Menyusuri keindahan gua bertingkat dua di Gumarang Agam

id gua, berita agam, berita sumbar Oleh Yusrizal

Menyusuri keindahan gua bertingkat dua di Gumarang Agam

Petugas Resor KSDA Maninjau, mahasiswa UNP dan UMSB sedang berada di dalam gua. (Antara/Yusrizal)

Lubukbasung (ANTARA) - Gua Pacualan yang berada di Baluka Matua, Jorong Gumarang Dua, Nagari Tigo Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat berpotensi menjadi destinasi wisata di daerah itu yang bisa menarik kunjungan wisata dalam meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.

Gua alam dengan jarak sekitar 500 meter dari ruas jalan provinsi menghubungkan Padang- Koto Gadang Kabupaten Agam menuju Kota Bukuttinggi itu memiliki dua gua yang bertingkat dua dengan jarak hanya 10 meter antar satu gua dengan gua lain.

Gua pertama yang diberi nama warga sekitar Gua Pacualan Atas dan Gua Pacualan Bawah. Lokasi goa itu berada di tebing berbatuan dengan lokasi atas dan bawah.

Gua Pacualan Atas dengan panjang sekitar 400 meter sering dikunjungi warga dan dihuni oleh hewan siput putih, kelelawar, walet, jangkrik, stalagmit, stalagtit dan lainnya.

Sementara di Gua Pacualan Bawah dengan panjang 500 meter itu dikunjungi warga hanya untuk memancing, karena ikan cukup banyak di sungai yang berada di dekat gua.

Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gua Pacualan Sepentri mengatakan Gua Pacualan Bawah merupakan lokasi memancing karena ikan cukup banyak dan berukuran besar.

Gua Paculan Bawah dihuni berbagai satwa berupa ular piton, stalagmit, stalagtit, memiliki sungai dalam gua dan lainnya.

Sungai itu memiliki air jernih yang masih mengalir keluar dan airnya cukup dingin. Namun gua tersebut tidak bisa dikunjungi ke ujung karena ekstrem.

Stalaktit dan stalakmit di dalam gua itu cukup indah, karena mengeluarkan cahaya yang dipancarkan.

Sebelumnya, keberadaan gua itu dijadikan sebagai lokasi persembunyian bagi warga saat terjadinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Destinasi wisata

Nagari Tigo Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam memiliki sekitar ratusan gua alam dengan berbagai ukuran dan panjang.

Namun yang bisa dikelola untuk destinasi wisata hanya Gua Pacualan Bawang dan Gua Pacualan Atas, karena jalan menuju lokasi sudah ada dan bisa ditempuh menggunakan sepeda motor.

Sementara gua lainnya ekstrem, jalan tidak ada dan terlalu sulit untuk menuju ke dalam gua.

Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gua Pacualan Sepentri mengatakan lubang gua cukup kecil dengan kedalaman terjal, sehingga sulit untuk dimasuki.

Ke dalam lubang gua harus menggunakan tali dan berada di tengah perbukitan yang terjal.

Gua Pacualan Atas telah dibuka semenjak 1,5 tahun lalu secara swadaya oleh anggota kelompok dan masyarakat sekitar.

Awal mulanya gua itu dibuka saat ada kegiatan motor trabas di daerah itu pada pertengahan 2021, dengan peserta ratusan orang dari berbagai kabupaten kota di Sumbar, Riau dan lainnya.

Peserta meminta ada objek wisata yang bakal dikunjungi pada kegiatan tersebut dan panitia mengarahkan ke lokasi gua. Para peserta terpesona melihat keindahan di dalam gua dan menyarankan untuk dibuka bagi pengunjung.

Atas dasar itu, Pokdarwis Gua Pacualan beserta masyarakat setempat mencoba membangun pondok untuk pengunjung beristirahat, membuat jalan masuk gua dan lainnya dengan swadaya.

Namun masih terkendala dengan biaya untuk membangun fasilitas pendukung lainnya berupa mushala, lokasi berwuduk, toilet, lokasi berjualan, peralatan penerangan dan lainnya.

Untuk itu, ia berharap dukungan dana dari pemerintah setempat dalam mengembangkan potensi objek wisata gua itu, sehingga pengunjung menjadi nyaman saat berada di gua.

Pokdarwis telah menyampaikan ke Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Agam saat mengunjungi gua pada 2021.

Dengan belum lengkapnya fasilitas pendukung, gua itu belum dibuka untuk umum dan rencananya diresmikan dalam waktu dekat.

Saat ini gua tersebut telah dikunjungi oleh Tim Geologi, mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB), ITB dan lainnya untuk melakukan penelitian berbagai potensi di dalam gua itu.

Dari keterangan Tim Geologi, kedua gua tersebut berusia sekitar ribuan tahun.

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Agam Syatria mengatakan kedua gua itu telah masuk ke dalam destinasi wisata yang akan menjadi daya tarik bagi pengunjung ke Agam.

Gua itu juga telah diusulkan pada Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021 dan sudah diinput ke dalam data jalista.com milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

Pengelola gua dan masyarakat setempat dilibatkan dalam peningkatan kapasitas dan Pokdarwis telah dibentuk.

Setelah itu, ia juga mendampingi Wali Nagari Tiga Koto Silungkang audiensi dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

Ke depan, gua itu sama-sama di promosikan sebagai destinasi wisata dan edukasi bagi siswa dengan menggandeng sekolah dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Agam.

Untuk melengkapi sarana dan prasarana bisa dilakukan dengan swadaya masyarakat setempat, dukungan dari dana nagari, dana pokok-pokok pikiran anggota DPRD dan dinas terkait lainnya.

Jalan menuju lokasi juga sedang dibangun menggunakan dana Pokir anggota DPRD Sumbar.

Kepala Resor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Maninjau Ade Putra mengatakan pihaknya membawa mahasiswa UNP dan UMSB ke gua itu dalam rangka melakukan eksplorasi untuk melihat sebuah kekayaan alam berupa geologi dalam bentuk goa.

Pihaknya beserta mahasiswa itu melihat kondisi dalam gua dan termasuk gejala alam yang ada di dalam goa tersebut.

Ini dengan tujuan akhir bagaimana objek wisata tersebut berkembang dan menjadi potensi terutama bagi daerah itu sendiri, sehingga berdampak terhadap ekonomi masyarakat.

Pihaknya siap membina dengan mengalokasikan program ke Pokdarwis untuk pengembangan objek wisata itu.

Dengan kerja sama sejumlah pihak serta dimotori oleh pokdarwis setempat di bawah pembinaan Dinas Pariwisata dan instansi lainnya diharapkan gua Pacualan dapat menjadi salah satu destinasi wisata alam yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat