Padang (ANTARA) - Sore itu, angin tidak begitu kencang. Namun, awan hitam beringsut datang dari utara ke selatan memayungi kawasan rumah susun di kampung nelayan.
Di Purus III, dari sebuah rumah berwarna-warni cerah, keluar seorang perempuan muda mengeluarkan sepeda motor ke halaman. Kemudian, ia meletakkan tas pos yang sudah kusam ke atas jok.
Rumah warna-warni di permukiman padat penduduk itu adalah Ruang Baca dan Kreativitas Tanah Ombak, yang juga biasa disebut sebagai Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Tanah Ombak di Padang, Sumatera Barat.
Tanah Ombak merupakan ruang baca dan kreativitas bagi anak-anak dan remaja di kawasan itu agar mereka punya kegiatan yang lebih positif serta suka membaca.
Perempuan muda yang mengeluarkan sepeda motor itu, Rachel. Ia relawan literasi Tanah Ombak. Ia memindahkan sejumlah buku dari rak pustaka ke tas di atas jok motor.
"'Hari ka hujan nampaknyo, Pak' (Cuaca mau hujan sepertinya, Pak)," kata dia kepada seseorang laki-laki di dalam.
"'Alun lai, alun ka hujan, pai sajo dulu' (Belum, belum waktunya hujan, pergi saja dulu)," jawab laki-laki itu yang biasa dipanggil "Pak Hen" oleh anak-anak Tanah Ombak.
"Pak Hen" atau Syuhendri adalah pendiri Ruang Baca dan Kreativitas Tanah Ombak . Syuhendri mendirikan ruang literasi itu bersama temannya, Yusrizal KW pada 2015.
Kini, untuk perdana Syuhendri bersama relawan menjalankan Pustaka Bergerak (sebutan pustaka keliling) yang sudah lama tidak beroperasi karena pandemi COVID-19.
Semangat kembali menjalankan Pustaka Bergerak, kata Syuhendri, tersulut setelah Tanah Ombak mendapatkan bantuan satu unit motor listrik dari PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Sumbar pada 19 November 2021.
"Kami sudah lama membangun ruang-ruang membaca di beberapa tempat di wilayah pesisir pantai melalui Pustaka Bergerak, namun sejak pandemi kegiatan ini dihentikan sementara," kata laki-laki berkumis tebal itu.
Sebelumnya, lanjut dia, Tanah Ombak menggunakan Vespa untuk berkeliling membawa buku, kemudian berganti menjadi motor dengan kotak besar di atas jok.
Menurutnya, motor itu tidak efektif karena kotak untuk membawa buku terlalu besar dan berat, sulit untuk dibongkar pasang. Kotak itu pun sempat diganti tas pos yang lebih ringan, lalu tak lama kemudian operasional Pustaka Bergerak berhenti karena pandemi.
Pada November 2021, Syuhendri menerima bantuan satu unit motor listrik dari PLN UIW Sumbar untuk membantu operasional Pustaka Bergerak.
Kini, ia sedang memesan pembuatan gerobak khusus pembawa buku untuk ditarik motor listrik itu, pengganti kotak besar yang berat.
"Dengan bantuan motor listrik ini, kita punya armada yang ramah lingkungan, tanpa asap, tanpa bising, otomatis, tidak kencang dan bisa dikemudikan oleh relawan kita yang perempuan," kata Syuhendri.
Sepeda motor listrik itu jarak tempuhnya sejauh 60 kilometer untuk sekali catu daya baterai, dengan kecepatan maksimal 60 kilometer per jam.
"Sekali cas, cukup untuk dua kali perjalanan Pustaka Bergerak di dalam kota," tambahnya.
Sebelum dijalankan, Syuhendri membuka jok motor dan memindahkan tombol agar motor menyala. Tanpa suara, motor dengan penggerak 1.200 watt itu sudah bisa dijalankan.
Untuk sementara, pada operasional pertama Syuhendri menyiapkan media pembawa buku menggunakan tas pos yang lama dan lebih ringan, sambil menunggu pembuatan gerobak khusus Pustaka Bergerak selesai.
Awan hitam masih memayungi kampung nelayan. Rachel memasang helm, memutar gas. Motor listrik itu santai melaju menembus gang-gang pemukiman nelayan menuju tepi pantai. Membawa buku untuk anak-anak yang haus ilmu.
Harapan
General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Sumbar Toni Wahyu Wibowo mengatakan Ruang Baca dan Kreativitas Tanah Ombak harapan bagi kemajuan generasi masyarakat sekitar.
"Sudah menjadi upaya yang tepat jika PLN memberikan perhatian yang serius terhadap komunitas berbasis masyarakat agar semakin berkembang dengan baik," katanya.
Pihaknya akan berupaya untuk terus melakukan pendampingan agar Tanah Ombak menjadi komunitas yang unggul dan bermanfaat bagi sekitarnya.
Manager Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLN UIW Sumbar Yeni Rafi’i menambahkan bantuan TJSL untuk Tanah Ombak bukan yang pertama kalinya dikucurkan PLN.
Awalnya, pada 2018 dengan bantuan dana Rp100 juta untuk rehab bangunan dan ruang baca Tanah Ombak.
‘’Selanjutnya pada Tahun 2019 kami memberikan dana TJSL kembali sebesar Rp125 Juta untuk pembelian alat-alat konveksi yang akan digunakan dalam pengembangan UMKM kain tradisional Minangkabau," katanya.
Pada akhir 2021, PLN memberikan bantuan satu unit motor listrik untuk operasional Pustaka Bergerak Tanah Ombak.
PLN terus berupaya mendukung "electrifying lifestyle" sebagai gaya hidup yang ramah lingkungan, efisien, dan menjawab kebutuhan zaman.
"Ini sejalan dengan target pemerintah yaitu percepatan implementasi penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB)," katanya.
PLN UIW Sumbar menyediakan 200-an titik pengisian daya atau Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) untuk mendukung penggunaan motor listrik.
"Kami juga dalam proses pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yaitu stasiun untuk pengisian mobil listrik. Penggunaan kendaraan berlistrik adalah keniscayaan dalam waktu dekat dan PLN siap untuk itu,’’ jelasnya.
Tanpa berisik
Tanpa berisik, motor listrik itu tiba di tepi Pantai Padang. Rachel memarkirkan motor di tepi pedestrian. Dirinya sigap mengeluarkan tikar untuk alas dan juga sejumlah buku dari dalam tas.
Pendiri Ruang Baca dan Kreativitas Tanah Ombak, Syuhendri, mengatakan anak-anak bukannya tidak mau membaca, namun akses buku yang sulit.
"Saat kita sambangi ke kampung-kampung, anak-anak itu antusias untuk membaca buku, karena melihat teman mereka membaca, akhirnya ikut membaca. Yang sulit itu adalah akses buku, karena bagaimana mereka mau membaca jika tidak ada buku," katanya.
Karena itu, Ruang Baca dan Kreativitas Tanah Ombak membuka akses tersebut, khususnya bagi anak-anak dan remaja di kampung nelayan Purus III.
"Tanah Ombak sekarang memakai tema kreativitas menuju buku, tapi untuk mengajak anak-anak langsung membaca buku itu sulit, apalagi di lingkungan kampung nelayan ini," kata Syuhendri.
Maka, ia mengajak anak-anak berkesenian, seperti bermain teater dan dongeng. Dari situlah, diharapkan timbul kesadaran untuk membaca, sampai saat ini. Akhirnya mereka pun suka membaca.
Anak-anak pesisir di Pantai Padang menyambut Rachel dengan suka cita. Sudah lama mereka tidak melihat Pustaka Bergerak Tanah Ombak datang. Kendati cuaca akan hujan, antusias anak-anak tidak terkalahkan.
Rata-rata mereka duduk di Sekolah Dasar. Buku-buku yang sebagian besar cerita bergambar itu diletakkan Rachel di atas tikar, kemudian mereka memilih satu per satu.
Ada yang membaca dalam hati, ada pula yang membacakan ulang narasi dalam buku tersebut, meskipun gerak bibir mereka ditutupi masker.
Mereka belum sadar, Pustaka Bergerak kini datang tanpa asap, tanpa bising. Namun secara sadar, motor listrik itu ikut membantu Tanah Ombak membuka akses buku berkeliling.