Dinas Peternakan jelaskan perbedaan klinis kucing terinfeksi rabies

id rabies,penyebab rabies,kucing terinfeksi rabies, virus lyssavirus,anjing rabies,rabies sumbar

Dinas Peternakan jelaskan perbedaan klinis kucing terinfeksi rabies

Ilustrasi: petugas tengah vaksinasi hewan rabies milik warga di Denpasar Bali. ANTARA/Nyoman Budhiana 

Padang (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menjelaskan terdapat perbedaan signifikan atau tanda klinis yang mencolok antara kucing dan anjing saat terjangkit lyssavirus virus penyebab rabies.

"Secara klinis kucing yang terjangkit rabies memiliki tanda-tanda klinis yang berbeda dengan anjing," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Veteriner DPKH Sumbar Muhammad Kamil di Padang, Rabu.

Kamil menjelaskan kucing yang terpapar rabies pada umumnya tidak menunjukkan sifat reaktif dan cenderung menyendiri di tempat-tempat gelap. Namun jika sudah memasuki fase kelumpuhan hewan yang terjangkit rabies akan mati secara perlahan.

Sementara anjing yang terpapar virus lyssavirus atau sedang berada pada fase eksitasi, kata dia, maka perilaku yang ditunjukkan ialah sangat reaktif dari kebiasaan hewan normal. Hal itu disebabkan virus yang sudah mulai menyerang otak yang mengakibatkan anjing tidak mengenali habitat dan lingkungannya.

"Anjing terjangkit rabies itu biasanya menyerang atau menggigit apa saja yang ditemui sehingga kerap menyerang manusia," ujarnya.

Kamil mengatakan seseorang yang digigit anjing terpapar rabies dan gigitan tersebut dekat dengan organ kepala atau simpul saraf, maka penanganannya tidak cukup dengan vaksin antirabies saja. Namun, korban harus segera diberikan serum antirabies.

"Jadi, kenapa harus diberikan serum antirabies, karena kita harus berpacu dengan waktu agar antibodi yang disuntikkan lebih dulu sampai ke otak sebelum virus lyssavirus menjalar," jelasnya.

Sepanjang 2024 DPKH Sumbar mencatat 61 kasus rabies terjadi di Ranah Minang. Dari jumlah itu Kabupaten Limapuluh Kota menyumbangkan kasus terbanyak yakni 17 kasus dan 12 kasus di Kabupaten Pasaman Barat, serta 10 kejadian di Kabupaten Agam.

Sementara kasus lainnya terjadi di Padang Pariaman, Sijunjung, Solok Selatan, Tanah Datar, Bukittinggi, Padang, Panjang Kota Pariaman dan Kota Payakumbuh. Pada periode yang sama dinas terkait tidak mencatat adanya kasus di Dharmasraya, Kepulauan Mentawai, Pesisir Selatan, Solok, dan Sawahlunto.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ini perbedaan klinis kucing dan anjing yang terinfeksi rabies