Lubukbasung (ANTARA) - Rahmad Vaisandri, akrab dipanggil Amaik (29) namanya sudah menjadi buah bibir, terutama para penumpang bus antar pulau rute Lubuk Basung (Agam Sumbar) menuju Jakarta.
Sebab anak muda berparas ganteng asal Balai Selasa, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam itu terkenal sopan dan ramah, sehingga menyamankan pengguna jasa bus bermerek dinding Al Hijrah tambangan Lubuk Basung-Jakarta.
"Keramahan Rahmad Vaisandri ini menjadi salah satu daya tarik penumpang bus dari Lubuk Basung ke Jakarta, atau sebaliknya sehingga bus Al Hijrah yang baru setahun terakhir masuk Lubuk Basung makin diminati," kata salah seorang pemilik bus angkutan penumpang di Lubuk Basung, Anton Maulana (34), Minggu, (10/11).
Ia mengatakan Amaik masih sangat muda, tapi sudah lama sekali jadi sopir bus penumpang. Pembawaannya tenang, lunak dan sopan.
"Baik sekali orangnya, saya cukup kenal si Amaik," katanya.
Kini tentang Amaik tinggal cerita, dia viral di media sosial karena dia diketahui sudah meninggal dalam keadaan menyedihkan. Mayatnya dijemput keluarganya antara lain mamaknya (paman) Helton seorang pejabat Eselon II di Pemkab Agam.
Helton mengaku didampingi oleh keluarga lain termasuk Rukun Keluarga Kecamatan Lubuk Basung (RKKL) di Jakarta mengambil mayat Amaik di sebuah rumah sakit di Jakarta Selatan.
Soal kematian adalah suatu keniscayaan, meninggali itu pasti dan semua orang akan menemuinya, suatu kewajaran. Tapi kematian Amaik anak Pak Tiar yang juga mantan sopir bus itu dipastikan tidak wajar dan menyisakan tanda tanya yang harus diungkap secara hukum.
"Waktu kami ambil mayat melalui polisi Metro Jakarta Selatan, kematian Amaik diinformasikan kepada kami karena pembunuhan, dia dibunuh, sebelumnya dianiaya," katanya.
Helton mengaku meminta otopsi atas mayat kemenakannya itu. "Kondisi tubuhnya sangat mengenaskan, seperti disemblih, sebelumnya mungkin disiksa karena banyak luka luka, sekujur tubuhnya luka luka seperti habis diseret paksa, itu ada dalam laporan otopsi," katanya.
Ia menjelaskan kronologis kejadian yang dirangkai berdasarkan informasi keluarga dan polisi. Amaik, kemenakannya itu punya alamat di Jakarta yaitu Jln Eretani 1. Rt/Rw 009/001.
Kel/ Desa Balekambang Kramat Jati, Jakarta. Tetapi bolak balik ke Lubuk Basung karena dia sopir bus Al Hijrah Jakarta-Padang.
Sebelum 20 Oktober 2024, kata Helton entah 18 atau 19 Oktober dia berangkat dari Lubuk Basung ke Jakarta. "Tapi 20 Oktober keluarga putus kontak, telpon genggam tak hidup, WA tak dibalas. Namun keluarga belum curiga, selang beberapa dua hari kemudian baru keluarga merasa kehilangan, Amaik tak ditemukan," katanya.
Satu satunya kontak terakhir kata Helton, adalah chating Amaik dengan seorang teman wanita, yang ditenggarai pacarnya Amaik. "Isi chating Amaik adalah tentang dirinya yang galau, dan akan pergi ke Jepang. Pada 20 Oktober akan mengurus paspor untuk pergi ke Jepang," katanya.
Pihak keluarga tidak mendapat informasi tentang kegalauannya. Tapi setelah beberapa hari putus baru pihak keluarga melapor ke Polres Metro pada Rabu 30 Oktber 2024 pukul 13.15 WIB.
Dari Polsek Pasar Rebo, dapat informasi ditemukan tas yang berisi dokumen milik yang bersangkutan.
"Menurut polisi, tas itu ditemukan pada 28 Oktober 2024, didepan terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur," katanya.
Ia menambahkan pada 5 November 2024, pihak keluarga dapat informasi dari Polsek Metro bahwa almarhum sudah di rumah sakit dalam kondisi meninggal dengan luka robek di kepala 29 jahitan dan tubuh lainya luka lebam.
Dari informasi pihak Rumah Sakit Kramat Jati Almarhum diantar oleh massa dengan kondisi meninggal sejak 24 Nof 2024. Jadi mayat Amaik, tersimpan di kamar mayat selama 11 hari.
"Para pengantar melaporkan bahwa mayat ini adalah korban pengeroyokan massa atas tuduhan copet," katanya.
Apa pun tuduhan terhadap kemenakannya , pihak keluarga tidak bisa menerima begitu saja.
"Kami mendesak pihak penegak hukum memproses dan mengusut kematian anak kemenakan kami, kami butuh bantuan semua pihak, terutama peranta," katanya.