Mental tangguh dan perjuangan mengatasi keterbatasan di balik penampilan lima bahasa SMP SDI Silungkang

id SMP SDI Silungkang,Sawahlunto, Sumatera Barat

Mental tangguh dan perjuangan mengatasi keterbatasan di balik penampilan lima bahasa SMP SDI Silungkang

Penampilan MC 5 bahasa dari siswa SMP SDI Silungkang pada momen penyelenggaraan pentas seni pulang basamo perantau Silungkang, beberapa waktu lalu. (Antarasumbar/HO-dokumentasi panitia)

Sawahlunto (ANTARA) - Semarak kegiatan pentas seni dalam rangkaian kegiatan Pulang Basamo Perantau Silungkang, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat pada Tahun 2025 ini menjadi lebih berkesan dengan penampilan inspiratif dari siswa-siswi SMP SDI Silungkang yang menampilkan pembawa acara dalam lima bahasa serta membawakan pementasan teatrikal puisi “Sajak Orang Lapar” karya W.S. Rendra yang menggugah hati.

Guru pembimbing penampilan SMP SDI Silungkang Mahat Marirani, di Sawahlunto, Jum'at menyebut di balik suksesnya penampilan tersebut mempunyai kisah panjang dan istimewa mengenai bagaimana proses latihan dilaksanakan dengan keterbatasan di berbagai hal.

"Kami melihat banyak siswa yang punya bakat bagus, yang jika diarahkan dan diolah dengan baik dapat tampil hebat. Jadi kami mendampingi dan membina para siswa ini meski memang harus menghadapi sejumlah keterbatasan, namun sekarang sudah terbukti kami bisa melalui itu," kata dia.

Ia menceritakan dengan sarana seadanya dan keterbatasan fasilitas, para siswa berlatih selama lebih dari satu bulan di lapangan sekolah yang mereka sulap sendiri menjadi arena ekspresi.

“Kami tidak punya studio seni atau perlengkapan lengkap. Tapi semangat anak-anak tidak pernah padam,” ujar dia bercerita.

Menurut Mahat, latihan dilakukan setiap sore hari sepulang sekolah. Para siswa bahkan rela memperpanjang waktu di sekolah hingga menjelang magrib, hanya untuk mengulang intonasi, memperbaiki gerakan, dan memperdalam pemahaman terhadap makna puisi yang dibawakan.

“Mereka membuat naskah MC sendiri, mendesain urutan acara, bahkan mengatur kostum dan properti seadanya secara swadaya. Ini bukan hanya soal seni, tapi juga pembelajaran kepemimpinan, tanggung jawab, dan keberanian,” ungkap dia.

Pementasan puisi “Sajak Orang Lapar” sendiri menjadi sorotan dari para penonton yang terdiri dari perantau maupun warga Silungkang, sendiri karena disajikan dengan penghayatan yang kuat, menampilkan ekspresi kemanusiaan yang dalam dari siswa-siswa usia belia. Meski bukan aktor profesional, mereka mampu membangun suasana yang membuat penonton terdiam dan tersentuh.

Mental positif, komitmen kolektif, dan rasa tanggung jawab terhadap karya menjadi landasan utama keberhasilan penampilan ini. Keterbatasan fasilitas tidak menjadi alasan untuk menyerah, justru menjadi pemicu lahirnya kreativitas dan solidaritas di antara para siswa.

Kegiatan Pulang Basamo yang biasanya identik dengan nostalgia kini menjadi lebih bermakna lewat kehadiran para siswa sebagai aktor aktif penyampai pesan. Salah seorang tokoh masyarakat menyatakan bahwa apa yang dilakukan anak-anak ini menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan bisa tetap hidup meskipun dalam sarana sederhana, selama semangat belajar tetap menyala.

"Saya menyaksikan sendiri bagaimana anak-anak ini begitu serius dan sungguh-sungguh. Mereka tidak hanya tampil, mereka menyampaikan makna. Ini sangat langka dan membanggakan,” ujar seorang perantau yang hadir.

Silungkang kembali membuktikan bahwa potensi generasi muda tidak bergantung pada besar kecilnya fasilitas, tetapi pada besarnya kemauan untuk belajar, berlatih, dan berani tampil. Penampilan para siswa SMP SDI Silungkang menjadi bukti bahwa ketika mental tangguh, antusiasme, dan komitmen ditanamkan sejak dini, maka keterbatasan justru bisa menjadi kekuatan.