Pemkab Pasaman Barat targetkan 223.236 ton produksi jagung pada 2025

id Pemkab Pasaman Barat

Pemkab Pasaman Barat targetkan 223.236 ton produksi jagung pada 2025

Kepala Polres Pasaman Barat AKBP Agung Tribawanto (tengah) bersama Pemkab Pasaman Barat saat melakukan penanaman jagung di Kecamatan Sasak Ranah Pasisia dengan pola tanam tumpang sari bersama tanaman kelapa sawit, Sabtu (4/1/2025). Antara/HO-Humas Polres Pasaman Barat.  (Polres tanam jagung upaya jaga ketahanan pangan)

Simpang Empat (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura menargetkan produksi jagung di daerah itu selama 2025 mencapai 223.236 ton di 11 kecamatan yang ada.

"Target produksi kita tingkatkan dibandingkan pada 2024 lalu yang realisasinya 212.993 ton," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Pasaman Barat Doddy San Ismail di Simpang Empat, Selasa.

Untuk mencapai target produksi itu, katanya, pihaknya akan melakukan sejumlah upaya diantaranya pemberian bantuan sarana produksi pertanian berupa benih, pupuk, dan obat-obatan melalui dana APBN, bantuan pupuk bersubsidi dan menambah luas tanam jagung

Lalu memberdayakan penyuluh dengan memberikan sosialisasi mengenai tanaman jagung.

"Melalui penyuluh, petani selalu diingatkan jangan memakai benih yang harganya murah dan tidak jelas dari mana produksinya. Jika salah memilih benih maka tanam jagung akan mudah terserang penyakit dan hasil sedikit," katanya.

Ia menyebutkan sentra produksi jagung terbesar berada di Kecamatan Luhak Nan Duo, disusul oleh Kecamatan Pasaman dan Kecamatan Talamau.

Lalu, Kecamatan Ranah Batahan, Kecamatan Kinali, Kecamatan Koto Balingka, dan Kecamatan Sungai Beremas.

Selanjutnya, produksi jagung juga ada Kecamatan Sungai Aur, Kecamatan Lembah Melintang, Kecamatan Gunung Tuleh, dan Kecamatan Sasak Ranah Pasisia.

"Pada umumnya tanaman jagung cukup diminati oleh masyarakat karena harganya relatif stabil," ujarnya.

Ia menjelaskan Pasaman Barat menjadi salah satu sentra penghasil jagung terbesar di Sumbar.

"Pernah menjadi penyumbang jagung terbesar mencapai 60 persen beberapa tahun yang lalu. Namun, karena berbagai persoalan produksi menurun," katanya.

Ia menambahkan penurunan produksi jagung tidak hanya disebabkan oleh replanting atau peremajaan sawit saja.

Tingkat kesuburan tanah juga ikut mempengaruhi. Semakin sering ditanami oleh petani, maka akan semakin menurun pula kesuburannya.

"Semakin berkurangnya kesuburan tanah juga ikut mempengaruhi kepada produksi jagung," katanya.

Ia menambahkan tanaman jagung bisa menjadi tanaman alternatif para petani karena masa panen relatif singkat, bisa empat atau enam bulan dengan harga yang relatif bertahan.