Mengambil Hikmah dari Puasa Hewan

id Unand FMipa, departemen biologi Oleh Dr. Aadrean, M.Si

Mengambil Hikmah dari Puasa Hewan

Dr. Aadrean, M.Si Dosen Departemen Biologi FMIPA Universitas Andalas. (ANTARA/Doc.Pribadi)

Padang (ANTARA) - Puasa sudah ada sejak zaman dahulu, melintasi ruang dan waktu, baik di berbagai negara, budaya, dan agama. Menariknya, ternyata puasa tidak hanya terjadi pada manusia, melainkan juga pada hewan.

Jika dilihat dari berbagai jenis hewan yang ada di dunia, kita dapat membagi puasa pada hewan menjadi 3 tipe. Tipe ini berdasarkan alasan atau tujuan dari hewan tersebut berpuasa.

Mari kita lihat seperti apa masing-masing tipe puasa itu, apa padanannya pada manusia, dan bagaimana hikmah yang harus kita ambil.

1. Puasa untuk Perubahan Diri

Pada puasa tipe ini, kita bisa mengambil contoh pada kupu-kupu dan serangga lainnya yang bermetamorfosis. Kupu-kupu memiliki siklus hidup yang bentuk tubuhnya sangat berbeda dari satu fase ke fase lainnya.

Fase ini diawali dengan telur kemudian menetas menjadi ulat atau larva. Menariknya, larva ini memiliki aktivitas yang didominasi dengan makan. Setiap hari larva bahkan bisa makan sebanyak 3 kali lipat dari berat tubuhnya yang berlangsung selama 15-20 hari.

Setelah itu, larva akan berhenti makan dan mulai berdiam diri membungkus atau mengeraskan kulitnya menjadi kepompong. Pada fase ini, larva kupu-kupu berpuasa, diam tidak makan dan minum selama 10 sampai 14 hari.

Puasa ini bukan karena tidak ada makanan, melainkan pada saat itu terjadi perubahan pada dirinya sehingga menjadi sebuah bentuk hewan yang sangat berbeda.

Kupu-kupu bersayap cantik akan keluar dari kepompong sebagai hasil dari perubahan itu. Begitu juga dengan serangga-serangga lain yang bermetamorfosa. Fase kepompong inilah yang menjadi fase puasa membawa perubahan diri ke arah yang lebih baik.

Sebagai manusia yang beriman, kita diperintahkan Allah berpuasa agar menjadi orang yang bertakwa sebagaimana tertulis di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183.

Maka, puasa itu sejatinya bertujuan untuk perubahan diri. Proses puasa Ramadhan selama 29-30 hari itu haruslah bisa mengubah orang yang beriman menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Sebagaimana ulat berpuasa menjadi kepompong lalu berubah menjadi kupu-kupu, maka kita harus menjadikan puasa sebagai sarana untuk menjadi orang yang lebih baik, bertakwa, bisa mengendalikan hawa nafsu, berempati, dan sabar menghadapi kehidupan ini.

2. Puasa karena Tugas Lain yang Lebih Penting

Pada puasa tipe ini, hewan tidak akan makan karena ada misi atau tugas lain yang lebih penting. Contohnya pada saat bertugas mengerami telur, misi migrasi, dan proses mencari pasangan.

Ketika burung mengerami telur, burung akan berpuasa. Model puasanya biasanya berupa puasa harian, dengan keluar untuk “berbuka” sekali sehari. Kita ambil contoh ayam. Ayam akan puasa selama 21 hari mengerami telur.

Ayam akan berbuka setiap pagi menjelang siang mencari makanan, minum, dan buang kotoran. Tak memerlukan waktu lama, cukup sekitar 15-20 menit, ayam akan kembali mengerami telurnya.

Padahal ayam dalam kesehariannya memiliki aktivitas makan yang tinggi seolah tidak pernah kenyang. Namun semua itu berubah ketika ayam memasuki fase mengeram yang merupakan tugas penting daripada makan.

Burung-burung pemigran jarak jauh juga melakukan puasa bahkan bisa tahan terus menerus tanpa makan dan minum dalam sekali terbang itu selama 11 hari. Sehingga cadangan lemak yang ada di badannya akan habis dan menjadi kurus selama migrasi ini.

Hal ini dilakukan karena migrasi itu adalah misi penting yang harus dilakukan. Selama aktivitas reproduksi, beberapa jenis hewan juga akan berpuasa.

Ketika musim kawin, banyak hewan karnivora jantan sibuk mengejar betina dan melupakan makan. Bahkan ada beberapa jenis hewan betul-betul tidak makan selama proses ini, lalu akhirnya mati setelah selesai kawin, contohnya ikan salmon dan kunang-kunang.

Ikan salmon akan puasa berenang ke hulu untuk menemukan pasangan dan tempat bertelur. Begitu juga dengan kunang-kunang ketika fase dewasa, terbang berkelap-kelip untuk mencari pasangan dengan berpuasa.

Pada bulan Ramadhan ini, kita sebagai manusia beriman tidak makan dan minum di siang harinya. Jika kita melihat kepada contoh puasa pada hewan, seharusnya kita berpuasa juga karena fokus pada tugas atau misi lain yang lebih penting dan mulia.

Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 184, Ramadhan itu adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an. Maka fokus ibadah utama yang dilakukan di bulan Ramadhan itu terkait dengan Al-Qur’an.

Sejatinya seorang manusia beriman itu punya program khatam menamatkan bacaan Al-Qur’an beberapa kali di bulan Ramadhan. Bahkan di malam hari, kita juga dituntun agar membaca Al-Qur’an itu dalam syahdu dan khusyu’nya shalat tarawih dan tahajud kita.

3. Puasa karena Kondisi yang Tidak memungkinkan

Pada saat sumber daya tidak memungkinkan, beberapa jenis hewan akan puasa tidak makan dan minum. Beruang di daerah empat musim akan melakukan hibernasi selama 3 sampai 7 bulan ketika musim dingin.

Pada saat musim panas pun begitu, keong akan estivasi berdiam diri dalam cangkang selama 13 sampai 15 jam sehari. Bahkan untuk jenis keong mas bisa tahan berpuasa selama 6 bulan jika terperangkap di perairan yang mengering.

Sebagai teladan kita, Rasulullah juga telah mensunnahkan puasa tipe ini. Sebagaimana ketika beliau bertanya tentang sarapan pagi kepada istrinya Aisyah ra, Ummul Mukminin ini menjawab bahwa tidak ada makanan tersedia.

Maka Rasulullah langsung berniat untuk berpuasa sunah di hari itu. Selain karena ketidaktersediaan makanan, puasa juga disunnahkan untuk para pemuda yang sudah waktunya menikah, tapi belum memiliki cukup sumber daya untuk menikah. Maka berpuasa menjadi solusi ketika keadaan tidak memungkinkan.

Introspeksi Diri Bagi yang Berpuasa

Kita manusia menganggap diri kita lebih baik dari hewan. Islam mengajarkan bahwa dari hewan, kita bisa banyak mengambil hikmah. Bahkan jika salah bertindak, bisa mengakibatkan manusia menjadi lebih hina dari pada hewan.

Dari 3 tipe puasa di atas, bisa kita lihat bahwa hewan berpuasa karena ada tujuan atau alasan yang mulia. Kita sebagai manusia jangan sampai kalah pula dari hewan dalam hal berpuasa ini. Setidaknya ada tiga pertanyaan introspeksi untuk diri kita masing-masing.

Pertama, apakah sudah terjadi perubahan diri menjadi lebih baik dan bertakwa ketika dibandingkan sebelum dan sesudah Ramadhan? Namun ironisnya, dari data kepolisian, selalu terjadi peningkatan angka kriminal ketika menjelang dan sesudah lebaran, seakan puasa tidak memberikan perubahan.

Kedua, apakah kita sudah menetapkan tugas atau aktivitas lain yang lebih penting dan berharga sebagai pengganti aktivitas makan? Namun kenyataannya, apa yang terjadi di umat Islam di Indonesia, saat berpuasa manusia cenderung mengganti waktu itu dengan tidur atau bermalasan. Ada juga sebagian orang menunggu berbuka atau ngabuburit, dengan aktivitas tidak produktif dan diisi dengan hal yang sia-sia tidak lebih penting dari makan itu sendiri.

Ketiga, apakah kita puasa hanya ikut-ikutan? Pada umumnya, masyarakat kita di Indonesia berpuasa bukan karena tidak ada yang dimakan. Tidak seperti di beberapa belahan dunia lain seperti di Gaza dan Sudan, yang sedang bencana kelaparan saat ini. Maka ketika tidak makan dan minum di bulan Ramadhan, hanya karena ikut-ikutan, tidak ada misi perubahan, dan tidak ada aktivitas lain yang lebih mulia, itu akan menjadi sebuah kebodohan bagi seorang individu makhluk hidup.

Sebagai penutup, jangan sampai kita termasuk yang disebutkan dalam hadits Rasulullah: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga”. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan menjadi lebih baik ke depannya.*(Penulis: Dosen Departemen Biologi FMIPA Universitas Andalas).