Dosen FK Unbrah : Kejadian TB Paru di etnis Minangkabau Tidak Dipengaruhi Pewarisan Genetik

id TB, Dr. dr. Debie Anggraini, Sp.Patologi Klinik,Minangkabau, Sumbar

Dosen FK Unbrah : Kejadian TB Paru di etnis Minangkabau Tidak Dipengaruhi Pewarisan Genetik

Dr. dr. Debie Anggraini, Sp.Patologi Klinik. (ANTARA/ist)

Padang (ANTARA) - Tingginya kejadian Tuberkulosis (TB) Paru yang menimpa masyarakat Indonesia umumnya dan khususnya di Sumatera Barat yang sebagian besar adalah etnis Minangkabau tidak dipengaruhi pewarisan genetik atau keturunan sebagaimana telah menjadi persepsi di kalangan masyarakat.

Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian yang berjudul "Hubungan Polimorfisme Promotor Gen TNF-α dan IL-10 dengan Kadar TNF-α DAN IL-10 Serum Serta Kerentanan Tuberkulosis Paru Pada Etnis Minangkabau".

Penelitian ini mengacu pada upaya pengendalian TB Paru di Sumatera Barat yang setiap tahunnya meningkat. Secara khusus Penelitian ini dilakukan untuk memeriksa kemampuan prediktif data genetik dengan mengidentifikasi faktor genetik pejamu yang rentan terhadap TB paru diharapkan dapat berkontribusi besar pada pengendalian TB paru secara global pada masyarakat, terkhusus etnis Minangkabau.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita TB yang merupakan etnis asli Minangkabau di Rumah Sakit Paru Sumbar kemudian dilakukan analisis Polimorfisme gen TNF-α di laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan adanya variasi genetik ( gen TNF alfa) TNF-α (rs361525) terhadap kerentanan TB Paru seseorang hal ini dikarenakan pada TNF-α tidak ditemukan polimorfisme atau variasi genetika dari gen TNF-α dalam darah pasien TB paru etnis Minangkabau

Penemuan ini dapat memperkuat kesimpulan bahwa pada masyarakat etnis Minangkabau tidak ditemukan adanya pengaruh genetik terhadap kerentanan TB paru.

Secara umum TB paru merupakan penyakit menular kronis yang terjadi karena adanya keseimbangan yang rumit antara respons pro dan anti-inflamasi (Anti-peradangan) host, yang amat dipengaruhi oleh kekebalan sistem imun dan status gizi masyarakat.

Dari hubungan tersebut menunjukkan bahwa TB paru bukan dipengaruhi oleh genetik sehingga pencegahan dan pengobatannya perlu mempertimbangkan aspek imunologis dari penderita, paparan lingkungan yang berbeda, serta faktor lain seperti usia dan jenis kelamin.

Secara gambaran sederhana saat Mycobacterium tuberkolosis (MTB) yang merupakan host dari penyakit ini terhirup oleh hidung dan masuk ke dalam sistem pernafasan akan bersifat patogen bila sistem imun seseorang lemah.

Akan tetap pada sistem kekebalan tubuh yang kuat, MTB tidak bersifat patogen karena sitokin yang berfungsi untuk menangkal patogenisitas bekerja dengan efektif

Hal inilah yang menyebabkan penyakit TB Paru tidak dapat menyerang semua orang dikarenakan perbedaan sistem imunitas dari masing-masingnya yang juga dipengaruhi oleh usia serta sistem kinerja tubuh.

Penemuan ini juga bertujuan untuk memperbaiki persepsi yang berkembang di tengah masyarakat khususnya etnis Minang bahwa orang menderita TB Paru dikarenakan orang tua atau nenek dan kakeknya pernah menderita penyakit yang sama.

Selain itu penelitian ini juga memberikan informasi kepada masyarakat untuk mengubah pola perilaku seperti menerapkan sistem Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) guna mencegah tertularnya MTB sekaligus membentuk sistem kekebalan tubuh yang efektif.

Harapan ke depannya penelitian yang merupakan disertasi promosi doktor ini dapat jadi rujukan penelitian lainnya yang selanjutnya implementasinya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekaligus dapat menjadi upaya untuk menekan penyebaran penyakit TB di antara Etnis Minangkabau.*

*Penulis merupakan salah satu akademisi dan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah