Maninjau tepatnya di Alai dan Muko-muko Nagari Koto Malintang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat diduga akibat pembalikan air ke permukaan, Minggu (10/8) sekitar pukul 04.00 WIB. Salah seorang pemilik keramba jaring apung, Nazwar di Lubukbasung, mengatakan, ikan jenis mas dan nila dengan bermacam ukuran ini mulai mati semenjak pukul 04.00 WIB hinga berita ini diturunkan. "Ikan milik saya mati sekitar 1,5 ton dengan kerugian sekitar Rp22 juta. Namun ada ikan petani mati dengan jumlah yang lebih banyak," kata dia. Nazwar mengatakan, kematian ikan yang mencapai ratusan ton ini merupakan yang ketiga kalinya di Nagari Koto Malintang selama 2014, karena pada Maret juga terjadi kematian ikan massal di Talao sekitar 175,85 ton, pada 4 Agustus di Batu Anjiang sekitar 50 ton dan saat ini di Alai sekitar 200 ton. Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam Ermanto mengatakan, ke 200 ton ikan jenis mas dan nila ini tersebar di 537 petak keramba jaring apung milik warga Alai dan Muko-muko. "Saat ini petani sudah mulai melakukan panen dini dan memindahkan ikan yang masih hidup ke kolam yang ada di sekitar daerah itu," katanya. Akibat ratusan ton ikan mati mendadak ini, petani mengalami kerugian sekitar Rp4,4 miliar. Ermanto menambahkan, kematian ikan secara massal akibat cuaca cukup panas, sehingga terjadi perubahan suhu di perairan. Pada bagian permukaan panas dan dasar perairan cukup dinggin, sehingga terjadi pembalikan arus. "Air permukaan danau tenang dan apabila hal ini masih terjadi, maka mengancam ikan keramba jaring apung lainnya. Kita telah antisipasi dengan cara mengimbau petani untuk panen dini dan memindahkan ikan ke kolam lain," katanya. Ia mengatakan, kematian ikan keramba jaring apung di Danau Maninjau ini merupakan yang kelima kalinya selama 2014, karena pada 29 Januari sebanyak 10 ton ikan mati, pada 23 Januari sebanyak 11.530 ton ikan mati, 19 Maret 2014 sebanyak 175,85 ton dan 4 Agustus sebanyak 50 ton. Sementara pada 2008 sebanyak 15.000 ton keramba jaring apung di Danau Maninjau mati, kemudian 2009 sebanyak 15.000 ton, 2010 sebanyak 500 ton. Pada 2011 sebanyak 500 ton, kemudian tahun 2012 sebanyak 300 ton dan 2013 turun menjadi delapan ton. Di tempat terpisah, guru besar perikanan budidaya Universitas Bung Hatta Padang Prof Afrijal Syandi mengatakan, petani arus segera melakukan panen dini dan memindahkan ikan yang belum siap panen ke kolam. Ini bertujuan agar petani tidak mengalami kerugian cukup besar karena kondisi suhu air ini bisa terjadi di daerah lain. "Saat ini kondisi suhu dipermukaan Danau Maninjau terlalu panas, sementara di dasar sangat dingin," katanya. Selain faktor cuaca, tumpukan pakan ikan di dasar perairan juga mengakibatkan kematian ikan, karena bisa mengurangi oksigen apabila angin kencang dan curah hujan tinggi. Untuk itu, dia mengimbau kepada petani untuk membudidayakan ikan gurami dan patin. Kedua ikan ini tahan terhadap oksigen rendah. "Pada tahun 2009, saya telah melakukan uji coba untuk membudidaya kedua ikan di Danau Maninjau. Saat itu, belasan ribu ton ikan mas, nila dan lainnya mati mendadak. Namun kedua ikan ini tidak mati," katanya. Agar petani mau membudidaya ikan tersebut, Pemkab Agam diminta untuk menyosialisasikan ikan ini dan mencarikan lokasi pemasaran ikan tersebut, karena alasan sulit memasarkan inilah faktor petani tidak mau melakukan budidaya ikan itu. (**/ari/WIJ)