Padang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar)melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura menyebutkan 400 Hektare (Ha) lahan pertanian di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar yang terdampak banjir lahar dingin Gunung Marapi pada Mei 2024 menjadi target program optimasi dan pemulihan.
"Total lahan area yang terdampak banjir lahar dingin itu ada 1.000 hektare, yang mana 600 hektare sudah kita optimasi," kata Sekretaris Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar Ferdinal Asmin di Padang, Kamis.
Ferdinal mengatakan Gubernur Sumbar telah memberikan instruksi agar dinas terkait secepatnya berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk membicarakan langkah optimasi tahap kedua.
Ia mengatakan proses optimasi 400 Ha lahan pertanian yang terdiri dari sawah maupun tanaman hortikultura tersebut akan membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar karena tergolong cetak sawah baru.
Tumpukan material berupa bebatuan, kayu-kayu hingga pasir yang menumpuk sudah cukup keras dan dalam jumlah besar, sehingga untuk pemulihan dan kembali produktif diperkirakan bisa memakan waktu hingga dua tahun.
Bila sulan optimasi lahan tersebut disetujui Kementerian Pertanian, kata dia diharapkan proses pemulihan sekitar 400 Ha lahan itu bisa dikerjakan pada 2025. Pihaknya memperkirakan 1 Ha cetak sawah baru menelan biaya antara Rp30 hingga 35 juta.
Sementara pada optimasi lahan tahap pertama yang bekerja sama dengan unsur TNI, Kementerian Pertanian hanya menggelontorkan biaya sebesar Rp3 miliar. Jika dikalkulasikan, 1 Ha lahan hanya mendapat jatah optimasi Rp5 juta.
"Biaya optimasi tahap pertama itu sekitar Rp3 miliar atau Rp5 juta per hektare," sebut dia.
Kementerian Pertanian mengalokasikan bantuan sebesar Rp33,34 miliar untuk memulihkan sektor pertanian pascabencana banjir dan banjir bandang di Sumbar.
Bantuan yang dialokasikan itu berasal dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan sekitar Rp20 miliar, Ditjen Hortikultura Rp7,4 miliar dan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Rp5,6 miliar.