Kunjungi PLTA Singkarak, Kementerian BUMN akui pengelolaan EBT Sumbar terbaik

id PLN, EBT, BUMN, Energi, kelistrikan

Kunjungi PLTA Singkarak, Kementerian BUMN akui pengelolaan EBT Sumbar terbaik

Koordinator Asisten Deputi Bidang Industri Energi, Minyak, dan Gas Kementerian BUMN Luizah beserta tim melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) ke beberapa unit-unit kerja PLN di Sumatera Barat. (ANTARA/HO-PLN)

Padang (ANTARA) - Koordinator Asisten Deputi Bidang Industri Energi, Minyak, dan Gas Kementerian BUMN Luizah beserta tim melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) ke beberapa unit-unit kerja PLN di Sumatera Barat, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sumatera Barat salah satunya.

Kunker ini dalam rangka monitoring Sistem Ketenagalistrikan Sumatera Barat. Turut hadir pula EVP Akuntansi PLN Pusat Abdul Hakam beserta tim.

Kedatangan rombongan Kunker Kementerian BUMN di Sumatera Barat disambut langsung oleh General Manager PLN UID Sumbar Eric Rossi Priyo Nugroho di Ruang VIP Bandara Internasional Minangkabau (BIM).

Rombongan Kunker tiba di PLN Indonesia Power UPDK Bukittinggi PLTA Singkarak pada kunjungan pertama. Pada pembangkit berkapasitas 4 x 43,75 tersebut, Luizah dan rombongan melihat langsung kawasan operasional pengelolaan air menjadi energi listrik di lokasi pembangkit Asam Pulau.

Darmansyah, Asisten Manager Operasi PLN UPDK Bukittinggi menyampaikan, selain PLTA Singkarak, UPDK Bukittinggi juga mengoperasikan PLTA Maninjau dan PLTA Batang Agam.

Ketiga PLTA ini menghasilkan suplai listrik hingga 254 MW. UPDK Bukittinggi berkontribusi cukup besar pada suplai listrik dari sumber energi baru terbarukan (EBT) di Sumbar yang telah mencapai 55,29%.

Pemanfaatan EBT pada bauran pembangkit tenaga air memproduksi suplai listrik EBT terbesar di Sumbar, yaitu 29,2% dari total seluruh suplai listrik Sumbar.

Selain tenaga air, suplai EBT Sumbar juga diproduksi oleh PLTS sebanyak 1,09%, PLTBm sebanyak 8,7%, PLTMh sebanyak 0,2%, PLTM sebanyak 6,4%, dan PLTP sebanyak 9,7%.

Pada salah satu sambutannya, Luziah memuji pengelolaan EBT di Sumatera Barat adalah yang terbaik. Persentasi suplai energi dari EBT di Sumatera Barat bahkan telah melebihi persentasi nasional yang baru mencapai 14,11% pada 2022.

Kondisi kelistrikan di Sumbar pun sangat baik dengan surplus suplai listrik pada Agustus 2023 mencapai 22,07% dari total suplai 777,25 MW. Beban puncak tertinggi atau pemakaian maksimal di malam hari adalah 636,70 MW, sehingga masih ada cadangan suplai listrik hingga 140,55 MW.

Disampaikan General Manager PLN UID Sumbar Eric, dengan kondisi kelistrikan di Sumatera Barat, PLN sangat siap melistriki pelanggan Sumatera Barat yang berjumlah lebih dari 1,6 juta jiwa dengan suplai listrik terbaik.

‘’PLN juga menyambut baik investasi skala menengah hingga besar di Sumatera Barat. Kami pastikan suplai listrik kami akan mengawal pembangunan hingga pengoperasian seluruh investor,” sampainya.

Luziah berharap, potensi pembangkit EBT di Sumbar dapat terus dikembangkan dan bersumbangsih maksimal pada interkoneksi kelistrikan ke daerah-daerah yang membutuhkan suplai listrik, khususnya daerah dengan sumber daya EBT rendah.

Luziah kemudian berpesan, agar PLN tetap menyeimbangkan pengelolaan sumber daya alam dengan sumbangsih kontribusi pelestariannya.

Kontribusi PLN terhadap kelestarian alam ataupun kesejahteraan masyarakat sekitarnya sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang digalakkan oleh pemerintah hingga berbagai negara di dunia.

Setuju dengan Luziah, General Manager PLN UID Sumbar Eric menyampaikan, PLN selalu mendukung pertumbuhan masyarakat dan kelestarian lingkungan lewat berbagai aksi, khususnya lewat program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL). Tak tanggung-tanggung, PLN UID Sumbar menargetkan realisasi TJSL sebesar 397,7 Miliar pada 2023 ini.

‘’Tahun 2023 ini, TJSL PLN berfokus pada program pelestarian lingkungan, selain juga program pendidikan dan pengembangan UMK. PLN ingin bersumbangsih bagi negeri dalam kelestarian lingkungan, peningkatan kualitas pendidikan, dan mendukung pengembangan potensi ekonomi kerakyatan,’’ lanjut Eric.*