Pakar Botani dorong pemanfaatan bahan alam untuk pengembangan obat

id obat tradisional,pakar botani unand,pakar botani,universitas andalas,bahan alam untuk pengembangan obat

Pakar Botani dorong pemanfaatan bahan alam untuk pengembangan obat

Ketua Dewan Profesor Universitas Andalas, Sumatera Barat, Prof Marlina (kiri) saat mengukuhkan Prof Netty Suharti (kanan) sebagai guru besar pada Fakultas Farmasi di Padang, Selasa (18/2/2025). (ANTARA/Muhammad Zulfikar)

Padang (ANTARA) - Pakar sekaligus Guru Besar Ilmu Botani Farmasi dari Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat (Sumbar), Prof Netty Suharti mendorong pemanfaatan bahan alam tumbuhan untuk pengembangan obat di Indonesia.

"Sebagai salah satu negara yang memiliki mega-biodiversitas terbesar di dunia, Indonesia punya potensi besar dalam pengembangan obat yang berasal dari tumbuhan," kata Prof Netty Suharti di Padang, Selasa.

Ia mengatakan dari sekitar 30 ribu spesies tanaman yang tumbuh di Indonesia, 1.845 diantaranya teridentifikasi dapat digunakan sebagai tanaman obat. Namun faktanya hanya 283 spesies saja yang secara resmi telah terdaftar di BPOM untuk digunakan masyarakat dalam pengobatan.

Oleh karena itu sudah seharusnya penelitian dan pengembangan bahan baku obat menggunakan potensi sumber daya alam Indonesia dibudidaya secara massal, efektif, efisien, serta tepat guna, dan tepat sasaran.

Begitu pula koordinasi dan kolaborasi yang intensif antara pemerintah, peneliti, dan industri dalam program percepatan pengembangan dan pemanfaatan tanaman obat atau fitofarmaka benar-benar dilaksanakan maksimal.

Hal tersebut, kata dia, sangat penting mengingat tingginya ketergantungan bahan baku obat Indonesia terhadap produk impor yang angkanya mencapai 90 hingga 95 persen.

Di sisi lain, beberapa tumbuhan Indonesia telah digunakan dalam pengobatan tradisional oleh masyarakat sejak dahulu, lanjut dia, namun umumnya efektivitas dan keamanannya belum sepenuhnya didukung oleh penelitian yang memadai.

"Jadi di sini penelitian dan pengembangan obat tradisional ditujukan untuk memperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, dan memiliki khasiat yang teruji secara ilmiah," jelasnya.

Dengan adanya penelitian tersebut, menurut dia, obat dari bahan alam tumbuhan dapat dimanfaatkan secara luas, baik digunakan masyarakat secara mandiri maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal.

Sebagai contoh tanaman yang sering digunakan dalam pengobatan secara tradisional ialah tanaman jahe (Zingiber oficinale roesce) dan Kunyit Talerang (Hedychium coronarium j koenig).

Ia menjelaskan khasiat jahe sudah dikenal turun temurun, antara lain sebagai pereda sakit kepala, batuk, masuk angin, meredakan gangguan saluran pencernaan, rematik, obat antimual, diare, demam, serta pusing.

Rimpang jahe tersebut mengandung gingerol yang memiliki efek farmakologis sebagai antiinflamasi dan antioksidan. Bahkan beberapa penelitian melaporkan bahwa rimpang jahe memiliki aktivitas farmakologi antara lain antiemetik, antiinflamasi, analgetik, mengurangi osteoarthritis, antioksidan, antikanker, antitrombotik, efek hipolipidemia dan hipoglikemi, dan sejumlah manfaat lainnya.

Sementara itu Kunyit Talerang pada pengujian fitokimianya mengandung senyawa fenolik, flavonoid, steroid dan triterpenoid, glikosida, tanin, saponin, dan minyak atsiri. Kemudian, salah satu senyawa aktif dari Kunyit Talerang adalah triparanol.

"Triparanol memiliki aplikasi lain dalam bidang farmasi, terutama terkait penghambatan enzim yang berperan dalam proses metabolik," katanya.