Lubukbasung (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat menurunkan tim untuk menangani konflik satwa liar, Jumat (3/5), usai ternak jenis kerbau milik warga Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam diduga dimangsa harimau sumatera.
Kepala Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumbar Rusdiyan P. Ritonga di Lubuk Basung, Sabtu, mengatakan tim diturunkan setelah mendapat informasi dari pemerintah nagari atau desa setempat, Jumat (3/5) siang.
"Kita langsung menurunkan tim setelah mendapatkan laporan itu. Penanganan konflik dibantu Polsek Matur, anggota TNI, Pemerintah Nagari Lawang dan Tim Patroli Anak Nagari Baringin Kecamatan Palembayan," katanya.
Ia mengatakan tim mencari informasi terkait konflik tersebut dengan pemilik ternak tersebut atas nama Amin Suhaimi (54).
Setelah itu mencari keberadaan satwa berupa jejak kaki, cakaran dan melakukan pengusiran dengan cara bunyi-bunyian di lokasi tersebut.
"Penanganan konflik kita lakukan beberapa hari kedepan sampai tidak ada ditemukan jejak dari satwa tersebut," katanya.
Rusdiyan mengimbau warga untuk mengandangkan ternak saat malam hari, berikan penerangan di lokasi kandang, ke kebun dari pukul 09.00 sampai 16.00 WIB dan lainnya.
"Imbauan itu telah kita sampaikan ke warga sekitar, sehingga tidak menjadi korban serangan satwa dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya," katanya.
Sementara pemilik ternak Amin Suhaimi mengatakan anak kerbaunya dengan usia dua bulan dimangsa satwa pada Senin (29/4) sekitar pukul 19.00 WIB.
Saat itu, ia mendengar auman dari satwa tersebut dan beberapa detik terdengar suara anak kerbaunya.
"Saya langsung keluar rumah untuk melihat tiga ekor kerbau yang diikat di depan rumah. Namun saya tidak melihat anak kerbau itu dan langsung memberitahukan pada istri," katanya.
Ia mencoba mencari anak kerbau dengan istri menggunakan obor dan menemukan anak korban dalam kondisi mati tidak jauh dari lokasi induknya.
Setelah itu, perut anak kerbau ditekan dan dikasih nafas buatan untuk memberikan pertolongan pertama.
Melihat kondisi kerbau sudah mati, ia langsung kembali ke rumah dan sekitar pukul 22.00 WIB, ia kembali melihat bangkai kerbau itu masih ada dan pada 24.00 WIB, kerbau masih ada.
"Kerbau tidak ada mengalami luka dan hanya berlendir dibagian leher, sehingga saya biarkan di lokasi itu, karena tidak bisa untuk menguburkan akibat hari sudah malam," katanya.
Ia mengakui kembali melihat bangkai kerbau pada Selasa (30/4) sekitar pukul 06.00 WIB. Namun tidak ada di lokasi dan mencoba untuk mencari.
Di dalam perjalanan, ada bunyi auman harimau sumatera dan ia kembali ke rumah dan langsung melaporkan ke wali jorong.
"Sesampai di lokasi, warga sudah ramai melihat bangkai kerbau. Saya berharap ini ternak yang pertama dan terakhir dimangsa harimau sumatera," katanya.