IHSG anjlok, Ekonom: Pemerintah perlu cermat membuat kebijakan ekonomi

id ihsg,bursa efek,ojk

IHSG anjlok, Ekonom: Pemerintah perlu cermat membuat kebijakan ekonomi

Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad (tengah) menyampaikan keterangan didampingi Ketua Komisi XI Mukhamad Misbakhun (ketiga kiri), dan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman (kedua kiri) usai melakukan sidak di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/3/2025). Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad bersama pimpinan Komisi XI melakukan sidak ke kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) menyusul terjadinya penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai 5 persen dan memberikan dukungan serta meyakinkan pasar agar tetap tenang. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/rwa.

Jakarta (ANTARA) - Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menilai, Pemerintah saat ini perlu lebih berhati-hati dalam merancang maupun menerapkan kebijakan ekonomi setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami koreksi lebih dari 5 persen pada perdagangan Selasa (18/3).

Sebagaimana diketahui, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sempat menerapkan penghentian sementara perdagangan atau trading halt setelah IHSG tercatat turun lebih dari 5 persen dalam sesi perdagangan Selasa pagi.

Pada penutupan perdagangan sore, IHSG berakhir di level 6.223,39 setelah melemah 3,84 persen, sementara indeks LQ45 turun 2,79 persen ke posisi 709,01.

“Kami menilai bahwa Pemerintah harus berhati-hati dalam menentukan kebijakan di bidang ekonomi, termasuk dalam merubah tim ekonomi yang selama ini mendapat kepercayaan pasar yang sangat tinggi,” kata Rully kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Menurut Rully, anjloknya IHSG Selasa ini dipicu oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik yang menekan kepercayaan investor terhadap pasar saham Indonesia.

Faktor pertama, dirinya menyoroti bahwa pasar saham Indonesia masih mengalami arus keluar atau foreign outflow yang cukup besar, menambah tekanan pada IHSG.

“Untuk beberapa hari ini tidak hanya saham unggulan, tapi saham-saham yang tergolong spekulatif juga mengalami penurunan signifikan, seperti DCII, TPIA, dan BREN. Saham unggulan hari ini juga terkena aksi jual seperti BBRI dan BBCA. Saat ini memang optimisme pasar tergolong sangat rendah akan prospek ekonomi Indonesia tahun ini,” jelasnya.

Faktor kedua, kebijakan ekonomi yang memicu kekhawatiran. Rully menuturkan, beberapa kebijakan pemerintah turut memperburuk sentimen pasar.

“Ditambah lagi berbagai kebijakan justru menimbulkan kecemasan, seperti pemangkasan anggaran, pembentukan Danantara, pembentukan Koperasi Merah Putih yang akan melibatkan bank-bank BUMN, dan beberapa kebijakan lainnya,” tuturnya.

Perkembangan terbaru yang memperbesar kekhawatiran pasar yakni adanya isu yang santer terdengar soal pengunduran diri Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati.

Hal ini berpotensi mengguncang kepercayaan investor, mengingat perannya yang selama ini mendapat kepercayaan tinggi dalam menjaga stabilitas fiskal.

Faktor lain yang turut berdampak pada perdagangan bursa hari ini adalah pengaruh tarif dagang AS dan keputusan bank sentral AS (The Fed).

Di sisi global, kebijakan tarif dagang AS terhadap mitra dagangnya turut memberikan tekanan, meski bukan faktor utama. Sebab, beberapa bursa regional justru menguat, menunjukkan bahwa pelemahan IHSG lebih dipengaruhi oleh faktor domestik.

Sementara, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengatakan, pelaku pasar juga bersikap wait and see terhadap hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang akan digelar Rabu (19/03) serta Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pada Kamis (20/03).

Adapun Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menyampaikan, pihaknya tengah menyiapkan berbagai kebijakan (policy) sebagai upaya menjaga stabilitas IHSG.

“Kami juga memberikan kepada rekan-rekan wartawan, bahwasanya kami memiliki beberapa policy (kebijakan) yang akan kita lakukan,” ujar Inarno.

Dia menyampaikan, berbagai upaya kebijakan itu akan dipaparkan dalam Konferensi Pers Respon Kebijakan OJK Mengantisipasi Volatilitas Perdagangan Saham di Main Hall BEI, pada Rabu (19/03) besok.

Inarno menyebut bahwa pihaknya bersama BEI pada 3 Maret 2025 telah menetapkan beberapa kebijakan untuk menjaga stabilitas IHSG.

Pada 3 Maret 2025, OJK bersama BEI memutuskan untuk menunda implementasi short selling dan akan melakukan kajian terkait dengan buyback saham tanpa rapat umum pemegang saham (RUPS).

Upaya itu dilakukan seiring OJK bersama BEI telah melakukan dialog bersama pelaku pasar modal sebagai respons terkait dengan tekanan yang terus-menerus terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

“Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut dan mendapatkan masukan dari para pemangku kepentingan dan pelaku pasar, OJK akan mengambil kebijakan awal, pertama adalah menunda implementasi kegiatan short selling," katanya.

Selain hal tersebut, terdapat opsi kebijakan lain yang jika diperlukan yaitu mengkaji buyback saham tanpa RUPS dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang terjadi nantinya.

Dalam pengambilan kebijakan itu, pihaknya akan fokus dalam tiga hal, di antaranya stabilitas pasar, peningkatan likuiditas, serta perlindungan investor.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: IHSG anjlok, Ekonom: Pemerintah perlu cermat membuat kebijakan ekonomi