Sawahlunto (ANTARA) - Kelompok Tani Tunas Baru di Desa Muaro Kalaban Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, berhasil menunjukkan perkembangan yang signifikan dari perkebunan dan pengolahan kopi robusta.
Ketua Kelompok Tani Tunas Baru Abi Candra, di Sawahlunto, Selasa menyebut saat ini untuk panen kelompoknya mampu menghasilkan biji kopi basah sebanyak 20 ton/bulan, sementara untuk biji kopi kering diproduksi sebanyak 400 Kg/bulan.
"Kami bersyukur sekali, perkembangan yang paling signifikan kami rasakan sekarang yaitu dengan sudah lengkap mesin-mesin pengolah kopi sehingga di sini kita sudah mampu langsung mengolah kopi tersebut sampai dipackaging. Artinya kini di Muaro Kalaban, benar-benar full kita membuat kopi yaitu dari sejak ditanam di kebun sampai dijual sudah dalam bentuk bubuk," kata dia.
Ia menyampaikan bahwa Kelompok Tani Tunas Baru berhasil mengalami perkembangan tersebut dengan dukungan dan bantuan dari Pemkot Sawahlunto dan PT. Bukit Asam.
"Dari Pemkot membantu dengan menyediakan bibit kopi, membuka akses jalan menuju kebun kopi dan pendampingan dari penyuluh pertanian. Kemudian dari PTBA membantu dengan memberikan mesin pengolahan kopi," katanya.
Abi menjelaskan, tahapan produksi kopi oleh Kelompok Tani Tunas Baru dimulai dari perkebunan kopi di kawasan Bukit Cani yang kini luasnya telah mencapai 23 hektar.
"Jadi Kelompok Tani Tunas Baru ini anggota aktifnya sebanyak 17 orang. Mereka bertugas dibagi untuk mengurus perkebunan dan mengurus pengolahan biji kopi," kata dia.
Abi merinci, untuk tahapan pengolahan biji kopi tersebut adalah penjemuran dengan sistem semi-modern, kemudian penggilingan, setelah itu merendang dan kemudian dijadikan bubuk untuk dapat dipackaging (dibungkus).
"Untuk pemasaran, kami ada dua jenis. Pertama kami menjual dalam bentuk bubuk ke Padang itu rata-rata harganya Rp60.000,- sampai Rp70.000,-/Kg, kemudian kami juga menjual dalam bentuk sudah dipackaging (dikemas) yakni dengan brand 'Kopi Arang' itu dengan harga Rp100 ribu/Kg, atau ada pilihan Rp5 ribu/sachet dan Rp10 ribu/ons," ujar dia merinci.
Ia menyebut Kelompok Tani Tunas Baru juga bersedia membeli biji kopi dari petani di Sawahlunto dengan harga beli yaitu Rp33 ribu/Kg.
"Jika dijual ke pasar atau ke tengkulak itu biasanya harga adalah Rp25 ribu/Kg, namun kalau dijual kepada kami harganya Rp33 ribu/Kg. Jadi ada selisih keuntungan delapan ribu rupiah dengan menjual kepada kami," katanya.
Kepala Desa Muaro Kalaban Yuriswan mengatakan pengolahan kopi di desa tersebut berhasil menumbuhkan ekonomi petani karena harga jual biji kopi yang kini naik hampir dua kali lipat.
"Sejalan dengan potensi pengolahan kopi ini, maka kini Pemdes Muaro Kalaban telah menambah sebanyak satu Kelompok Tani untuk mengolah perkebunan kopi, dengan anggota kelompok sejumlah 23 orang," kata dia.
Kemudian General Manager PT. Bukit Asam Pertambangan Ombilin Yulfaizon, mengatakan pihaknya mendukung potensi produksi kopi di Muaro Kalaban itu dengan memberikan bantuan mesin dan membawa petani kopi untuk studi banding ke Provinsi Sumatera Selatan.
"Mesin pengolahan kopi yang kami bantu itu ada empat jenis. Yaitu mesin penggiling kopi (huller), mesin sanggrai (roasting), mesin pembubuk dan mesin packaging," kata dia.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Henni Purwaningsih mengatakan bantuan bibit kopi yang dibagikan kepada empat kelompok tani di Sawahlunto adalah total sebanyak 14.500 batang, dimana telah terealisasi sejumlah 13 ribu batang.
"Bibit kopi ini bibit unggul, varietas robusta yang berasal dari Jember. Bibit ini sudah diverifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih," ujar dia menjelaskan.
Empat kelompok tani yang dibantu dengan bibit kopi itu disampaikan Henni adalah Keltan Tunas Baru Muaro Kalaban sebanyak 10 ribu batang, Keltan Bonou Indah Tumpuak Tangah sebanyak seribu batang, Keltan Batang Kumanis Tumpuak Tangah sebanyak seribu batang dan KWT Harapan Bunda Kelurahan Air Dingin sebanyak 100 batang.
Selain dibantu dengan bibit, kata Henni untuk pupuk dari bibit kopi itu nanti juga dibantu yakni dengan disubsidi yakni sebanyak 83 karung pupuk subsidi.
Wali Kota Sawahlunto Deri Asta menyampaikan Pemkot Sawahlunto terus komitmen mendukung perkembangan kelompok tani yang merupakan salah satu perwujudan dari visi misi tentang keberpihakan pada ekonomi produktif masyarakat.
"Alhamdulillah, dengan kolaborasi dari Pemkot dan PTBA, kini di Muaro Kalaban bisa mengolah kopi secara 'full' dari hulu ke hilir yakni sejak dari ditanam sampai menjadi bubuk dan dijual dalam kemasan sehingga nilai ekonomisnya menjadi lebih tinggi," kata dia.
Wali Kota Deri Asta menyampaikan telah melihat potensi yang sangat besar dari perkebunan kopi di Muaro Kalaban sehingga Pemkot mendukung dari banyak sisi, termasuk dengan membuka akses jalan menuju lahan perkebunan sampai membawa PTBA untuk turut mendukung tahapan pengolahan.
"Terima kasih dan apresiasi kepada Kelompok Tunas Baru yang telah menunjukkan bahwa semua dukungan berbuah dengan manis berkat kerja keras, ketekunan, kekompakan dan kejujuran mereka. Pemkot dan PTBA siap terus mendukung, sehingga semakin banyak keuntungan dan semakin banyak petani yang ikut terdampak bertumbuh ekonominya," kata dia.
Ia mengatakan ke depan dalam tujuan meraih pasar lebih luas dan global maka segala perizinan dan regulasi terkait harus dilengkapi, untuk itu dia meminta Kelompok segera bersiap dan mengarahkan Dinas terkait dapat memfasilitasi.
"Pesan kami yang tidak boleh lupa itu adalah menjaga mutu. Untuk mempertahankan dan meningkatkan pasar itu maka menjaga kualitas menjadi harga mati, jangan sampai tergoda dengan cara-cara meningkatkan keuntungan yang mengorbankan kualitas," ujar dia berpesan.