Peresmian Pondok Desain dan Promosi, dan Pergelaran Panggung Seni Sumatera III tahun 2014.

id Peresmian Pondok Desain dan Promosi, dan Pergelaran Panggung Seni Sumatera III tahun 2014.

Padang Panjang bertajuk Kota Serambi Mekkah kian terus bersolek, bagai gadis jolong gadang yang rajin berdandan. Diera duet Walikota H. Hendri Arnis, BSBA- Wawako dr. Mawardi ,MKM meski masih dalam membilang bulan sejak dilantik dipenghujung tahun 2013 semakin dibuat tampak untuk melakukan perubahan yang bermakna bagi masyarakatnya.

Monumental yang terjadi pada Kamis, 27 Desember 2014 adalah ketika Tim Penggerak PKK Kota Padang Panjang Ny.Hj.Maria menggunting pita sebagai pertanda diresmikan bagunan permanen Pondok Desain dan Promosi, meski sebelumnya pembukaan selubung papan nama ditandai pemenetan tombol serine oleh Walikota Padang Panjang, Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Produksi Dalam Negeri Kementerian Perindustrian, Ferry Yahya, Kadis Koperasi dan Perindusstian Prov Sumbar, Ahmad Karisma, SE.MM. Hadir dalam kesempatan itu Ktua DPRD Kota Padang Panjang, Novi Hendri, SE.M.Si, Wawako Padang Panjang dr. Mawardi, MKM, para Kepala SKPD serta undangan lainnya.

Hadirnya pondok disain dan promosi Kota Padang Panjang ini, kata Hendri Arnis, memang tidak mudah dan telah melalui proses yang panjang. diawali dengan adanya kesepakatan kerjasama antara kementerian perindusterian, pemerintah provinsi sumatera barat dan pemerintah kota padang panjang guna pengembangan industeri kulit di Kota Padang Panjang.

Dalam kaitan ini, sambung Hendri Arnis, kami menilai inilah sebagai salah satu bentuk implementasi dari singkronisasi program pembangunan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi sumatera barat dan pemerintah kota padang panjang dalam mengembangkan potensi daerah yang dalam hal ini adalah industri kulit.

Bersamaan dengan peresmian Pondok Desain dan Promosi Kota Padang Panjang, juga akan dibuka dan digelar Panggung Seni Sumatera III tahun 2014. kami menilai kegiatan ini sangat bermakna sebagai ajang menampilkan kreatifitas seni dan budaya, maknanya semakin terasa, bukan hanya karena temanya yang kontekstual yakni : Padang Panjang Panggung Seni Sumatera, melainkan para partisipannya yang cukup berkompeten di bidangnya masing-masing.

oleh sebab itu, kami memang sangat mengharapkan kiranya, panggung seni dengan tema yang sangat kontekstual ini hendaknya dapat menginspirasi semua pihak untuk bersama sama mengukir dan memaknainya dalam rangka meraih kemajuan, sehingga hal ini tidak hanya indah dalam tataran retorika tapi menjelma dalam implementasi dan karya nyata, khususnya di bidang seni dan kebudayaan.

Pemko Padang Panjang menyambut hangat dan mendukung kegiatan ini, karena kegiatan ini bukan hanya sekedar ajang kreatifitas seni dan budaya, melainkan juga akan dapat mambangkik batang tarandam, khusus dalam mengembangkan khasanah seni dan budaya minang kabau.

Dalam konteks inilah kami pandang, momentumnya harus kita manfaatkan secara optimal untuk mensinergikan berbagai karya seni dan budaya, sehingga mampu melahirkan karya-karya baru dalam mewujudkan dan menjadikan kehidupan seni yang lebih bermakna dan bernilai tinggi.

Wawako Mawardi juga mengagumi gelar panggung seni, diharapkannya ini menjadi agenda pentas seni dan budaya di Kota serambi Mekah. , Meski sebelumnya Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Produksi Dalam Negeri Kementerian Perindustrian, Ferry Yahya mengakui, pondok promosi dan pusat desain yang diresmikan itu juga merupakan salah satu bentuk dukungan bagi pelaku usaha di Kota Padang Panjang agar bisa bertahan di era globalisasi.Gedung ini merupakan sarana bagi pelaku usaha di Padang Panjang untuk bisa lebih kreatif lagi dalam memproduksi berbagai bentuk kerajinan.

Drs. Reflis MTP juga mnyebutkan maksud dan tujuan adanya pondok desai dan promosi diantaranya, menjadi wadah bagi ukm dalam bentuk produksi, peningkatan keterampilan dan wawasan, rumah desain serta membantu pemasaran, menyediakan satu lokasi one stop shopping kerajinan kulit di kota Padang Panjang serta membuat lokasi untuk menampung aktifitas publik/ masyarakat.

Disebutkan Reflis, keluruhan biaya bangunan pondok desain, bengkel pelatihan dan pondok berjumlah 12 kios (8 kios didanai Pemrov Sumbar dan 4 kios oleh Pemko Padang Panjang) menelan Rp 3,5 milyar bantuan Provinsi Sumbar, sementara untuk pengadaan tanah ditanggung Pemko Padang Panjang.

Panggung Sumatera III Tahun 2014, Padang Panjang Panggung Seni Suamtera

Kegiatan yang telah dilaksanakan di beberapa tempat yakni: Pusat Dokumentasi Informasi Dan Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) Padang Panjang, Pasar Padang Panjang, Pondok Desain dan Kerajinan Kota Padang Panjang, Rumah Makan Pak Datuk, Taman Kota, Universitas Muhammadiyah, Balai Kota dan Stasiun Kereta Api.

Partisipan yang hadir pada Panggung Publik Sumatera III adalah: Herlina Syarifudin, (Jakarta) Teater Selembayung(Pekanbaru,Riau).Teater Rumah Mata (Medan, Sumatera Utara) Komunitas Nan Tumpah, Ruang Kreatif Serunai Laut(Padang). Teater SAKATA, Orkes Keroncong La Paloma, Batahimime Teater, HMJ Prodi Teater ISI Padang Panjang, SARUEH OPEN SPACE.

Sedangkan kelompok Pemusik Jalanan (KPJ) Teater Universitas Muhammadiyah, SMU N 2, Tari SiKambang Manih, Sanggar Seni Aguang, Flam Percussion, Padang Panjang. Harris Priadi Bah (Sutradara, Jakarta).Marhalim Zaini (Sastrawan, Pekanbaru).Yusrizal KW (Budayawan,Redaktur Budaya Harian Padang Ekspres). Thompson HS (Penggerak Teater Tradisi, Medan). Tya Setiawati (Sutradara, Padang Panjang).Syaiful Bahri,SP (Porbudpar Kota Padang Panjang) .Puncak acara pada Sabtu, 29 Maret di halaman Balaikota Padang Panjang berlangsung meriah, bergedincit pincitnya penonton tidak hanya warga

Padang Panjang namun masyarakat Batipuh X Koto pun turut hadir.

Berbagai aktraksi kesenian seperti randai, tari Suluah dan hiburan Kim dengan dengan hadiah utama umroh ke Mekkah yang disponsori toko emas Murni dan rumah makan Sari Minang notabene milik Hendri Arnis serta sejumlah hadiah lainnya yang ikut disponsori oleh SKPD Pemko Padang Panjang,Bank Nagari Cab. Padang Panjang, BRI, BNI, PT. Pos, PT. NPM, rumah makan Pak Datuak serta lainnya.

Sambutan masyarakat begitu antusias. Menarinya lagi, Wako Hendri Arnis tampil membaca puisi yang mengundang decak kagum penonton. Hadiah utama untuk umroh ke Mekkah diperoleh Poppy Veone Helsya, kelahiran Padang Panjang 1991, mahasiswi jurusan Akutansi, Universitas Negeri Padang. Berkah, katanya dan berniat akan menggunakan jilbab seusai umroh.

(Kreator Sumatera dan Sutradara Padang Panjang)

Bersama Seniman dan 19 komunitas seni dari Jakarta, Medan, Pekanbaru, Padang dan Padang Panjang kami coba menjalin silaturahmi dengan masyarakat, memberikan apresiasi seni pertunjukan langsung ke tengah masyarakat. Semoga perhelatan budaya ini berkenan dan mampu meberi semangat dan konstribusi bagi pembangunan karakter masyarakat Kota Padang Panjang.Seniman tidak akan mampu bekerja sendiri, ia membutuhkan lingkungannya sebagai ispirasi, ia membutuhkan dukungan pemerintah untuk mendorong pergerakan kebudayaan dan pembangunan fasilitas kesenian yang memadai.

Untuk itu mari kita sama-sama memberi arti peradaban kota bertajuk Serambi Mekah,Kegiatan ini, lanjut seniwati ini, merupakan hasil rumusan kegelisahan para seniman dan penggiat seni di kota Padang Panjang. Atas minimnya minat masyarakat menyaksikan pentas-pentas seni tradisi maupun modern di gedung-gedung pertunjukan. Dan hal ini menimbulkan berbagai asumsi. Setelah melakukan survey, di beberapa tempat ternyata sesungguhnya masyarakat memiliki antusiasme terhadap tontonan seni pertunjukan.

Namun kadangkala akses dan informasi yang menjadi penghalang. Seniman menyadari persoalan ini kemudian menggagas sebuah iven kesenian bertajuk Panggung Publik Sumatera . Iven ini sebagai upaya seniman menjemput penonton dengan memberikan suguhan berbagai pentas seni langsung ketengah-tengah masyarakat

Alhamdulillah, tahun ketiga ini Panggung Publik Sumatera III mendapat perhatian dari Pemko Padang Panjang, tentunya kerjasama ini seyogyanya disambut positif. Kegiatan yang sudah memasuki usia ketiga ini dapat berjalan lebih baik. Optimisme dalam memajukan kebudayaan tidak lagi berjalan sendiri.

Kedepan, harapnya, untuk menjadikan Kota Padang Panjang sebagai panggung seni pertunjukan di Sumatera semakin terbuka. Hal ini menjadi penting, karena daya-upaya untuk menuju karakter masyarakat kota yang kreatif dan dinamis dibutuhkan salingbantu seniman, pemerintah dan tentu saja masyarakat.

Yusrizal KW

(Adalah Redaktur Sastra dan Budaya Harian Padang Ekspres, Penikmat Seni Pertunjukan)

Dibanding dengan masa-masa teater berada di wilayah teknologi yang baru sebatas telepon umum koin receh (sekitar 20 tahun silam), mestinya saat ini, di zaman semua yang satu sama lain sangat mudah saling terkoneksi, mestinya teater di daerah memiliki penonton dan sponsor yang lebih banyak dan sukses.

Dengan adanya media sosial, seperti Facebook, Twitter dan youtube, kita bisa memperkenalkan dan mempromosikan pertunjukan teater, jelas selain berbiaya murah, juga berpeluang mengedukasi masyarakat untuk memahami lebih awal teater kemudian mengajaknya menonton hingga mereka betul-betul berada di ruang pertunjukan.

Ketika saya disodori topik oleh panitia yang kurang lebih bermakna: mengomunikasikan pertunjukan teater kepada masyarakat dalam artian apa yang mesti dipahami tentang penonton, sesungguhnya saya tiba-tiba merasakan, mungkin memang ada saatnya kita memahami apa yang tepat bagi penonton.

Artinya, bukan mengarah pada pandangan kita didikte selera pasar, tetapi lebih kepada memahami tema dan teater yang bagaimana tepatnya untuk penonton pertunjukan kita yang akan datang. Pasalnya, ketika sebuah pertunjukan dianggap menarik, komunikatif, menawarkan perenungan, juga dianggap menghibur, itu artinya teater sedang membranding eksistensi dirinya. Masyarakat merasa mendapatkan sesuatu yang ternyata pas bagi kebutuhan batin mereka; teater itu ternyata asyik juga.

Mengedukasi Masyarakat, Mendekatkan Diri

Apa yang dilakukan Panggung Publik Sumatera III, yang kali ini merupakan tahun ketiga, sesungguhnya bisa kita pahami sebagai upaya mengedukasi masyarakat untuk memahami teater sebagai milik mereka. Punya kita bersama.

Dengan adanya upaya demikian, menghadirkan langsung teater ke hadapan publik, kita telah mengedukasi masyarakat, minimal memperkenalkan kepada mereka. Selama ini, teater sesungguhnya sudah berada di level masyarakat kelas menengah atau tertandakan sebagai tontonan orang tertentu atau intelek, yang mesti di sebuah gedung pertunjukan.

Dan karena itulah, ketika pada sebuah gedung diadakan pertunjukan teater, khusus di daerah, kita akan bertemu dengan orang yang sama sebagai penontonnya dan diperkirakan, akan bertemu dengan sebagian besar mereka pada pertunjukan berikutnya. Ini artinya, penonton teater tidak mengalami penambahan signifikan. Jelas untuk menjawab demikian, apologia biarlah sedikit penontonnya asal berkualitas adalah sesuatu yang kurang pas. (*)