Berkat JNE, UMKM Karupuak Jangek asal Padang "Maennya jadi jauh"

id #JNE #ConenectingHappiness #JNE33Tahun #JNEContentCompetition2024 #GasssTerusSemangatKreativitasnya

Berkat JNE, UMKM Karupuak Jangek asal Padang "Maennya jadi jauh"

Padang (ANTARA) - Jika Internet adalah pintu, maka perusahaan logistik dan ekspedisi adalah jembatan yang menghubungkan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ke berbagai wilayah Indonesia.

Perpaduan kedua hal di atas telah membuka pasar yang sangat luas bagi pelaku UMKM dalam memasarkan produknya, karena jarak yang selama ini menjadi tembok penghalang telah berhasil dirubuhkan.

Hal itu sudah dibuktikan oleh Yulizar Buyuang pemilik UMKM "Kerupuk Kulit Maju Bersama" yang beralamat di Jalan Kalumbuk, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).

Dulu bolehlah dikatakan "Maennya Kurang Jauh" karena pasarnya hanya di dalam Kota Padang saja. Namun sekarang, "Karupuak Jangek" milik Yulizar sudah terjual ke luar kota Padang, luar provinsi Sumbar, bahkan sampai ke Pulau Jawa.

Yulizar sebagai pendiri pun tidak menyangka kalau Karupuak Jangek yang merupakan kuliner khas dari Minangkabau itu bisa terjual ka daerah yang jaraknya "Bukan Maen".

Usaha kerupuk dari kulit sapi atau kerbau pertama kali didirikan oleh Yulizar pada 2008, berbekal kepandaian yang diwariskan keluarga secara turun-temurun.

Baginya selain untuk kepentingan ekonomis, menjalankan bisnis Karupuak Jangek sekaligus juga menjadi ikhtiarnya dalam melestarikan cemilan tradisional daerah.

Laki-laki berusia 61 tahun merintis usahanya dengan modal yang pas-pasan, bahkan saking terbatasnya ia pada saat itu belum sanggup menggaji orang sebagai pekerja.

Sejak awal hanya isteri tercinta Marnelis (56) serta tiga orang anaknya lah yang turun tangan membantu segala proses produksi, mereka saling bahu-membahu demi membesarkan usaha yang baru dirintis.

Karupuak Jangek milik bapak dari tiga anak itu dijual dengan cara dititipkan ke warung-warung terdekat, harga per kemasannya sebesar Rp1000 per bungkus.

Tiga atau empat hari berselang kerupuk akan dijemput lagi ke warung semula untuk melihat berapa yang terjual sekaligus menggantinya dengan kerupuk yang baru.

Berkat ketabahan serta kesabaran Yulizar dan keluarganya, usaha Karupuak Jangek yang dijalankan oleh Yulizar lambat laun terus berkembang sesuai dengan harapan.

Jumlah produksi yang awalnya tidak sampai 10 kilogram secara perlahan terus mengalami peningkatan hingga menjadi 40 kilogram setiap kali produksi.

Kerja keras Yulizar akhirnya berbuah manis layaknya kata pepatah "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian".

Usaha rumahan rintisannya telah mampu penopang kebutuhan ekonomi keluarga, bahkan seyogyanya telah mengantarkan dua anaknya menjadi sarjana dan putera bungsu nya menjadi Polisi.

Tidak hanya itu, bisnis Karupuak Jangek milik Yulizar juga telah mempekerjakan tiga orang, suatu kepuasan baginya karena bisa menyerap tenaga kerja.

Pandemi COVID-19 dan harapan baru

Pandemi COVID-19 yang mewabah di seantero negeri pada 2020 telah memberikan goncangan yang dahsyat kepada mayoritas pelaku UMKM di Indonesia, tidak terkecuali pada usaha Karupuak Jangek Yulizar.

Adanya penerapan protokol kesehatan serta pembatasan aktivitas masyarakat pada saat itu telah menjungkir-balikkan pola kehidupan yang normal.

Warung-warung tutup, kuliner tidak berjalan, pariwisata tumbang, mobilitas warga dibatasi, ruang gerak dipersempit, dan hal lainnya yang harus ditelan sebagai kenyataan sekalipun pahit.

Akibatnya sendi-sendi usaha yang telah susah payah dibangun oleh Yulizar selama belasan tahun "pincang" dalam sekejap, kegiatan produksi harus dihentikan demi menghemat pengeluaran.

Selama berbulan-bulan dapur tidak berasap, tiga orang pekerjanya terpaksa dirumahkan hingga waktu yang belum ditentukan, sunyi tanpa aktivitas yang berarti.

Sekitar tiga bulan lamanya usaha Yulizar tidak berjalan, terhitung sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berlaku di Padang mulai dari April hingga Juni.

UMKM seolah mengalami tidur yang panjang karena tidak ada satu orang pun pada saat itu yang bisa menjanjikan kapan situasi akan kembali normal.

Meskipun demikian, selama tidak beroperasi beberapa bulan itu UMKM Yulizar mendapatkan inspirasi dalam menjual produk usahanya.

Adalah putera ketiga dari Yulizar yang bernama Septian Jumadil yang melihat peluang tersebut tatkala ia menyaksikan banyak aktivitas sosial masyarakat yang dilakukan secara dalam jaringan (online).

Rapat-rapat, pertemuan, kuliah, konser, bahkan sekolah dilakukan lewat dunia maya tanpa harus bertatap muka satu sama lain.

Fenomena yang terjadi tersebut dibaca oleh Jumadil sebagai suatu peluang untuk menjual "Karupuak Jangek" milik orang tuanya selain dengan cara yang tradisional.

Sebagai generasi millenial yang lahir tahun 1996 Jumadil sudah akrab dengan media sosial dan internet, maka ia mulai memanfaatkan media sosial dalam mengiklankan usaha keluarganya.

Setelah pandemi COVID-19 di Indonesia berakhir, maka dapur UMKM milik Yulizar kembali beraktivitas mencoba bangkit dari keterpurukan.

Sedangkan Jumadil terus mengiklankan Karupuak Jangek milik orang tuanya di seluruh akun media sosial pribadi mulai dari Instagram, Facebook, status WhatsApp, tik-tok, hingga shopee.

Banyak yang mendukung langkah Jumadil saat ia menjejal dunia maya, tapi tidak sedikit juga yang mencemooh dengan nada skeptis.

Hanya saja cemoohan-cemoohan itu tidak begitu ditanggapi dan hanya dianggap sebagai angin lalu oleh Jumadil, sebaliknya ia kian semangat dan konsisten mengiklankan produk usahanya setiap hari.

Jumadil juga tidak pernah merasa gengsi untuk berpromosi sekalipun dirinya adalah seorang Polisi, karena bagaimanapun Karupuak Jangek lah yang telah menghidupi keluarganya selama ini.

Ia tidak ingin menjadi kacang yang lupa pada kulitnya, sampai sekarang ia masuk aktif terlibat membantu kegiatan produksi orang tuanya di sela kesibukan dinas.

Apa yang dilakukan Jumadil ternyata membuahkan hasil yang positif karena pesanan demi pesanan mulai berdatangan dari media sosial yang ia iklankan.

Dalam sepekan setidaknya ada tiga pesanan yang masuk dengan jumlah pesanan yang bervariasi, ada yang memesan satu kilogram dan ada yang sampai lima kilogram dalam sekali pesan.

Pembelinya berasal dari Luar Kota Padang, provinsi tetangga dari Sumbar, bahkan Jakarta dan daerah lainnya di Pulau Jawa.

"Latar belakang pemesan berbeda-beda, ada yang untuk konsumsi pribadi, ada juga dari pihak rumah makan. Karena rumah makan Padang biasanya tetap menyediakan Karupuak Jangek sekalipun buka di daerah lain," terang Jumadil saat ditemui.

Faktanya orang Minangkabau punya kebiasaan merantau ke berbagai daerah di Nusantara lalu menetap di sana, dan seringkali rindu akan makanan daerah sendiri muncul dan harus dipenuhi.

Harga karupuak jangek miliknya dipatok sebesar Rp200 ribu per kilogram kepada setiap pembeli dengan catatan ongkos kirim ditanggung oleh pembeli.

Keberaniannya beradaptasi dengan cara yang hidup baru telah menambah pundi-pundi omset bersamaan dengan cara penjualan secara tradisional yang tetap dilakukan sampai sekarang.

Pemesanan Karupuak Jangek dapat menghubungi nomor 085274817417, Instagram dan facebook pada akun Septian Jumadil, sedangkan shoope pada akun: Majubersmamb100.

MENJAGA CITA RASA

Karupuak Jangek buatan Yulizar cukup digemari oleh para pelanggan, buktinya setiap yang diantarkan ke warung rata-rata habis terjual dan pesanan dari dunia maya juga terus memesan.

Yulizar menyatakan bahwa Karupuak Jangek buatannya memiliki cita rasa tersendiri dibandingkan dengan yang lain, rasanya enak dan teksturnya renyah saat digigit.

Pasalnya suami dari Marnelis (56) itu punya resep khusus dalam menjaga cita rasa sehingga tidak mengecewakan pembeli.

Dalam membuatnya pun tidak sembarangan, ada teknik khusus yang dilakukan supaya kerupuk dari kulit sapi atau kerbau itu teksturnya renyah. Dalam artian tidak alot tapi juga tidak keras ketika digigit.

Banyak proses produksi yang dilalui mulai dari bahan masih kulit sapi hingga menjadi kerupuk yang siap untuk disantap. Setidaknya ada tiga tahap utama yaitu pembersihan, penjemuran, hingga penggorengan.

Pada tahap pembersihan terdapat proses rebus serta pemanggangan untuk menghilangkan bulu-bulu yang menempel pada kulit. Kemudian kulit akan kembali direbus, dicuci, diberi bumbu, dipotong kecil-kecil, lalu dijemur hingga kering.

Setelah proses penjemuran, proses dilanjutkan ke penggorengan awal yang bisa memakan waktu sekitar enam jam.

Pada tahap ini kulit belumlah berbentuk kerupuk, melainkan masih setengah jadi atau biasa disebut (Latua). Latua kemudian dikeluarkan dari minyak goreng, jika digoreng kembali barulah ia menjadi Karupuak Jangek.

“Penggorengan kedua sama dengan menggoreng kerupuk biasa, prosesnya tidak selama penggorengan yang pertama,” kata Yulizar saat ditemui di kediamannya.

MEMILIH JNE

Kemajuan usaha yang diraih UMKM Kerupuk Kulit Maju Bersama di dunia maya nyatanya bukanlah berkat internet semata, karena ada peran dari jasa ekspedisi untuk mengirim produk kepada pembeli.

Untuk ekspedisi Yulizar menjatuhkan pilihannya kepada PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) yang kini telah menginjak usia 33 tahun.

Biasanya ia mengirim paket lewat agen JNE yang berada di Lubuk Lintah, atau Kantor JNE yang ada di Jalan Raya Ampang, Kecamatan Kuranji.

Ia berkisah JNE dipilih bukan tanpa dasar, melainkan karena pelayanan yang baik dari perusahaan ekspedisi tersebut dan harganya juga terjangkau untuk kelas UMKM seperti dirinya.

"Selain itu JNE kami pilih karena ketepatan waktunya serta tepat sasaran saat mengantarkan produk kepada para pembeli, kurirnya pun ramah," katanya.

Yulizar juga menceritakan JNE juga memiliki prioritas untuk menjaga kondisi produk agar tidak rusak saat proses pengiriman.

“Bagi kami menjaga kondisi barang itu sangat penting, karena jika barangnya rusak pelanggan pastinya akan kecewa dan tidak memesan lagi. Apalagi untuk produk makanan,” katanya.

Kemudahan lain yang dimiliki oleh JNE karena hadirnya layanan bayar di tempat (COD) dan perjalanan paket yang dikirim bisa dicek secara digital.

Ia berharap JNE terus mempertahankan kualitas pelayanannya sehingga membantu UMKM di Indonesia agar tumbuh dan berkembang lebih baik.

“Selagi kualitas dan mutu pelayanan JNE tetap terjaga, maka tidak ada alasan untuk berpaling ke yang lain,” katanya.

UMKM BANGKIT BERSAMA JNE

JNE tidak pernah berhenti membuktikan komitmennya dalam mendukung kebangkitan serta kemajuan UMKM di Indonesia demi menggerakkan roda perekenomian masyarakat.

Sebagai perusahaan ekspedisi barang terbesar di Indonesia JNE telah telah memiliki jaringan dan jangkauan area distribusinya yang mencakup lebih dari 83.000 kota, termasuk kabupaten, desa, dan pulau terluar.

Gerai penjualannya saat ini berjumlah lebih dari 8.000 titik dan mempekerjakan lebih dari 50.000 karyawan di seluruh Indonesia sehingga akan sangat bermanfaat bagi para pelaku UMKM.

Komitmen JNE untuk membantu para UMKM bukanlah sekedar pemanis bibir belaka, karena perusahaan tersebut telah berhasil meraih berbagai penghargaan di bidang pemajuan UMKM.

Penghargaan terakhir yang diterima adalah Penghargaan Mitra UMKM di Bidang Logistik pada UMKM Summit Awards 2024 sebagai “Mitra UMKM dalam bidang logistik” yang diselenggarakan oleh Obsession Media Group (OMG) di Aston Priority TB Simatupang, Jakarta Selatan pada 7 Maret.

Eri Palgunadi selaku SVP Marketing Group Head JNE menyatakan penghargaan itu sejatinya adalah pengakuan atas dedikasi JNE dalam membantu UMKM selama ini.

"JNE berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam memajukan sektor UMKM di Indonesia supaya terus bangkit dan berkembang maju,” katanya.

Dalam pengiriman makanan JNE memberikan tips khusus kepada pelaku bisnis agar makanan yang dikirim sampai dalam kondisi terbaiknya. Kuncinya ada pada pengemasan yang benar dan memilih jenis layanan yang tepat.

Kedua hal tersebut sangat penting mengingat pengemasan akan menentukan paket tetap aman saat diterima, sedangkan layanan pengiriman yang tepat akan menjamin makanan yang dikirim tetap dalam kondisi baik dan segar.

Jenis makanan yang akan dikirim perlu diperhatikan apakah itu makanan kering atau makanan basah, karena dalam hal masa simpan dan cara pengemasan nya keduanya sangat memiliki perbedaan.

Makanan kering pada umumnya memiliki masa simpan yang lebih panjang sehingga membuat proses penanganan nya menjadi lebih sederhana. Namun proses pengemasan tetap harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan selama proses pengiriman.

Sebaliknya untuk jenis makanan basah perlu penanganan yang lebih ekstra karena masa simpannya terbilang lebih pendek dibandingkan dengan makanan kering.

Pengirim dapat memilih jenis layanan yang menawarkan kecepatan dalam pengiriman bagi makanan yang tidak bertahan lama atau memiliki masa kedaluwarsa yang pendek.

Layanan JNE seperti Roket Indonesia (JNE Super Speed) atau Yakin Esok Sampai bisa menjadi pilihan tepat untuk memastikan makanan sampai dengan cepat dan dalam kondisi segar.

Sedangkan untuk makanan yang lebih tahan lama atau memiliki masa kedaluwarsa yang lebih panjang, layanan pengiriman reguler bisa menjadi pilihan yang ekonomis.