Bukittinggi (ANTARA) - Tingkat produksi Karupuak (keripik) Sanjai di Kota Bukittinggi Sumatera Barat mengalami penurunan drastis akibat langkanya bahan pembuatan serta tingginya harga minyak goreng saat ini.
Produsen Karupuak Sanjai di beberapa lokasi Kota Bukittinggi mengaku lebih baik tidak memproduksi sementara waktu akibat krisis bahan baku berupa ubi kayu yang biasa didapatkan dari daerah Payakumbuh dan Limapuluh Kota.
"Ubi kayu yang ada saat ini kurang dari mutu kualitasnya. Akibat langka, harganya naik 100 persen dari yang semula Rp 2.500 per kilogram kini menjadi Rp 5.000 per kilogramnya," kata pelaku produksi Sanjai Bukittinggi, Surya Rajo Ameh (31), Sabtu (21/12).
Menurutnya, produksi di dapur Karupuak Sanjai yang biasanya bisa dilakukan hingga tiga kali, kini hanya bahkan sekali selama 15 hari.
"Padahal saat ini merupakan momen liburan yang harusnya produksi Sanjai lebih ditingkatkan. Ubi kayu alternatif dari Sumatera Utara dan Riau juga susah didapatkan," kata Surya.
Kondisi krisis bahan baku itu mau tidak mau membuat harga eceran Karupuak Sanjai juga mengalami kenaikan di pasaran.
"Terpaksa dinaikkan sekitar Rp 5.000 di setiap kilogram per jenis keripik. Awalnya banyak juga konsumen yang keberatan, tapi karena semua pedagang seragam menaikkan harga, sudah mulai terbiasa," kata pengusaha lainnya, Buya Os (41).
Ia mengatakan produksi Karupuak Sanjai harus dilakukan setelah satu hari pemesanan bahan baku dilakukan. Karena kualitas ubi akan memburuk jika tidak segera diolah menjadi keripik.
"Sementara untuk harga minyak goreng yang awalnya Rp 15 ribu, kini sudah seharga Rp 19 ribu. Kondisi ini menyulitkan produksi," katanya.
Ia mengungkap kelangkaan ubi kayu karena di musim panen sebelumnya, harga ubi sangat murah hingga sebagian besar petani ubi mengganti tanamannya.
"Dari penjual ubi di Payakumbuh mereka banyak mengganti jenis tanaman taninya yang sebelumnya ubi kayu, kini menjadi jagung atau cabe," kata Buya Os.
Ia berharap kemudahan mendapatkan bahan baku pembuatan Karupuak Sanjai yang difasilitasi oleh pemerintah dan pihak terkait.
"Semoga menjadi perhatian, karena bisa saja krisis ini mematikan usaha kami hingga tidak ada lagi Karupuak Sanjai aski dari Bukittinggi yang beredar di pasaran," pungkasnya.