Banda Aceh (ANTARA) - Polda Aceh mengungkap tindak pidana atau kejahatan yang diduga dilakukan kelompok bersenjata pimpinan Abu Razak yang tewas setelah kontak tembak dengan polisi di Pidie Jaya.
Kepala Bidang Humas Polda Aceh Komisaris Besar Polisi Ery Apriyono di Banda Aceh, Jumat, mengatakan, kelompok bersenjata Razak diduga terlibat pencurian disertai kekerasan dengan korban Baital bin Umar.
"Dugaan tindak pidana tersebut terjadi di Bukti Cerana, Gampong Ie Rhop Tinu, Kecamatan Simpang Mamplam, Kabupaten Bireuen, pada Kamis (12/9). Akibat kejadian tersebut, korban Baital bin Umar mengalami kerugian Rp30 juta," kata Apriyono.
Sebelumnya, empat anggota kelompok bersenjata itu terlibat kontak tembak dengan Satgas KKB Polda Aceh di Keude Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya, Kamis (19/9) sekitar pukul 18.00 WIB.
Kejadian menyebabkan pimpinan kelompok beserta anggota tewas. Sebelumnya, Satgas KKB Polda Aceh sempat mengejar kelompok bersenjata ini dari Simpang Mamplam, Bireuen.
Apriyono mengungkapkan Tun Sri Muhammad Azrul Mukminin Al Kahar alias Abu Razak bin Abdul Muthalib, pimpinan kelompok bersenjata itu merupakan buronan yang masuk daftar pencarian orang karena melarikan diri dari penjara.
"Yang bersangkutan kabur dari LP Lhokseumawe pada 18 September 2017 sekitar pukul 16.00 WIB. Abu Razak dipenjara karena terlibat dalam kasus kelompok Din Minimi. Abu Razak bergabung dengan kelompok tersebut sejak 20 Maret 2015," kata Apriyono.
Sebelumnya, Razak ditangkap tim Polda Aceh di Desa Cot Tarum, Kecamatan Kuala Jeumpa, Bireuen, pada 10 April 2015 sekitar pukul 13.00 WIB, karena terlibat kelompok kriminal bersenjata Din Minimi.
"Kemudian, Abu Razak dihukum lima tahun enam bulan karena terbukti melanggar UU Darurat Nomor 12/1951 dan menjalani hukuman di LP Kelas IIA Lhokseumawe," sebut Apriyono.
Ia mengungkapkan siapa Abu Razak. Jauh sebelum memimpin KKB, Razak bergabung dengan kelompok Gerakan Aceh Merdeka Wilayah Batee Iliek, Bireuen, pada 1999, dengan peran memperbaiki senjata api.
Setelah perdamaian pada 2005, kata Apriyono, Razak berbaur dengan masyarakat dan bekerja sebagai petani baik berkebun maupun tambak ikan.
Pada 2008, lanjut dia, terlibat tindak pidana pengancaman atau intimidasi menggunakan senjata api terhadap warga negara asing yang melakukan penambangan di Aceh Barat.
"Abu Razak akhirnya ditangkap dan dihukum satu tahun enam bulan penjara di LP Salemba Jakarta Pusat. Abu Razak bebas pada 2010 dan setelah bebas tidak memiliki pekerjaan tetap," kata Apriyono.
Berita Terkait
Presiden Prabowo dan MBZ lakukan pertemuan bilateral dan saksikan MoU
Sabtu, 23 November 2024 21:13 Wib
Prabowo disambut meriah MBZ dengan dentuman meriam hingga pasukan unta
Sabtu, 23 November 2024 19:34 Wib
Program Kosabangsa, Dosen Unbrah-Unand Hibahkan Mesin Penggiling Tebu dan Alat Deteksi Abu Marapi di Bukik Batabuah
Rabu, 13 November 2024 12:53 Wib
BMKG butuh Lidar pantau keakuratan sebaran abu vulkanik di bandara
Sabtu, 9 November 2024 15:09 Wib
Gunung Marapi kembali Erupsi, Kota Bukittinggi dihujani abu vulkanik
Rabu, 6 November 2024 14:32 Wib
Palestina desak AS hetikan dukung agresi Israel
Minggu, 13 Oktober 2024 12:51 Wib
Bezuk Korban Longsoran Tambang Ilegal Sungai Abu, Plt Gubernur Audy Serahkan Bantuan Logistik dan Santunan Tunai
Minggu, 29 September 2024 15:36 Wib
BPBD benarkan 15 orang meninggal dunia akibat longsor tambang emas
Jumat, 27 September 2024 15:59 Wib