DLH Kota Solok buat lubang biopori atasi sampah organik dan banjir

id DLH Kota Solok, buat lubang biopori, atasi sampah organik, dan banjir

DLH Kota Solok buat lubang biopori atasi sampah organik dan banjir

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solok, Sumatera Barat saat membuat lubang biopori untuk mengatasi sampah organik dan banjir di daerah setempat. ANTARA/HO-Diskominfo Solok

Solok (ANTARA) - Sejumlah petugas kebersihan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solok, Sumatera Barat melakukan pembuatan biopori untuk resapan air dan mengatasi banjir di Taman Bidadari.

Pemelihara Sarana dan Prasarana, DLH Kota Solok Eko Susanto di Solok, Sabtu mengatakan biopori disebut juga dengan lubang resapan, merupakan lubang yang dibuat tegak lurus ke dalam tanah.

Lubang ini memiliki diameter antara 10-30 cm. Lubang tersebut kemudian diisi dengan sampah organik yang memiliki fungsi sebagai makanan makhluk hidup yang ada di tanah, seperti cacing dan akar tumbuhan.

Biopori bermanfaat untuk mengurangi sampah organik, menyuburkan tanah, membantu mencegah terjadinya banjir dan mengurangi jumlah air tanah.

“Kita membuat tiga lubang biopori sebagai salah satu solusi sederhana namun efektif untuk mengatasi dua permasalahan lingkungan utama, yaitu sampah organik dan banjir," ujar dia.

Dengan lubang resapan biopori, air hujan yang sering kali terbuang ke saluran pembuangan dapat diserap kembali ke dalam tanah, memperbaiki kualitas air tanah sekaligus mengurangi potensi banjir.

Lebih lanjut, Eko menjelaskan lubang resapan biopori bukan hanya berfungsi sebagai saluran resapan air, tetapi juga sebagai sarana pengelolaan sampah organik.

Sisa makanan, daun-daun kering dan bahan organik lainnya yang dimasukkan ke dalam lubang ini akan terurai secara alami menjadi kompos. Kompos tersebut kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pupuk yang berguna bagi tanaman.

Menurut dia, lubang resapan biopori ini harus dirawat agar tetap terjaga kualitasnya dan dapat berfungsi dengan baik.

“Kita perlu merawat lubang biopori dengan cara mengisi lubang biopori dengan sampah organik secara bertahap setiap lima hari sekali sampai lubang terisi penuh dengan sampah," ujar dia.

Lebih lanjut, sampah itu dibiarkan selama tiga bulan agar nantinya menjadi kompos. Selanjutnya angkat kompos yang sudah jadi dari lubang biopori. Lubang siap diisi kembali dengan sampah yang baru. Kompos pun siap digunakan untuk memupuk tanaman yang ada di halaman rumah.

Ia menyebutkan proses pembuatan lubang resapan biopori diantaranya, pertama menyiram tanah yang akan dijadikan sebagai tempat pembuatan biopori dengan air agar tanah menjadi lebih lunak dan mudah untuk dilubangi.

Selanjutnya melubangi tanah dengan posisi tegak lurus. Lalu buat lubang dengan kedalaman kurang lebih satu meter dengan diameter 10-30 cm. Setelah itu, lapisi lubang menggunakan pipa PVC yang ukurannya sama dengan diameter lubang.

Kemudian isi lubang dengan sampah organik seperti daun, rumput, kulit buah-buahan dan sampah yang berasal dari tanaman lainnya. Terakhir tutup lubang menggunakan kawat besi atau tutup pipa PVC yang sudah dilubangi terlebih dahulu.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: DLH Kota Solok buat lubang biopori atasi sampah organik dan banjir