Kemdiktisaintek apresiasi Unand sebagai pelopor kampus berdampak

id Kemdiktisaintek,Unand,pelopor kampus berdampak,Padang,Sumbar,Khairul Munadi

Kemdiktisaintek apresiasi Unand sebagai pelopor kampus berdampak

Civitas academica Universitas Andalas, Sumatera Barat menerima arahan dari Kemdiktisaintek di Padang. (Antara/HO-Humas Universitas Andalas)

Padang (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) mengapresiasi Universitas Andalas (Unand) sebagai kampus berdampak yang aktif mempelopori atau berkontribusi terhadap penyelesaian persoalan sosial, ekonomi, dan ekologi, baik di tingkat lokal maupun global.

"Kampus berdampak ialah salah satu konsep visioner dan Unand adalah salah satu perguruan tinggi yang sudah mengarah ke sana, di mana dokumentasi praktik terbaiknya bisa dijadikan contoh nasional," kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdiktisaintek Khairul Munadi di Padang, Minggu.

Munadi mengatakan konsep kampus berdampak seharusnya dapat diterjemahkan menjadi program nyata yang menyatu dengan kebutuhan lokal serta memberikan kontribusi global, sehingga Indonesia bukan hanya konsumen kebijakan melainkan juga produsen terhadap solusi dunia melalui pendidikan tinggi.

Hal itu sesuai dengan empat pilar pendidikan tinggi, yakni akses, mutu, relevansi, dan dampak yang menjadi landasan Kemdiktisaintek dalam menyusun dokumen strategis kelembagaan ke depan.

"Pilar dampak ditambahkan agar pengembangan pendidikan tinggi dilakukan lebih sistemik dan teratur. Ini jawaban atas tuntutan zaman dan kebutuhan pembangunan yang semakin kompleks," jelasnya.

Secara umum, ia menilai Unand telah memainkan peran penting sebagai kampus tertua di luar Pulau Jawa serta menjadi suatu simbol kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia bagian barat.

"Saya meyakini Unand bersama perguruan tinggi lain di Indonesia akan menjadi aktor utama dalam mendorong Indonesia menuju visi 2045," katanya.

Di samping itu, ia melihat konsep kampus berdampak sejatinya ialah menuju paradigma "rahmatan lil 'alamin" atau kasih sayang bagi semesta alam.

"Kalau manusia didorong untuk menjadi 'rahmatan lil 'alamin', maka kampus juga seharusnya begitu, yakni bermanfaat bagi seluruh makhluk, lintas skala lokal, nasional, dan global," ujarnya.

Menurut dia, gagasan menuju paradigma "rahmatan lil 'alamin" akan menjadi salah satu agenda kampanye kementerian agar publik melihat kontribusi konkret perguruan tinggi bukan hanya melalui angka, tetapi melalui transformasi nyata di masyarakat.

Salah satu contohnya adalah sinergi antara kampus dan pemerintah daerah dalam meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di wilayah-wilayah tertinggal, misalnya di Mentawai.

APK yang rendah tidak bisa diselesaikan hanya dengan beasiswa, tapi perlu kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan sektor swasta untuk mempercepat peningkatan tenaga terdidik, ujarnya.