Unand kembali masuk pemeringkatan dunia versi Times Higher Education

id universitas andalas,Times Higher Education,unand masuk pemeringkatan dunia,aidinil zetra,Padang

Unand kembali masuk pemeringkatan dunia versi Times Higher Education

Gedung Rektorat Universitas Andalas, Sumatera Barat. (ANTARA/Muhammad Zulfikar)

Padang (ANTARA) - Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat (Sumbar), kembali masuk pemeringkatan dunia yang dilakukan oleh Times Higher Education (THE) dengan menduduki peringkat 1500+ dunia.

"Secara nasional Unand berhasil menduduki peringkat kedelapan berdasarkan peringkat Times Higher Education tahun 2025," kata Sekretaris Unand Aidinil Zetra di Padang, Selasa.

Aidinil mengatakan pemeringkatan Times Higher Education merujuk kepada metodologi WUR 3.0 baru dan mencakup 18 indikator kinerja yang dikalibrasi secara cermat serta mengukur kinerja institusi di lima bidang.

Kelima bidang itu yakni pengajaran, lingkungan penelitian, kualitas penelitian, industri, dan prospek internasional. Secara nasional peringkat perguruan tinggi tertua di luar Jawa itu naik dua angka dari 2024 yang bertengger di urutan 10.

Aidinil yang juga pakar kebijakan publik tersebut menjelaskan pemeringkatan tahun ini menganalisis lebih dari 134 juta kutipan dari 16,5 juta publikasi penelitian, dan mencakup tanggapan survei dari 68.402 akademisi di seluruh dunia. Secara keseluruhan Times Higher Education mengumpulkan 411.789 data dari 2.673 lembaga yang mengirimkan data.

Senada dengan itu Rektor Unand Efa Yonnedi mengatakan perguruan tinggi itu mendapatkan skor 10,2-25,1 yang dinilai berdasarkan lima aspek yaitu kualitas pendidikan dengan nilai 23,5, dan riset dengan skor 18,6.

Selanjutnya ekosistem riset mendapat nilai 9,9. Berikutnya aspek kerja sama dengan industri memperoleh bobot 26,9 serta program internasionalisasi yang mengantongi nilai 32,2.

"Kami berkomitmen terus meningkatkan kualitas dan reputasi Universitas Andalas hingga mencapai peringkat yang lebih baik lagi di tahun-tahun mendatang," ucap eks konsultan Bank Dunia itu.