Pemkot Bukittinggi wujudkan Program 1 Rumah 1 Sarjana dengan Universitas Fort De Kock

id Pemkot Bukittinggi,Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

Pemkot Bukittinggi wujudkan Program 1 Rumah 1 Sarjana dengan Universitas Fort De Kock

Gedung Universitas Fort De Kock Kota Bukittinggi (Antara/Al Fatah)

​​​​​​​Bukittinggi (ANTARA) - Pemerintah Kota Bukittinggi mewujudkan Program 1 Rumah 1 Sarjana yang digagas untuk mewujudkan visi Bukittinggi Hebat Dalam Pendidikan.

"Setelah melewati proses seleksi secara profesional, maka ditetapkan 10 orang yang lulus seleksi Program Beasiswa kerjasama Pemerintah Kota Bukittinggi dan Universitas Fort De Kock," kata Pjs Wali Kota, Hani Syofiar Rustam, Jumat.

Program ini merupakan salah satu upaya Pemerintah Kota mewujudkan visi Bukittinggi Hebat di Bidang Pendidikan. "Menuju Kota Bukittinggi 1 Rumah 1 Sarjana"

Proses seleksi diselenggarakan secara profesional oleh Jajaran Pemerintah Kota Bukittinggi dan Civitas Akademika Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

10 orang lulus Seleksi Program Beasiswa Kerjasama Pemerintah Kota Bukittinggi dan Universitas Fort De Kock itu adalah Amelia Reza Putri, Titania Fransisca, Silvia Jalani, Dita Dastrya Putri, Mutiara Tanjung, Apriliani Dwi Putri, Cica Amelia Putri, Icha Nirmala, Melisa Rizkia dan Annisa Sahira.

Sebelumnya, Pemkot Bukittinggi melalui Wali Kota Erman Safar (sebelum cuti Pilkada) mengatakan pihaknya nanti akan resmi membuka atau meresmikan program “Satu Rumah, Satu Sarjana” dsehingga masyarakat dapat mendaftarkan putra-putrinya dengan sejumlah skema.

“nanti ibu-ibu, kami buka secara resmi atau ibu-ibu mendaftar lewat kelurahan-kelurahan, atau dijaring oleh Kesra, tapi kuotanya terbatas,” ujarnya

Erman Safar menegaskan kuota untuk memfasilitasi mahasiswa asal Bukittinggi kuliah di perguruan tinggi ini tidak banyak, dikarenakan Pemerintah Kota mengalokasikan anggaran senilai Rp 1 Miliar, yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang berkuliah di Sumatera Barat dan mahasiswa Bukittinggi yang berkuliah di Timur Tengah.

“Kuotanya terbatas atau tidak banyak. Kami hanya menganggarkan Rp 1 miliar, 500 juta untuk kuliah di Sumatera Barat, 500 juta lagi untuk kuliah di Timur Tengah,” pungkasnya.