Menkes hadiri peluncuran hasil inovasi kesehatan kerja sama RSUP M Djamil-Unand

id Unand

Menkes hadiri peluncuran hasil inovasi kesehatan kerja sama RSUP M Djamil-Unand

Gedung Rektorat Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat. (Antara/Muhammad Zulfikar).

Padang (ANTARA) - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menghadiri langsung peluncuran inovasi bidang kesehatan berbentuk panel deteksi cepat untuk Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) yang merupakan hasil kerja sama Universitas Andalas dengan RSUP M Djamil dan PT Crown Technology Indonesia.

Panel deteksi cepat berbasis molekuler yang disebut sebagai kit diagnostik molekuler MRSA merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi MRSA, yaitu infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus atau staph. Jenis bakteri tersebut resisten terhadap banyak antibiotik yang berbeda, sehingga sulit untuk diobati.

Menkes Budi mengatakan adanya kesulitan dalam mendeteksi bakteri ini membuat pengobatan pasien membutuhkan waktu yang lama. Sehingga, pemerintah sangat mengapresiasi dan mengucapkan rasa terima kasih atas inovasi yang akan membantu dunia medis.

"Deteksi dini bakteri itu penting sekali, sehingga kita bisa ngasih antibakteri yang tepat. Tapi kita selama ini masih sering trial and error, coba kasih panel ini dulu lah, coba ini dulu," kata Menkes.

Pemerintah, kata Menkes, akan mendukung penuh dengan memberikan dana yang lebih banyak untuk melakukan skrining dan deteksi dini.

Sejalan dengan itu, Dirut RSUP M. Djamil menyebut resistensi memang merupakan masalah serius yang dapat berefek multiply. Resistensi ini menyebabkan ketidakpastian terhadap pengobatan pasien, masa rawatan memanjang, penyakit yang berisiko makin berat/parah, hingga meningkatkan risiko kematian.

"Identifikasi dini terhadap resistensi ini akan membantu dokter dalam menghindari anti mikroba atau antibiotika yang tidak cocok," paparnya.

Panel deteksi cepat ini disebut Dirut RSUP M. Djamil dapat memangkas waktu deteksi MRSA dengan sangat efektif, dari yang sebelumnya membutuhkan waktu 3-5 hari, menjadi 3-4 jam saja. Selain itu, alat ini memiliki tingkat akurasi 97,5 persen, sensitivitas 95 persen, dan spesifisitas 100 persen.

"Saat ini banyak produk dari luar (negeri) yang ditawarkan, namun sebagian besar masih dengan harga mahal, maka kita harus mencoba mengembangkan produk kita sendiri, dengan harga yang jauh lebih terjangkau dan berkualitas, hingga mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain," tambahnya.

Inovasi ini juga disebut sebagai bagian pertama dari serial Riset Inovasi Deteksi Cepat Resistensi Anti Mikroba. Tiga produk komersil hasil riset lainnya yang juga dirancang adalah Deteksi ESBL, Deteksi Carbapenamase resisten, dan deteksi Vankomisin resisten.

Selain itu, kerja sama antara RSUP M.Djamil dengan UNAND dan PT. CTI juga menargetkan merilis total 10 produk inovasi sepanjang 2024, termasuk di antaranya berbagai screening untuk penyakit dan identifikasi jenis kelamin.