Mimpi "Duo F" dalam janji 100 ribu enterpreneur di Sumbar

id Ukm sumbar, Duo F, UMKM padang

Mimpi "Duo F" dalam janji 100 ribu enterpreneur di Sumbar

Kantor pemerintahan diharapkan menjadi pasar potensial bagi pelaku usaha mikro di Sumbar. (ANTARA/Miko Elfisha)

Padang (ANTARA) - Adzan Subuh belum lagi berkumandang ketika Rona Meiga Fitria turun ke dapur kecil tempatnya biasa membuat kue. Pesanan snack atau kudapan hari ini lumayan banyak, karena itu ia harus mulai lebih cepat agar pelanggan tidak menunggu.

Sebagai pelaku usaha skala mikro yang baru tumbuh, ia memang belum memiliki tenaga kerja. Semua masih dikerjakan sendiri dan di bantu anggota keluarga kecilnya mulai dari melipat kotak snack, mengurus adonan hingga membakar kue di oven.

Letih tentu saja. Tapi dingin udara pagi tidak memadamkan semangatnya untuk membesarkan usaha. Baginya usaha yang dirintis itu bukan hanya untuk ia dan keluarga saat ini. Namun ia berfikir lebih jauh ke depan. Warisan itu untuk anak-anaknya kelak ketika dewasa.

Ia bermimpi usaha itu akan semakin besar. Semakin kokoh dan melibatkan banyak orang, hingga nanti anak-anaknya tinggal melanjutkan untuk mengelola, tidak harus merintis lagi dari nol.

Mimpi besar orang kecil. Begitu ia menyebutnya. Tapi ia meyakini semua hal berawal dari mimpi. Usahalah yang akan membuatnya menjadi nyata.

Saat ini merk dagang "Duo F Cake and Pastry" miliknya memang belum banyak dikenal. Pesanan juga masih dalam lingkungan terbatas. Tetapi setidaknya sejak awal didirikan pada 2018, sudah ada sedikit perkembangan.

Awalnya yang hanya fokus pada penjualan satu produk bolen pisang coklat keju yang dikemas dalam kotak, saat ini sudah mulai berkembang pada usaha snack box atau paket kudapan untuk berbagai acara.

Harga yang ditawarkan juga relatif fleksibel, disesuaikan dengan anggaran konsumen. Mulai dari snack box Rp8.000 per kotak hingga snack box VIP dengan harga di atas Rp25.000 per kotak. Satu saja yang ia pertahankan, produk bolen pisang coklat keju yang menjadi unggulan Duo F Cake and Pastry tetap menjadi produk wajib selain brownies, cake tape, banana milk crispy, puding dan ada produk lain yang masih berada dalam tahap ujicoba.

Baginya bolen itu adalah produk yang membuat usahanya mulai dikenal. Pondasi awal merk dagangnya. Ia tidak ingin mengkhianati sejarah yang membuatnya bisa terus berkembang.

Kolaborasi menjadi jalan untuk lebih maju

Pada awal terjun pada usaha snack box, Rona mencoba untuk membuat semua produk sendiri. Selain bolen, ia juga membuat produk lain sebagai pendamping sesuai harga yang diinginkan konsumen. Namun, mengerjakan sendiri membuatnya sangat keteteran.

Saat itulah ia mulai mengubah pola. Kerjasama dan kolaborasi dengan pengusaha mikro lain yang memiliki usaha sejenis menjadi pilihannya. Apalagi ia merasa antara sesama pengusaha mikro terikat mimpi yang sama untuk berkembang menjadi lebih besar.

Ia fokus pada produk sendiri, menjaga kualitas bahan dan rasa sementara untuk produk pendamping ia bekerjasama dengan beberapa pemilik usaha mikro yang lain, yang telah ia survei kualitas produknya.

Dengan cara itu, ia tidak terlalu keteteran lagi. Dengan cara itu ia juga bisa membantu usaha mikro lain untuk mendapatkan pasar yang baru. Kerjasama yang saling menguntungkan.

Dengan pola itu pula ia bisa memenuhi pesanan dengan jumlah yang lebih banyak. Dengan pola itu pula ia bermimpi untuk bisa memperluas pasar ke kantor-kantor pemerintahan di Kota Padang hingga Provinsi Sumbar.

Dukungan pasar adalah harapan paling besarnya dari pemerintah. Ekosistem pasar yang tidak hanya mendukung pengusaha yang telah mapan, tetapi juga ramah terhadap pelaku usaha mikro yang baru tumbuh menyemai mimpi.

Janji 100 ribu enterprenur

Menciptakan 100 ribu enterpreneur sebagai salah satu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah menjadi langkah berani yang diambil oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat periode 2021-2024. Namun untuk mewujudkannya sudah pasti tidaklah semudah mengumbar janji dalam kampanye.

Perlu ada kesamaan visi antara semua jajaran pemerintahan terutama kepala daerah dan pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Dinas Koperasi dan UKM Sumbar yang ditunjuk sebagai "leading sector" tidak akan sanggup merealisasikan janji itu sendirian.

Meski menjadi program unggulan daerah, namun Dinas Koperasi dan UKM tentu juga memiliki tugas dan fungsi lain yang tidak bisa ditinggalkan. UKM hanya salah satu bidang (yang dipimpin kepala bidang) dalam tatanan OPD tersebut. Apalagi OPD lain yang tugas dan fungsi utamanya bukan UMKM, akan lebih sulit mewujudkannya.

Gubernur Sumbar, Mahyeldi menyebut kolaborasi adalah kunci untuk bisa merealisasikan janji itu. Kolaborasi tidak hanya melibatkan jajaran pemerintahan tetapi juga pihak-pihak lain seperti perbankan.

Konsep kolaborasi itu harus diakui bisa menjadi pelita untuk menerangi jalan yang akan ditempuh guna mencapai tujuan akhir 100 ribu pengusaha. Namun konsep itu masih dalam tataran luas. Detilnya akan lebih rumit.

Apalagi selama ini ego sektoral masih menjadi momok di jajaran pemerintahan. Paradigma kesuksesan masih diukur dalam lingkup kantor sendiri. Belum berfikir untuk daerah secara luas.

Paradigma berfikir yang sempit itu, bisa menjadi batu ganjalan untuk berbagai program yang bertumpu pada kolaborasi dan kerjasama antarOPD.

Perlu strategi untuk mengikat semua Kepala OPD agar ikut bertanggung jawab mewujudkan 100 ribu enterpreneur seperti yang dicanangkan. Kalau perlu diberikan target minimal untuk bisa mendorong menciptakan enterpreneur, yang dihitung sebagai beban kerja.

Dengan demikian masing-masing OPD juga akan terpacu untuk ikut menciptakan pengusaha baru, tidak sekadar "gimmick" atau wacana.