Padang (ANTARA) - Ekonom sekaligus Rektor Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat Efa Yonnedi menyarankan agar pemerintah Indonesia melakukan diversifikasi negara pengimpor menyusul kebijakan tarif impor yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Jadi, kebijakan tarif resiprokal ini tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk melakukan diversifikasi negara-negara sumber impor Indonesia selama ini," kata ekonom Unand Efa Yonnedi di Padang, Jumat.
Menurut Efa, dengan adanya kebijakan tarif impor yang baru tersebut maka Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk mencari atau mendiversifikasi sumber impor yang baru. Di saat bersamaan Indonesia sebetulnya juga berpeluang melakukan diversifikasi terhadap negara-negara tujuan ekspor. Saran itu dapat dilakukan dengan catatan Indonesia mendapatkan tarif atau harga yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
"Kalau sekarang itu (tarif impor Trump) bukan tarif yang fair, tapi tarif yang fear atau menimbulkan ketakutan," ujar dia.
Pada kesempatan itu, eks Konsultan Bank Dunia tersebut mengatakan kebijakan tarif impor Amerika Serikat dapat dilihat sebagai bentuk ketidakpercayaan terhadap lembaga global seperti Bank Dunia atau World Trade Organization (WTO).
"Saya melihat kebijakan ini akan memberikan tekanan inflasi terhadap sejumlah negara. Selain itu, kondisi ini juga akan mempengaruhi rantai pasok global," ujar dia.
Senada dengan itu, ekonom Unand lainnya Hefrizal Handra mengatakan meskipun kontribusi ekspor Indonesia ke Amerika Serikat sekitar 9-10 persen dari total ekspor nasional, sehingga efek kebijakan tersebut akan terasa luas.
"Dampak tak langsung akan menjalar melalui pelemahan permintaan dari mitra dagang utama kita seperti Tiongkok, Jepang dan negara-negara ASEAN karena rantai pasok global saling terhubung," jelasnya.