Wamendikbud: HAKI Perlu Diprioritaskan Menyongsong MEA 2015

id Wamendikbud: HAKI Perlu Diprioritaskan Menyongsong MEA 2015

Yogyakarta, (Antara) - Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Windu Nuryanti mengatakan penerapan hak atas kekayaan intelektual sebagai perlindungan warisan budaya dan kekayaan alam perlu diprioritaskan menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. "Menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) ini menjadi nomor satu sebab kalau tidak budaya kita dapat dicuri oleh negara lain yang pintar menggunakan teknologi," kata Windu Nuryanti seusai membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Yogyakarta, Rabu. Menurut dia, dengan keikutsertaan Indonesia sebagai bagian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, secara langsung maupun tidak akan mempermudah akses negara-negara ASEAN lainnya untuk memasuki pasar Indonesia sehingga memungkinkan untuk bersaing, meniru bahkan memengaruhi budaya nasional dalam konteks persaingan pasar. Agar MEA 2015 dapat berlangsung secara sehat, menurut dia, sebaliknya masyarakat Indonesia juga perlu ditekankan untuk menghindari penggunaan produk bajakan. "Melalui Gerakan Nasional Anti Pembajakan, rencananya nanti secara bertahap guru di sekolah akan memberikan pemahaman kepada siswa untuk menghindari pembajakan serta tidak menggunakan produk bajakan,"katanya. Sementara itu, menurut dia, di sisi lain menghadapi arus masuknya budaya luar dalam MEA 2015, penguatan kecintaan budaya lokal di kalangan masyarakat juga perlu diupayakan. Strategi tersebut perlu dilakukan mengingat bangsa Indonesia tidak dapat menolak atau mundur dari kesepakatan komunitas ASEAN tersebut. "Tidak perlu khawatir kalau akar budaya telah diperkuat , maka (dengan masuknya budaya luar) kita tidak akan tergoyahkan,"katanya. Penguatan kecintaan terhadap budaya bangsa dalam menghadapi MEA 2015, menurut Windu, juga dapat diupayakan melalui penekanan aktivitas perekonomian berbasiskan kepada budaya lokal. Indonesia dengan konfigurasi kepulauan yang memiliki berbagai macam suku dan kekayaan budaya yang jumlahnya ratusan perlu dimanfaatkan. "Dalam konteks persaingan manufaktur mungkin kita masih kalah bersaing. Namun dalam konteks budaya kita termasuk paling unggul dan diakui "super power"," katanya. (*/jno)