Padang, (ANTARA) - Jumat 15 Maret 2019 menjadi hari yang tidak terlupakan dalam hidup Handra Yaspita (42) yang harus menerima kenyataan bahwa adik kandungnya Zulfirman Syah dan anaknya berinisial M harus menjadi korban kekejaman aksi teror penembakan jamaah sholat Jumat di Kota Christchurch Selandia Baru pada Jumat siang.
Setelah melihat video yang bertebaran di aplikasi pesan Whatsapp grup keluarga melalui telepon pintar, dirinya langsung berinisiatif menelepon adik iparnya yang berada di Selandia Baru untuk memastikan kondisi keluarga yang dicintainya selamat dari aksi tersebut.
Ia mendapatkan cerita bahwa masjid tempat lokasi terjadinya aksi teror tersebut berada di dekat rumah Zul dan mereka menunaikan sholat di masjid tersebut.
Namun jawaban yang didapatkannya malah sebaliknya, adiknya Zulfirman Syah dan anaknya yang tengah melaksanakan ibadah sholat Jumat di Masjid Al Noor Kota Christcurch Selandia Baru ikut terkena semburan peluru dari senapan taktis yang ditembakkan pelaku teror.
Akibatnya sejumlah peluru bersarang di tubuh Zulfirman Syah membuat dirinya koma dan dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.
Dari informasi yang didapatkannya, peluru tersebut bahkan mengenai organ vital tubuh dan membuat paru-parunya bocor.
Sementara anaknya yang masih kecil dan tanpa dosa harus menerima tembakan di bagian kaki dan tangannya. Meski tertembak anak itu tetap sadar namun kejiwaannya masih terguncang setelah menghadapi peristiwa tersebut.
"Keduanya saat ini di bawah pengawasan tim medis. Kami berdoa agar keduanya segera sehat kembali," kata dia dengan sedikit terisak.
Ia mencoba mengingat kembali ketika adiknya datang ke Kota Padang pada November 2018 bersama keluarganya. Zulfirman Syah sendiri merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Sementara dirinya merupakan anak kelima dan Zul berada tepat di bawahnya.
Menurut dia dalam waktu dekat Zul dan keluarga belum akan pulang ke Kota Padang karena mereka baru saja berpindah ke sana, mungkin setelah beberapa tahun menetap di sana mereka akan pulang kampung ke sini.
Zul merupakan seorang pekerja seni yang menikahi wanita berkewarganegaraan Amerika Serikat Alta Marie pada 2015 kemudian menetap di Kota Yogyakarta.
Pada November 2018, dirinya datang ke Kota Padang menemui orang tua mereka untuk berpamitan pindah ke Selandia Baru untuk melanjutkan hidup di sana dengan tetap menggeluti dunia seni.
Setelah mendapatkan izin, mereka kembali ke Yogyakarta untuk mengurus kepindahan mereka ke negara yang berada di Benua Australia tersebut. Handra menyebutkan mereka sekeluarga baru dua bulan berada di sana hingga peristiwa naas itu terjadi.
Menurut dia hingga saat ini dirinya belum berani mengabarkan kejadian ini kepada kedua orang tua mereka karena khawatir hal yang buruk terjadi pada mereka di usia senjanya.
"Kami mohon kepada awak media tidak usah datang ke rumah, kami khawatir orangtua kami tergoncang," kata dia meminta pengertian.
Dirinya selalu berkomunikasi dengan adik iparnya untuk mengetahui kondisi terkini Zulfirman Syah dan anaknya. Beberapa jam berselang setelah informasi awal, dirinya kembali mendapat informasi bahwa adiknya masih belum sadar namun kondisinya sudah stabil setelah menjalani serangkaian operasi.
Begitu juga dengan keponakan yang ikut menjadi korban sudah mulai pulih kembali. Dirinya hanya mampu mengirimkan doa agar adiknya dapat sembuh kembali seperti sedia kala.
Selain itu dirinya penuh harap pemerintah dapat memfasilitasi dirinya dan keluarga berangkat ke sana untuk bertemu dengan adiknya yang tengah dirawat. Dirinya akan mencoba melaporkan hal ini kepada Gubernur Sumatera Barat agar dirinya dapat segera bertemu keluarga mereka di sana.
"Kami telah mengantongi nomor Kementerian Luar Negeri dan KBRI namun hingga saat ini belum kita hubungi," katanya.
Sebagai korban, dirinya berharap pemerintah Selandia Baru dapat menghukum pelaku dengan seberat-beratnya karena aksi teror tersebut.
Ia menyerahkan hal ini kepada pihak yang berwajib mengurus persoalan tersebut dan yang paling penting untuk dirinya adalah adiknya sehat kembali beserta anak dan istrinya berkumpul dengan keluarga.
"Kalau bisa adik saya dipulangkan saja ke Indonesia agar dapat berkumpul dengan keluarga yang ada di sini," katanya.
Sebelumnya dua orang warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban dalam aksi teror penembakan massal yang terjadi di masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat, 15 Maret 2019, pukul 13:40 (waktu setempat).
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir mengatakan pihaknya baru menerima informasi bahwa terdapat dua WNI yang tertembak dalam peristiwa penembakan di masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru.
Arrmanatha menyatakan berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh KBRI di Wellington dari kelompok WNI di Christchurch, bahwa dua WNI yang tertembak dalam peristiwa tersebut adalah seorang ayah dan anaknya. Keduanya sekarang masih mendapatkan perawatan di Christchurch Public Hospital.
"Ayahnya saat ini dirawat di ruang ICU dan anaknya juga dirawat di rumah sakit yang sama tetapi di ruang perawatan biasa," ujar dia
Sebelumnya sebanyak 40 orang tewas dan lebih 20 lagi luka parah dalam aksi penembakan di dua masjid di Selandia Baru pada Jumat, yang disebut Perdana Menteri Jacinda Ardern sebagai serangan teroris.
Pembunuhan oleh sedikitnya seorang pria bersenjata itu dilakukan saat sholat Jumat berlangsung di Kota Christchurch. Itu merupakan penembakan massal terburuk di negara itu dan dikutuk di seluruh wilayah Asia.
"Kami mendapat laporan bahwa 40 orang meninggal dalam aksi kekerasan ekstrim ini," kata Ardern.
Kutuk aksi teror
Presiden Joko Widodo mengecam keras aksi kekerasan berupa penembakan yang terjadi di dua masjid di Selandia Baru.
"Indonesia sangat mengecam keras aksi kekerasan seperti ini. Saya juga menyampaikan duka yang mendalam kepada para korban yang ada dari aksi tersebut," ujar Presiden Joko Widodo.
Atas kejadian tersebut, Presiden mengimbau warga negara Indonesia yang ada di Selandia Baru untuk meningkatkan kewaspadaan. "Semuanya hati-hati dan waspada," ucapnya.
Setelah itu Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengutuk penembakan membabi buta di Masjid Al Noor di dekat Hagley Park Kota Christchurch, Selandia Baru yang menewaskan 49 orang dan belasan terluka dan menyebutnya sebagai aksi teroris.
"Kita mengutuk semua aksi teror, apalagi jatuh banyak korban tewas dan terluka. Di antara yang terluka itu ada dua warga Sumbar," katanya
Ia menyebut telah mendapat informasi ada dua warga Sumbar yang terluka akibat teror tersebut dan sekarang sedang mendapat perawatan medis.
"Kita berdoa untuk semua korban, dan mudah-mudahan keluarga diberikan kekuatan," ujarnya. (*)
Berita Terkait
Manajer timnas Indonesia berharap teror suporter Bahrain tak terulang
Kamis, 10 Oktober 2024 9:03 Wib
Polri: Tersangka teror di Batu beli bahan bom dengan uang orang tua
Sabtu, 3 Agustus 2024 12:38 Wib
Amerika bantah tudingan Rusia terkait teror Moskow
Jumat, 29 Maret 2024 19:22 Wib
Polisi tangkap tersangka pelaku teror bom di Pamekasan
Jumat, 23 Februari 2024 18:07 Wib
Polres Agam antisipasi pungli-penggunaan petasan hingga aksi teror
Sabtu, 30 Desember 2023 17:53 Wib
Polda Sumbar bantah bom rakitan di Pariaman bagian dari aksi teror
Senin, 3 Juli 2023 16:00 Wib
Pembakaran Al Quran di Swedia dan Belanda, Menteri Agama sebut bentuk aksi teror yang mengancam harmoni umat beragama
Kamis, 26 Januari 2023 11:51 Wib
Pemerintah kecam keras teror bom bunuh diri di Kantor Polsek Astanaanyar Bandung
Rabu, 7 Desember 2022 11:46 Wib