Sekolah Keluarga Model Bukittinggi

id Sekolah Keluarga Model Bukittinggi,BERITA BUKITTINGGI,BERITA SUMBAR Oleh Elfindri HR-SDGs Center UNAND

Sekolah Keluarga Model Bukittinggi

Prof. Dr. Elfindri, SE. MA (dir. SDGs Center Unand) Akademisi, pakar ekonomi, dan pengamat perguruan tinggi Indonesia dari Universitas Andalas, Padang. (Antara/HO-Dokumen Pribadi)

Bukittinggi (ANTARA) - Target SDGs jelas secara kuantitative diarahkan untuk mencapai rata rata pendidikan, mendorong kekuatan kaum wanita, dan memperbaiki kesehatan.

Target kuantitative yang diukur dari lama sekolah yang dihasilkan dari 16 tahun rata rata Korea Selatan, dan kita baru capai kisaran 8.5 tahun setara kelas 3 SMP.

Pernah Dihitung untuk capai 16 tahun rata rata pendidikan, maka butuh waktu sekitar 40 tahun lagi dari yang sudah dicapai oleh Korea Selatan.

Pertanyaannya tidak mudah dijawab bagaimana mempercepat pendidikan, secara kualitas.

Mereka yang sudah terlanjur putus sekolah SD atau SMP tentu sulit untuk lanjutkan sekolah akibat kendala psikologi dan ekonomi. Mereka kadang terlanjur berkeluarga. Mereka punya keturunan dan pendidikan keluarga menjadi sangat terbatas.

Etika anak tidak saja tumbuh dan membaik di sekolah, jika di rumah mereka sudah salah asuh.

Untuk mempercepat peningkatan sumberdaya ini, maka pendidikan formal tidak mungkin, mengingat mereka sudah terlanjur ke luar sistem pendidikan.

Bahayanya kalau tidak memperoleh tambahan ilmu dan keterampilan, mereka akan sering mengajar anak anaknya salah dan kasar berperilaku yang belum pantas dan ekonomi yang mungkin kesulitan.

Sekolah keluarga model

Kota Bukittinggi telah menghadirkan sekolah gratis untuk kelompok ini. Mereka boleh mendaftar kembali memperoleh kursus dan tambahan pendidikan, yang diberikan oleh instruktur-instruktur yang baik.

Kurikulum yang diperlukan untuk rumah tangga, seperti home econonics, membentuk keluarga sakinah mawaddah warahmah termasuk membekali aspek psikologi keluarga.

Menariknya sekolah keluarga sistem komunitas ini dilaksanakan dengan kurikulum, dan mereka yang ikut kemudian juga diwisuda mirip alumni tamat sekolah dan pendidikan tinggi.

Hingga kini sudah ratusan ibu ibu dan pria yang ikut, tentu model seperti ini jarang yang dilakukan oleh yayasan atau pemda lain.

Model pendidikan keluarga ini bisa jadi cikal bakal community college yang berkembang di negara maju. Banyak yang bisa diajarkan, selain home economics, berbisnis cara keluarga, dan cara mendidik anak di lingkungan keluarga, termasuk perawatan kesehatan.

Semoga model ini mempercepat pemerataan kualitas mutu sumberdaya keluarga.*