Hidayat : Dialog kebudayaan untuk menghidupkan dialektika kearifan lokal

id dialog kebudayaan,hidayat,eros,film sumbar

Hidayat : Dialog kebudayaan untuk menghidupkan dialektika kearifan lokal

Dialog Kebudayaan yang diinisiasi anggota DPRD Sumbar, Hidayat menghadirkan dosen dan praktisi film, Donny Eros. (ANTARA/ist)

Jakarta (ANTARA) - Anggota DPRD Sumbar, Hidayat menilai dialektika tentang kearifan lokal menyangkut kekayaan khasanah adat budaya perlu dihidupkan kembali agar generasi muda bangga dengan adat dan budaya sendiri, tidak malah menggandrungi budaya luar yang tak banyak memberikan manfaat untuk kehidupan sehari-hari.

"Kita dengan Dinas Kebudayaan mencoba menghidupkan lagi berdialektika dengan topic-topik kearifan lokal dan kita coba pastikan dengan perkembangan zaman. Kenapa sekarang film yang menjadi usulannya, topiknya, manuskrip dengan selebgram yang ingin di cobakan adopsi bagaimana dengan nilai nilai kearifan lokal kita lihat dari perspektif perkembangan pengajuan zaman. Bagaimanapun juga peradaban itu dia akan berubah mengikuti zamannya," kata Hidayat saat kegiatan Dialog Kebudayaan angkatan ketiga dengan tema "Menggali Nilai Nilai Adat dan Budaya", Minggu, (3/9) di Pusat Kreatifitas Generasi Muda Kopi Pahit, Padang.

Dikatakan Hidayat, dalam setiap proses kehidupan, dia (generasi muda, red) harus bangga dengan budayanya sendiri. Pertama, soal disiplin, menghargai, menghormati, tepo seliro, sensitivitas sosial, dan kegotongroyongan. Disebutkan Hidayat, ia ingin mencoba menjadikan adaptasi kebiasaan baru bagi generasi muda untuk responsif, berdiskusi, membahas dan memberikan solusi, terkait persoalan kebudayaan di Sumbar.

"Kebudayaan itu adalah salah satu sistem perilaku yang berlaku dalam komunitas masyarakat yang berkaitan dengan tutur kata, bahasa daerah, kesenian tradisional, termasuk juga berinteraksi sosial, berpakaian, makanan, termasuk juga sistem hukum yang berlaku di daerah tersebut," jelas Hidayat.

Dengan menggandeng Dinas Kebudayaan Sumbar, lanjut Hidayat, akan menyusun program seperti halnya Dialog Kebudayaan ini yang melibatkan generasi muda. Program ini dilaksanakan tentunya berdasarkan hasil observasi baik yang berasal dari referensi ilmiah, observasi langsung, pengamatan langsung, termasuk juga aspirasi dari masyarakat, yang didapatkan dan intemi melalui reses dialog dengan komponen tokoh masyarakat.

"Kami ingin secara singkatnya adalah bagaimana kekayaan khasanah adat budaya nilai nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh Sumatera Barat betul betul menjadi denyut nafas perilaku kehidupan warga Sumatera Barat," katanya.

Hidayat berharap ini akan berlanjut sampai pada tahun 2024. Hidayat juga akan evaluasi juga apakah kegiatan ini akan efektif, apakah perlu ditingkatkan. Hidayat juga berencana 2024 membuat minimal satu kali satu bulan, dengan mendatangkan narasumber nasional seiring narasumber, tokoh tokoh, adat, budaya, influencer, termasuk juga kaum milenial yang ada di Sumatera Barat, yang akan dipikirkan konsepnya seperti apa, setidaknya akhirnya ini akan berujung kepada inventarisir terhadap butir butir diskusi nya akan kita inventarisir nantinya.

Kepala Bidang Sejarah Adat dan Nilai Tradisi, Fadli Junaidi, S.STP, memberikan sambutan sekaligus membuka acara Dialog Kebudayaan menyampaikan, Sumatera Barat kaya dengan seni budaya, adat istiadat, bahasa, potensi kekayaan ini bisa kita gali, salah satunya dengan film pada era digital saat sekarang peluang sangat besar.

"Selain itu saya juga berterima kasih kami dari Dinas Kebudayaan ingin para peserta juga melihat bahwa acara ini berkat Bapak Hidayat, kami juga mengadakan perlombaan membuat sebuah film pendek yang bersifat umum, kami berharap dari peserta yang belum tau juga ikut mengambil bagian dari lomba tersebut," ujar Fadli.

Harapan setelah ini apa apa kekayaan masing masing atau di kampung masing-masing coba jadikan sebuah video pendek atau film yang isinya ikut melestarikan kekayaan adat atau budaya yang ada di tempat masing-masing.

"Untuk itu bagaimana menggali nilai nilai adat dan budaya melalui film, Donny Eros, S.S., MA, yang luar biasa dosen di Busan University Korea Selatan dan juga pernah bertugas sebagai observer di festival film di Italia yang akan memberikan motivasi," katanya di depan 100 peserta dari kalangan anak-anak muda di Kota Padang maupun luar Kota Padang.

Sementara itu, Dosen di Busan University Korea Selatan, Donny Eros, S.S., MA, mengatakan, film Indonesia tidak banyak yang muncul di kancah internasional, salah satu film yang sampai ke Inggris ada film "Merantau". Film ini tentang budaya Minangkabau yang dibuat bukan oleh orang Minang. Film ini yang pertama yang dimana budaya Minang itu dikenal di Inggris.

"Menggali nilai-nilai adat dan budaya melalui film adalah sebuah proses yang memungkinkan kita untuk memahami dan mengapresiasi warisan budaya yang kaya dan beragam di seluruh dunia," ungkap Donny.

Lanjut Donny, sebagai media audiovisual menghadirkan cerita, tradisi, bahasa, dan nilai nilai yang mungkin tidak kita ketahui sebelumnya. Dengan mengeksplorasi budaya melalui film, kita dapat mendalami sejarah, keyakinan, dan cara hidup masyarakat tertentu.

"Film juga memiliki potensi untuk merangsang dialog antar budaya, mempromosikan pemahaman, serta merayakan keragaman dunia yang memperkaya pengalaman manusia. Dengan demikian, menggali nilai nilai adat dan budaya melalui film bukan hanya memberikan wawasan mendalam tentang budaya orang lain, tetapi juga memperkaya dan memperluas perspektif kita tentang dunia," katanya.

Bagaimana cara film merepresentasikan nilai adat dan budaya, kata Donny, yaitu yang pertama cerita dan narasi, kostum dan penampilan, bahasa dan dialog, pengaturan lokasi atau setting, simbol dan motif visual, makanan dan upacara, musik dan suara, tokoh dan hubungan antar tokoh, pesan moral dan etika, peristiwa sejarah dan konteks social. *