Sutradara Ukraina Valentyn Vasyanovych pilih kamera sebagai "senjata" dokumentasikan perang

id Valentyn Vasyanovych,dokumenter

Sutradara Ukraina Valentyn Vasyanovych pilih kamera sebagai "senjata" dokumentasikan perang

Sutradara Valentyn Vasyanovych setelah menang penghargaan Orizzonti untuk film terbaik di Festival Film Venesia ke-76, 7 September 2019 (REUTERS/PIROSCHKA VAN DE WOUW)

Jakarta, (ANTARA) - Sejak Rusia menginvasi negaranya, sutradara Ukraina Valentyn Vasyanovych ikut menyumbangkan tenaga dengan keahliannya, memegang kamera.

Bersama produser Vladimir Yatsenko, sutradara 50 tahun, yang sudah membuat film tentang konflik dan akibatnya, mendokumentasikan apa yang terjadi di Kyiv.

Rekaman video yang diambil termasuk masyarakat, muda dan tua, dievakuasi dari Irpin, melewati jembatan yang hancur di kota yang terkena tembakan.

"Saya lebih lihai memegang kamera ketimbang senjata... Saya bisa belajar sesuatu, saya bisa merekam, saya bisa membuat video, saya bisa menonton dan mendapat pemahaman," kata Vasyanovych kepada Reuters.

"Saya akan mengumpulkan apa yang bisa jadi video, apa yang bisa dibuat dari semua yang terjadi.. Saya lebih baik mengambil gambar ketimbang memakai senjata."

Seperti yang lainnya, sutradara itu mengaku punya senjata dan telah melewati pelatihan sebelum Rusia meluncurkan "operasi khusus" di Ukraina bulan lalu.

"Saya punya firasat situasi ini akan terjadi, bahwa Kyiv mungkin diserang," ujarnya.

"Ketika dibutuhkan, semua dari kita harus memakai senjata melawan penjajah Rusia."

Lahir di kota Zhytomyr, Vasyanovych membuat debut film panjang pada 2012 berjudul "Business As Usual" yang bergenre drama komedi. Film "Atlantis" tahun 2019 yang dia buat mengangkat tema prajurit yang menderita gangguan stres pasca trauma. "Atlantis" memenangi film terbaik di seksi Orizzonti dalam Festival Film Venesia tahun itu.

Film teranyarnya, "Reflection", mengambil latar belakang perang 2014 antara Kyiv dan separatis yang didukung Rusia di bagian Timur Ukraina. Film itu masuk kompetisi di Venesia September lalu.

"Saat saya mengerjakan ('Atlantis')... saya tidak pernah menyangka kota-kota akan dihancurkan sampai sejauh ini (saat perang berlangsung), tempat seperti Kharkiv dan Mariupol yang betul-betul dimusnahkan," katanya.

"Kami merekam sebagian besar gambar untuk film di Mariupol dan apa yang terjadi sekarang, orang-orang meninggal di sini, semuanya dihancurkan dengan cara metodis sehingga kota betul-betul musnah.... jujur, saya tidak pernah membayangkan seknario seperti ini."

Invasi Rusia telah membuat lebih dari 2,8 juta orang melarikan diri ke berbagai perbatasan dan membuat ratusan ribu orang terjebak di kota yang terkepung.

"Apa yang terjadi sekarang adalah perang terbesar dalam sejarah kami dan eksistensi Ukraina akan bergantung kepada hasil konfrontasi ini," kata dia.

"Tentu saja, setelah kemenangan kami infrastruktur akan hancur, jalanan, kota akan hancur, akan ada korban dalam jumlah besar, tapi saya merasa negara saya akan sukses nanti. Seisi dunia mulai membantu kami."