Padang, (Antara) - Anggota Komisi IX DPR-RI Taslim menyatakan menhir di Nagari Maek, Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota, dapat dijadikan potensi kunjungan wisata pra-sejarah. "Mehnir di Maek merupakan sebuah potensi wisata pra-sejarah dan purbakala yang dapat mendatangkan wisatawan ke Kabupaten Limapuluh Kota," kata Taslim ketika dihubungi dari Padang, Senin. Menurut dia, sebagai monumen purbakala, menhir merupakan peninggalan pra-sejarah sebagai bukti nilai-nilai kehidupan yang telah berkembang pada masa dahulu di daerah itu. "Dari banyak penelitian pakar arkeologi, ternyata menhir di Maek membuktikan adanya peradaban di Indonesia pada 3000 tahun sebelum Masehi. Jika betul, maka Maek adalah negeri peradaban manusia pertama di Sumbar atau bahkan Indonesia," jelas dia. Dibandingkan dengan daerah lain di Kabupaten Lima Puluh Kota, lanjut Taslim, Nagari Maek menjadi istimewa karena memiliki menhir terbanyak di Kabupaten Lima Puluh Kota hingga dijuluki ''''Nagari Saribu Menhir''''. Menhir tersebar di setiap jorong di nagari itu. Agar kelestariannya terjaga dan tidak hilang dicuri orang-orang tidak bertanggung jawab, dia meminta agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayan menjaga dan menginventarisir menhir di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. "Apakah benar peradaban pertama Indonesia itu di Maek atau tidak bisa saja diperdebatkan," kata dia. Dia menambahkan, pemerintah harus punya upaya untuk menjadikan menhir di Maek sebagai situs pubakala yang harus dijaga kelestariannya, kapan perlu menjadi warisan dunia yang diakui UNESCO. "Dengan begitu, potensi pariwisata prasejarah di Sumbar akan berkembang, dan masyarakat Maek pasti akan mendapatkan keuntungan yang berlipat dari potensi wisata peradaban pra-sejarah ini," ungkap dia. Sementara itu tokoh muda Maek, Efrizal Hendri Datuk Patiah menyatakan, di Nagari Maek terdapat 72 kelompok menhir dalam berbagai bentuk dan ukuran. "Ada yang berbentuk kepala binatang, pedang atau tanduk dan diukir dengan pola-pola yang menarik. Ukuran menhir terbesar di daerah Maek adalah 50 cm X 668 cm X 405 cm," sebutnya. Dia menambahkan, meski menhir sering diteliti, tapi apa makna dari batu tertanam ke tanah dengan susunan rapi tidak ada warga di Maek yang tahu. "Belum ada masyarakat yang tahu apa maksud batu yang disebut menhir tersebut," ungkap dia. (zon/jno)
Berita Terkait
Dua ribu rumah terendam banjir di Tarusan Pesisir Selatan
Selasa, 7 Januari 2025 18:58 Wib
Polresta Padang tetapkan satu tersangka penambangan ilegal di Kuranji (Video)
Selasa, 7 Januari 2025 18:12 Wib
BMKG: Gempa dahsyat di Nepal-China tak berpengaruh ke Indonesia
Selasa, 7 Januari 2025 14:35 Wib
Bunga bangkai setinggi 2,62 meter mekar di habitat rafflesia
Selasa, 7 Januari 2025 14:03 Wib
Jordi Amat doakan STY raih pencapaian terbaik di masa depan
Selasa, 7 Januari 2025 13:42 Wib
Anggota DPR dukung evaluasi penggunaan senjata api di TNI
Selasa, 7 Januari 2025 10:22 Wib
Jalan lintas Sumatera di Pesisir Selatan bisa dilalui pascabanjir
Selasa, 7 Januari 2025 9:08 Wib
Tim Polres Pasaman musnahkan box pengolahan emas ilegal di Muaro Cubadak Pasaman
Selasa, 7 Januari 2025 5:17 Wib