Setiap hari 50 perempuan meninggal akibat kanker serviks di Indonesia

id tes iva

Setiap hari 50 perempuan meninggal akibat kanker serviks di Indonesia

Sejumlah kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Pariaman, Sumatera Barat sedang mengisi daftar hadir untuk melakukan pemeriksaan Infeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) di Pariaman. (ANTARA SUMBAR/Aadiaat MS)

Jakarta, (ANTARA) - Ahli kesehatan dr Venita dari Perwakilan Yayasan Kanker Indonesia DKI Jakarta menyebutkan setiap hari sebanyak 50 perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks yang berarti 18.000 lebih perempuan Indonesia meninggal dalam setahun akibat penyakit itu.

Menurut Venita, data kematian akibat kanker serviks ini bisa saja terus bertambah jika tidak ditanggulangi dengan baik.

"Kanker serviks adalah satu-satunya jenis kanker yang penyebabnya murni karena virus, berbeda dengan kanker lain yang penyebabnya disebabkan oleh multi faktor, sehingga kanker serviks ini bisa dicegah dengan vaksinasi sejak dini," kata Venita saat menjelaskan cara pencegahan kanker serviks dalam pameran foto yang bertajuk "I am Truly Women" di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat.

Venita juga mengatakan, vaksin anti serviks sudah bisa diberikan kepada semua perempuan mulai dari umur 9 tahun.

"Vaksin anti kanker serviks ini sudah bisa kita berikan kepada anak perempuan mulai dari 9 tahun, untuk semua keadaan kecuali sedang hamil," ujar Venita

Venita juga menambahkan, tujuan pemberian vaksin ini adalah untuk pencegahan. Karena itu semakin cepat diberikan pencegahan terhadap kanker serviks bisa semakin cepat.

"Anak pada usia 9-13 tahun sistem imunnya lebih baik jadi pemberian vaksin cukup dua kali saja, sedangkan anak-anak diatas 13 tahun harus harus menerima vaksin sebanyak 3 kali," kata Venita.

Di tempat yang sama, Prilly Latuconsina, selebritis sekaligus Duta Cegah Kanker Serviks mengatakan, banyak perempuan Indonesia yang merasa tidak mungkin terkena kanker serviks sehingga mereka merasa tidak perlu menerima vaksin.

"Kendala dalam pencegahan kanker serviks adalah banyak perempuan yang merasa kalau mereka tidak berisiko, mereka tidak tau kalau dokter sudah punya vaksinnya, padahal setiap perempuan mempunyai resiko yang sama tanpa memandang umur dan status," kata Prilly.

Prilly juga mengatakan, upaya yang sudah dilakukan sebagai Duta Cegah Kanker Serviks adalah memulai dari diri sendiri dan keluarganya untuk memakai vaksin dan "ngobrol" tentang kanker serviks baik itu di media sosial serta menyebarkan info terkait kanker serviks di sosial media, dan mengadakan tour sekolah untuk mengajak perempuan Indonesia mencegah kanker serviks dengan memakai vaksin. (*)