Sempat pesimis untuk hidup karena positif COVID-19, akhirnya wanita ini dinyatakan sembuh

id Berita Padang, Padang terkini, berita Sumbar, cerita pasien, sembuh Corona

Sempat pesimis untuk hidup karena positif COVID-19, akhirnya wanita ini dinyatakan sembuh

Seorang pasien positif COVID-19 yang dinyatakan sembuh Aswiliarti (Antara/Dokumen pribadi)

Padang (ANTARA) - Sempat pesimis setelah menjalani perawatan di ruangan isolasi selama 14 hari di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang karena positif terinfeksi Corona Virus Disaese (COVID-19) akhirnya wanita asal Pesisir Selatan ini dinyatakan sembuh.

Wanita itu bernama Aswiliarti (44) sebagai Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular di Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan. Kemudian ia juga merupakan Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) cabang Pesisir Selatan.

"Alhamdulillah saya tidak menyangka akhirnya bisa sembuh dari penyakit COVID-19 ini. Dan bisa berkumpul lagi dengan keluarga tercinta. Bahkan sebelumnya sempat beredar kabar saya telah meninggal dunia," kata dia yang tiada henti bersyukur saat dihubungi dari Padang, Minggu.

Salah satu yang membuat ia selalu optimis melawan COVID-19 adalah dukungan dari keluarganya. Bahkan demi kesembuhannya, ia mendapatkan sebuah handphone baru dari keluarganya supaya mempermudah mereka berkomunikasi melalui video call atau telepon video untuk memberikan semangat dan dukungan terhadapnya. Selain itu supaya ia tidak merasa sendirian di ruangan isolasi.

"Karena waktu itu kamera handphone saya rusak. Tidak bisa digunakan untuk video call," kata dia.

Menurut dia saat dinyatakan sembuh dari penyakit COVID-19 merupakan suatu anugerah yang luar biasa. Saat ini ia tengah diselimuti kebahagiaan, terlepas dari masa-masa sulit dan suram selama 18 hari terkurung di ruangan isolasi.

Suspect COVID-19

Ia pun mulai menceritakan waktu pertama kali suspect virus COVID-19. Awalnya ia sama sekali tidak pernah menyangka akan tertular penyakit itu, pasalnya ia tidak memiliki riwayat perjalanan dari daerah terjangkit COVID-19.

"Waktu itu saya hanya melakukan perjalanan ke Padang, mengikuti pelatihan kesehatan di salah satu hotel di Padang yang digelar Dinkes Sumbar. Bahkan saya juga tidak pernah kontak dengan PDP COVID-19," kata dia.

Akan tetapi setelah ia mencoba mengingat kembali, saat pelatihan itu panitia menghadirkan seorang pembicara dari Kemenkes. Kemudian waktu itu, saat penyampaian materi ia juga duduk di bangku paling depan. Namun saat itu pembicara tersebut dalam keadaan sehat dan sama sekali tidak berstatus ODP ataupun PDP.

"Mungkin pembicara itu sebelumnya pernah berkontak dengan PDP? tetapi saya juga tidak tahu pasti. Atau saya tertulari oleh peserta lainnya, saya juga bingung menjawabnya. Karena proses penularan COVID-19 ini memang cepat dan tidak terlihat sama sekali," kata dia.

Kemudian sepulang dari pelatihan, ia mulai merasakan batuk-batuk dan pilek. Namun ia menduga hanya mengalami demam biasa karena faktor kelelahan dan belum sempat diperiksa ke rumah sakit.

Bahkan pada saat itu, ia masih sempat ke kantor mengadakan rapat perencanaan kegiatan pertemuan dengan Puskesmas se-Kabupaten Pesisir Selatan beserta para petugas penyakit tidak menular lainnya untuk menyampaikan hasil pertemuan waktu itu.

"Akan tetapi setelah itu, saya mulai mengalami demam tinggi, batuk, pilek, badan lemas, dan sesak napas. Sehingga saya melakukan pemeriksaan ke salah satu RSUD di Pesisir Selatan. Namun setelah menjalani perawatan demam saya semakin tinggi," kata dia.

Hingga akhirnya, setelah menerima telepon dari kakaknya, Kepala laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) Dr Andani Eka Putra yang menyarankan supaya secepatnya dirujuk ke RSUP M Djamil Padang sebagai pasien suspect COVID-19.

Terkonfirmasi Positif COVID-19

"Setelah dirawat di RSUP M Djamil Padang, kemudian dilakukan pemeriksaan hidung dan tenggorokan untuk mengetahui hasil laboratorium yang akan keluar satu hari lagi," kata dia.

Ia sama sekali tidak menyangka hasil laboratorium tersebut menyatakan dirinya positif terinfeksi COVID-19. Ketika dinyatakan positif COVID-19, hal yang pertama kali terfikir oleh dia adalah tentang kematian dan orang-orang yang pernah kontak dengan dirinya.

"Saat itu juga saya benar-benar kehilangan arah. Saya berpikir kematian sudah di depan mata dan banyak orang yang akan mati sia-sia karena telah berkontak dengan saya sebelumnya. Saya tidak pernah berhenti menangis. Bahkan kondisi tubuh pun semakin melemah," kata dia.

Sebagaimana berita yang beredar waktu itu para penderita COVID-19 sudah banyak yang mengakhiri hidupnya dengan kematian. Ditambah lagi sampai saat ini masih belum ditemukannya vaksin untuk mengobati penyakit menular itu, katanya.

"Hal itu membuat saya semakin terpuruk dan putus asa," ujar dia.

Kemudian semua orang yang sempat berinteraksi dengan dia langsung diisolasi mandiri selama 14 hari. Setelah diisolasi dilakukan tes laboratorium COVID-19. Dari hasil tes tersebut terdapat tiga orang terkonfirmasi positif COVID-19 dari sekian banyak orang yang telah berkontak dengan dia.

"Alhamdulillah suami dan anak-anak saya yang selalu berinteraksi dengan saya setiap hari. Alhamdulillah tidak ada satupun yang positif, mungkin karena imunitas tubuh mereka kuat," kata dia.

Melawan COVID-19

Kemudian setelah mendapatkan dukungan dan semangat dari keluarganya. Ia mulai berjuang melawan penyakitnya. Ditambah lagi ia selalu mendapat dukungan dari tiga orang anaknya.

"Sehingga saya bertekat untuk sembuh. Selama diisolasi memang membosankan seorang diri. Namun saya lebih mendekatkan diri pada Allah, perbanyak zikir, dan salat sunat," kata dia.

Kemudian ia mulai rajin berolah raga, selalu memotivasi diri agar cepat sembuh, menghibur diri dengan berbagai hal agar tidak mudah stres, banyak memakan makanan bergizi untuk meningkatkan imunitas tubuh supaya mampu melawan COVID-19," kata dia.

Hingga akhirnya berkat kesungguhannya atas izin Allah ia dinyatakan sembuh dari COVID-19. Setelah dua kali melakukan tes laboratorium dan hasilnya telah negatif.

Dukungan Keluarga

Ia juga menceritakan waktu itu sepulang dari pelatihan ia sempat berkunjung ke rumah saudaranya di Padang. Saat itu isteri saudaranya baru saja selesai melahirkan. Ia juga sempat menggendong dan mencium bayi saudaranya.

"Coba bayangkan betapa cemasnya mereka, setelah mengetahui saya positif COVID-19. Ditambah lagi setelah itu anaknya yang ketiga mengalami demam," katanya.

Akan tetapi mereka tidak pernah terlihat sedih dan panik. Mereka tetap bersikap santai dan terus memberikan dukungan, katanya.

"Bahkan kakak ipar saya juga memberikan dukungan pada saya. Setiap hari beliau selalu memasakkan dan mengantarkan makanan kesukaan saya ke rumah sakit," kata dia.

Suatu ketika, kondisi tubuhnya sempat drop. Bahkan tidak bisa lagi bicara karena kelelahan melawan COVID-19. Maunya tidur saja. Namun keluarganya tetap kompak memberikan semangat dan dukungan.

Pelayanan Tim Medis

Ia juga mengapresiasi perjuangan para tim medis saat melayani para pasien COVID-19. Bahkan dalam keadaan lelah mereka tetap melayani dengan baik dan ramah.

“Saya sempat bertanya pada salah seorang perawat waktu itu. Apakah dia tidak takut berinteraksi dengan kami? Sedangkan orang-orang di luar sana pasti mengucilkan kami karena takut tertular?" kata dia.

Kemudian ia menyampaikan jawaban sang perawat "Jika kami ikutan takut, maka wabah itu akan semakin kuat. Maka kita semua akan kalah dan tumbang."

“Lagi-lagi jawabannya kembali menguatkan tubuh saya yang hampir tumbang,” kata dia.

Obat COVID-19

Menurut dia penyakit menular COVID-19 merupakan suatu penyakit yang bisa disembuhkan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit tersebut ialah dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh.

"Menurut saya obat pertama COVID-19 ialah dukungan dan semangat dari orang-orang terdekat. Dengan demikian hati tetap tenang dan imunitas tubuh pun meningkat," kata dia.

Kemudian memperbanyak mengonsumsi makanan bergizi, kelola stres, rajin berolah raga, menjaga pola hidup sehat dan bersih. Sebagaimana yang telah dilakukannya selama 14 hari di ruangan isolasi, katanya.

Hingga akhirnya ia dinyatakan sembuh dan saat ini telah dipertemukan lagi dengan keluarganya. Setelah 14 hari lamanya terkurung sendiri di ruangan isolasi.

"Di sisi lain, saya bersyukur melalui penyakit ini Allah memberikan pelajaran yang teramat besar dalam hidup saya. Coba bayangkan hanya dengan virus yang berukuran teramat kecil saja seluruh dunia ini menjadi gempar," kata dia.

Harapan Aswiliarti

Saat ini, setelah pulang dari rumah sakit Aswiliarti tengah menjalani masa pemulihan di rumahnya. Ia berharap pasien lainnya juga bisa sembuh dan pandemi COVID-19 itu segera berakhir.

Kemudian ia juga mengimbau supaya masyarakat tidak panik dalam menghadapi pendemi COVID-19. Namun tetap waspada dengan cara menjaga pola hidup sehat dan bersih.

“COVID-19 ini memang suatu penyakit yang menular, tetapi jangan sampai membuat kita panik. Karena COVID-19 ini lebih rentan menular pada imunitas tubuh yang lemah. Kemudian tetap jaga kesehatan dan pola hidup sehat agar imunitas tubuh tetap kuat,” kata dia.

Ia mengaku selama ini ia juga memiliki penyakit penyerta lainnya berupa penyakit asma dan diabetes.Sehingga saat imunitas tubuhnya lemah maka mudah tertulari virus COVID-19.

Ia juga mengimbau bagi masyarakat yang memiliki riwayat perjalanan dari daerah terjangkit dan merasakan gejala-gejala COVID-19 supaya segera melaporkan ke petugas kesehatan setempat. Agar segera mendapatkan penanganan untuk mencegah penyebaran pandemi COVID-19.

“Teruntuk teman-teman yang positif COVID-19 jangan merasa malu, penyakit ini adalah musibah. Kita yang terjangkiti adalah korban dan ini bukan aib yang harus ditutupi," kata dia.

Menurut dia jika penyakit tersebut diamkan saja karena takut dikucilkan masyarakat setempat tentu penyakit itu akan menyebar luas dan berakibat fatal.(*)